Rabu, 16 Desember 2020

Sejarah Aceh (4): Sejarah Tamiang; Antara Atjeh dan Deli di Pantai Timur Sumatra; Kontroversi Riwayat Perang Tamiang 1893

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Aceh dalam blog ini Klik Disini

Apakah ada sejarah Tamiang dan jika ada seberapa tua? Yang jelas Tamiang pernah berselisih Deli dan terjadilah Perang Tamiang tahun 1893. Tentu saja itu masih tergolong sejarah yang muda. Lantas bagaiamana sejarah Tamiang sebelumnya? Tentu saja diperluakan upaya penyelidikan. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Permulaan ini haruslah berdasarkan data dan fakta. Seperti kata anak muda milenial sekarang, jangan hanya sekadar banyak bacot.

Nama Tamiang tidak hanya di Tamiang, Maksudnya nama Tamiang tidak hanya di Aceh. Nama Tamiang ditemukan di banyak tempat. Di Kota Padang Sidempuan ada kelurahan (Si)tamiang; di Kota Sukabumi ada nama kelurahan (Ci)tamiang. Di Kalimantan terdapat beberapa nama tempat bernama Tamiang seperti di Barito Timur dan pulau Laut. Bagaimana nama Tamiang ini eksis di berbagai tempat? Apakah ada relasinya satu sama lain? Tentu saja itu dapat menjadi ranah penyelidikan sejarah.

Okelah. Bagaimana memulai memahami Sejarah Tamiang? Lantas apa pentingnya sejarah Tamiang? Bukan karena nama Tamiang terdapat di banyak tempat, Akan tetapi nama Tamiang pada masa ini di provinsi Aceh menjadi nama kabupaten (Kabupaten Aceh Tamiang dengan ibu kota di Karang Baru). Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Tamiang

Nama Tamiang disebut di dalam (buku) Negarakertagama (1365). Dimana posisi GPS Tamiang ini tidak diketahui secara persis. Hal serupa juga persoalannya untuk nama tempat yang lainnya. Ini disebabkan karena waktunya sudah sangat jauh di masa lampau, suatu rentang waktu yang sangat berjarak dengan era dimulainya catatan sejarah yang intens (era kehadiran orang-orang Eropa seperti Porugis dan Belanda). Namun demikian, nama Tamiang haruslah diasumsikan berada di pantai timur Sumatra.

Di dalam daftar taklukkan tempat-tempat pada masa ini yang dihubungkan dengan Majapahit (di Jawa) terdapat nama-nama sebagai berikut: Jambi, Palembang, Keritang (Indragiri Hilir), Teba (Muaro Tebo, Jambi), Darmasraya (kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat), Kandis, Kahwas, Minangkabau, Siak, Rokan, Kampar, Pane (Panai), Kampe (pulau Kampai, kabupaten Langkat), Haru (atau Aru), Mandailing, Tamihang (kabupaten Aceh Tamiang), Perlak (Peureulak), Padang Lawas, Samudra, Lamuri (kabupaten Aceh Besar),  Bantan (pulau Bintan, Riau), Lampung dan Barus (atau Pancur, di kabupaten Tapanuli Tengah).

Sejak nama Tamiang tercatat tahun 1365, nyaris tidak ada lagi sumber yang dapat diperhatikan hingga tiba waktunya era Belanda. Ada perbedaan waktu selama 500 tahun. Interval waktu selama tersebut tentu saja banyak yang terjadi, banyak perubahan dan banyak yang hilang. Dalam ilmu statistik, dianggap data yang bersifat outlier. Okelah, tapi narasi sejarah tidak selalu mengikuti hukum statistik. Lalu, kapan nama Tamiang muncul (kembali) ke permukaan (tertulis dan dapat diverifikasi).

Perang Taiang 1893

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar