Selasa, 12 Januari 2021

Sejarah Banten (13): Kesultanan Banten dan Kerajaan Landak di Barat Borneo Era VOC; Kesultanan Pontianak dan Kerajaan Jakarta

 

*Untuk melihat seluruh artikel Sejarah Banten, klik Disini

Kesultanan Banten tidak hanya terhubung di timur (kerajaan Jacatra), kesultanan Banten juga terhubung ke barat (Lampung). Kesultanan Banten juga diketahui terhubung dengan pantai barat Borneo. Bagaimana bisa sejauh itu? Apakah kesultanan Banten juga pelaut, memiliki armada maritim? Pada masa lampau yang terbilang pelaut adalah kerajaan Demak, Pedagang-pedagang Demak beragang hingga mencapai kota (pelabuhan) Malaka.

Kerajaan Banten terkenal infanteri, Iti terbukti karena kedigdayaannya mampu menjatuhkan kerajaan Pakwan-Padjadjaran di hulu sungai Tjiliwong. Sebelum itu, jarak yang jauh dengan (kerajaan) Demak, kerajaan Jacatra (Sunda Kalapa) didelegasikan di bawah kendali (kerajaan) Banten. Pada awal kehadiran Belanda, kerajaan Banten berperang dengan Portugis di teluk. Teluk jelas bukan lautan. Ketika Belanda (VOC) membuat koloni di Jacatra (Batavia), beberapa kali kerajaan (kesultanan) Banten menyerang kepentingan VOC. Kecuali perang dengan Portugis di teluk, kerajaan Banten melancarkan perang selalu di darat.

Lantas bagaimana sejarah relasi (kerajaan) Banten dengan pantai barat Borneo? Yang kerajaan Landak di pantai barat Borneo lambat laut makin khawatir dengan semakin menguatnya (kesahbandaran) Pontianak dan karena jarak antara Banten dan Landak begitu jauh, kesultanan Banten menyerahkan perlindungannya kepada pemerintah VOC. Dalam perkembangannya diketahui bahwa kerajaan Pontianak membuat kontrak dengan VOC pada tahun 1779 yang dengan demikian kerajaan Landak terdegradasi dan kerajaan Pontianak mengalami promosi. Lalu bagaimana sejarah relasi (kerajaan) Banten dengan kerajaan Landak di pantai barat Borneo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Banten dan Pantai Barat Borneo: Kerajaan Landak

Hubungan Kesultanan Banteng dengan Belanda (VOC) pasang surut. Pelaut-pelaut Belanda kali pertama tiba di Hindia (1596) berlabuh di kota pelabuhan Banten. Namun kurang diterima karena Portugis sudah begitu kuat di Banten. Belanda diterima di Bali. Pada pelayaran kedua yang juga dipimpin oleh Cornelis de Houtman kurang diterima di Atjeh (Cornelis de Houtman terbunuh 1599 dan saudaranya Frederik de Houtman ditahan di Atjeh). Lagi-lagi Portugis ada di Atjeh. Pelaut Belanda berikutnya pada tahun 1601 juga tidak diterima di Borneo (juga karena adanya kehadiran Portugis). Portugis yang sudah seabad di Hindia selalu menjadi hambatan bagi Belanda.

Pada tahun 1605 Belanda yang mendapat dukungan dari Bali menyerang Portugis di Amboina (dan kemudian mendirikan benteng Victoria). Frederik de Houtman yang telah dibebaskan dari Atjeh tahun 1602 kembali ke Belanda untuk menyusun kamus bahasa Melayu (terbit di Amsterdam 1603). Dalam pelayaran Belanda yang dipimpin oleh Streven van der Hagen (1603-1605), Frederik de Houtman ikut serta yang mana van der Hagen berhasil menaklukkan Portugis di Amboina. Untuk menjadi Gubernur di Amboina diangkat Frederik de Houtman. Sejak inilah Belanda mulai memiliki kekuatan di Hindia. Dalam perkembangannya Belanda mengusir Portugis di Banda. Jalur navigasi pelayaran Belanda Bali, Banda dan Amboina masih ada satu kerikil di Timor dimana Portugis masih bercokol. Pada tahun 1612 Belanda bertempur dengan Portugis di Coupang, Balanda berhasil merebutnya dan Portugis menyingkir ke bagian timur pulau (terbentuknya komunitas Portugis di tempat yang kemudian disebut Dilly (diduga nama yang merujuk pada nama Delly di pantai timur Sumatra dan Delhi di India)..

Tampaknya Belanda tidak puas hanya di Hindia bagian timur yang berpusat di Amboina. Pada tahun 1614 saat terjadi perang di teluk Banten antara Portugis dan Kesultanan Banten, Belanda mendekat (wait en see). Tidak diketahui bagaimana situasi hubungan Banten, Portugis dan Belanda di teluk Banten. Yang jelas pada awal tahun 1619 empat pelaut Belan terbunuh di Borneo. Saat ini Belanda sudah membangun benteng Belanda di lepas pantai di teluk Jacarta (tidak jauh dari muara sungai Tjisadane-Tangerang) di suatu pulau yang kemudian disebut pulau Amsterdam dan pulau Middelburg (kini pulau Rambut dan pulau Bokor). Dari benteng inilah Jan Pieterszoon Coen menyerang dan mengakuisisi Kerajaan Jacatra. Kesultanan Banten sudah barang tentu geram tindakan sepihak ini.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Banten dan Pontianak Era Pemerintah Hindia Belanda

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar