Senin, 25 Januari 2021

Sejarah Banten (35): Penduduk dan Wilayah Administrasi di Banten; Jumlah Penduduk Lebak Pandeglang Sensus Penduduk 1930

 

*Untuk melihat seluruh artikel Sejarah Banten, klik Disini

Sejarah penduduk sesungguhnya seumur dengan sejarah manusia. Setiap ruang dan waktu yang berbeda dicatat untuk banyak kepentingan seperti besarnya populasi untuk menghitung jumlah laki-laki yang dibutuhkan dalam perang dan menghitung potensi besarnya pajak. Dalam penghitungan penduduk akan tergambarkan sebaran penduduk dan tingkat kepadatannya. Tentu saja teknik perhitungannya dari waktu ke waktu semakin akurat. Pada era Hindia Belanda Sensus Penduduk 1930 dapat dianggap yang terbaik.

Pada zaman kuno, sensus atau penghitungan jumlah penduduk sudah dilakukan. Namun bagaimana cara perhitungannya dan berapa jumlahnya tampaknya tidak terdokumentasi dan tersimpan dengan baik. Kesultanan Banten yang memiliki wilayah yurisdiksi tentu saja di masa lampau memiliki kepentingan untuk mengetahui berapa banyak penduduk. Namun dalam dalam dokumen Belanda (sejak era VOC) tidak ditemukan. Oleh karena itu perbandingan pada zaman kuno dengan zaman modern tidak bisa dilakukan. Hanya gambaran samar-samar tentang perkiraan jumlah penduduk yang muncul yang didasarkan pada perkiraan para penjelajah atau pelancong. Gambaran samar-samar ini bersifat kualitatif yang didasarkan pada ramai tidaknya suatu kota-kota (terutama kota-kota pelabuhan). Tentang penduduk di pedalaman yang terpencar-pencar di kampong-kampong kecil gelap gulita.

Sejarah penduduk Banten seharusnya mendapat perhatian. Karena sejarah tetaplah sejarah. Namun seperti disebut di atas, sulit menemukan statistik penduduk. Jika hanya berpatokan pada hasil Sensus Penduduk 1930 kita telah melewatkan sejarah penting tentang awal kependdukan di Banten. Dalam hal ini sejarah penduduk tidak memiliki arti sejarah yang penting. Namun demikian, upaya untuk menyusun narasi yang lebih panjang yang lebih tua ke belakang tetap diperlukan. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Penduduk Banten: Sensus Penduduk 1930

Pada era Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels, wilayah (residentie) Batavia diperluas, ke arah timur hingga batas sungai Tjitaroem dan ke arah barat hingga batas sungai Tjidoerian. Land Balaradja dan land Boemiajoe serta land Tigaraksa di sisi timur sungai Tjidoerian termasuk wilayah Batavia yang baru. Sungai Tjidoerian sendiri berhulu di gunung Halimun, melewati (kota) Djasinga dan menjadi batas Afdeeling Lebak (dengan Afdeeling Buitenzorg). Wilayah sisi barat sungai Tjidoerian inilah yang didefinisikan sebagai wilayah administratif Residentie Bantam (kini Banten).

Pada awal pembentukan cabang-cabang pemerintahan di Residentie Banten, wilayah dibagi ke dalam empat afdeeling: Serang, Anjer, Tjaringin dan Lebak. Kemudian afdeeling Labak dimekarkan dengan membentuk afdeeling Pandeglang. Residen berkedudukan di Serang (ibu kota Residentie Banten). Asisten Residen berkedudukan di Tjaringin, Pandeglang dan Rangkasbitoeng (ibu kota baru Afdeeling Lebak). Di Afdeeling Anjer hanya ditempatkan pejabat setingkat Controleur. Catatan: wilayah timur sungai Tjidoerian di sebelah hulu masuk Afdeeling Buitenzorg dan di wilayah hilir masuk Afdeeling Tangerang. Di Buitenzorg berkedudukan Asisten Residen sedangkan di Tangerang berkedudukan pejabat setingkat Controleur yang disebut Schout (seperti halnya di afdeeling Bekasi).

Dalam perkembangannya, wilayah adnministrasi Residentie Banten pada tingkat afdeeling dibagi ke dalam district-district. Afdeeling Tjaringin disatukan dengan Afdeeling Pandeglang dengan nama Afdeeling Pandeglang yang terdiri dari district Tjibalioeng, Tjaringin, Menes dan Pandeglang. Afdeeling Lebak terdiri dari district-district: Rangkasbitoeng, Paroengkoedjang, Lebak dan Tjilangkahan.

Afdeeling Anjer disatukan dengan afdeeling Serang dengan nama Afdeeling Serang yang terdiri dari district-district: Anjer, Tjilegon, Serang, Tjiomas, Pamarajan, Tjiroeas dan Pontang. Ini berarti wilayah administasi residentie Banten yang awalnya terdiri dari lima afdeeling diringkas menjadi tiga afdeeling. Catatan: Residentie Batavia terdiri dari afdeeling Batavia, Buitenzorg dan Meester Cornelis. Afdeeling Batavia terdiri dari district-district: Balaradja, Maoek, Tangerang, Batavia dan Weltevreden. Afdeeling Meester Cornelis terdiri dari district-district: Kebajoran, Meester Cornelis, Bekasi dan Tjikarang. District Kebajoran terdiri dari subdistict: Kebajoran, Tjiledoek, Kebondjeroek dan Tjipoetat. Sebagaimana diketahui pada masa ini Tjipoetat masuk wilayah Tangeran (Provinsi Banten).

Pada Sensus Penduduk 1930 pembagian district-district di atas menjadi dasar penyelenggaraan pencacahan pada tingkat district.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Menaksir Penduduk Banten Zaman Kuno

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar