*Untuk melihat seluruh artikel Sejarah Banten, klik Disini
Seorang penulis bertanya pada dirinya belum menemukan arsip otentik yang menyebutkan siapa orang Banten pertama yang melaksanakan ibadah haji. Namun dia mengutip satu tulisan bahwa setelah penyebaran Islam pertama di Banten, Sunan Gunung Jati mengajak putranya Hasanuddin menunaikan haji ke tanah suci. Okelah itu satu hal. Jika kita kembali pada pertanyuan penulis tersebut di atas tentu tetap menarik untuk ditelusuri. Sebab sejarah adalah narasi fakta dan data. Sejarah (kesultanan) Banten terbilang sejarah lama, kesultanan yang memiliki data sejarah yang sangat lengkap (relatif terhadap yang lain).
Orang Arab yang sudah berhaji datang ke nusantara adalah satu hal. Orang asing yang sudah lama di nusantara, kemudian berangkat untuk berhaji adalah hal lain. Orang pribumi yang sudah sejak lama beragama Islam berangkat haji ke Mekkah adalah hal lain lagi. Lantas bagaimana dengan penduduk asli Banten melakukan perjalanan haji ke Mekah? Pertanyaan yang terakhir inilah yang mebutuhkan data otentik. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Haji dan Para Haji Banten
Sejarah penyelengaraan haji sangatlah menarik. Bagaimana tidak? Jarak dari nusantara ke Mekah sangatlah jauh, harus dilakukan pelayaran jarak jauh dari kota-kota pelabuhan seperti di Jawa dan Sumatra ke Jeddah. Lalu dari Jeddah ke Mekkah dengan mengendarai unta melalui gurun dan padang tandus. Haji sendiri adalah salah satu rukun yang harus ditunaikan oleh penduduk yang beragama Islam (tentu saja atas dasar mampu). Mampu tidak hanya soal fisik (kesehatan) dan juga tidak hanya sebatas kemampuan finansial. Dalam pelayaran dan kafilah itu juga harus tersedia dan mampu berlayar di lautan berminggu-minggu.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Ulama Syaikh Nawawi al-Bantani di Mekkah
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar