Rabu, 27 Januari 2021

Sejarah Banten (39): Presiden Soekarno Berkunjung di Serang, Jauh Di Mata Dekat Di Hati; Ir. Soekarno ke Tapanuli (1932)

 

*Untuk melihat seluruh artikel Sejarah Banten, klik Disini

Ir. Soekarno pernah berkunjung ke Tapanoeli pada tahun 1932 yang ditemani oleh Amir Sjarifoeddin Harahap, ketua Pertai Indonesia (Partindo) Afdeeling Batavia dalam rangka sosialisasi partai baru yang dipimpin oleh Mr. Sartono (suksesi PNI yang dilarang Belanda). Itulah kunjungan pertama Ir. Soekarno ke luar negeri (baca: luar Jawa). Pada tahun 1934 Ir. Soekarno diasingkan ke Flores dan tahun 1938 dipindahkan ke Bengkoelen hingga berakhirnya era kolonial Belanda 1942. Kapan Ir. Soekarno berkunjung ke Banten di Serang? Jauh di mata dekat di hati.

Raden Soekarno lulus sekolah teknik THS di Bandoeng 1926. Ketika Ir. Soekarno mendirikan studieclub di Bandoeng, Parada Harahap yang baru menerbitkan surat kabatr Bintang Timoer di Batavia dalam catatan editornya meminta Ir. Soekarno turun gunung. Respon bersambuat, Tidak lama kemudian mendirikan organisisasi kebangsaan di Bandoeng yang diberi nama Perhimpoenan Nasional Indonesia (PNI). Dalam fase inilah Parada Harahap kerap mewawancara Ir. Soekarno dan adakalanya Ir. Soekarno yang mengirim tulisan ke Bintang Timoer. Surat kabar Bintang Timoer saat itu adalah surat kabar bertiras paling tinggi di Batavia dan bersifat lebih radikal dibanding media pribumi lainnya. Parada Harahap sudah puluhan kali terkena delik pers dan dimejahijaukan dan beberapa kali dibui. Setelah mendapat dukungan dari Soetan Casajangan (direktur Normaal School di Meester Cornelis) Parada Harahap sekretaris Sumatranen Bond Pada bulan September 1927 mengundang semua organisasi kebangsaan di Batavia yang diadakan di rumah Dr Husein Djajadiningrat. Hasil keputusan mendirikan supra organisasi kebangsaan yang disebut Permoefakatan Perhimpoenan-Perhimpoenan Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Secara aklamasi ditunjuk Husni Thamrin (Kaoe Betawi) sebagai ketua dan Parada Harahap sebagai sekretaris. Dari Bandoeng langsung PNI langsung diwakili oleh Ir, Soekarno. Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan dan Husein Djajadiningrat adalah pendiri Indische Vereeniging di Belanda pada tahun 1908.

Lantas bagaimana sejarah kunjungan Ir. Soekarno ke Serang, Banten? Baru terjadi setelah Indonesia merdeka, Yang jelas Ir. Soekarno yang telah menjadi Presiden Republik Indonesia setelah pengakuaan kedaulatan Indonesia oleh Belanda (1949) banyak melakukan kunjungan ke berbagai daerah di Indonesia. Lalu bagaimana kunjungan Ir. Soekarno ke Serang terwujud? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Presiden Soekarno Berkunjung di Banten

Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno yang telah menjadi Presiden RI sangatlah disibukkan berbagai hal. Di satu sisi harus mulai membentuk pemerintahan (kabinet) dan di sisi lain harus bernegosiasi dengan Sekutu-Inggris di Singapoera dalam soal pelucutan senjata militer Jepang dan pembebasan para interniran Eropa (Belanda) di seluruh Indonesia. Sementara pasukan Sekutu-Inggris, orang Belanda (NICA) melobi sekutu Inggris di Singapoera.

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang sudah terbentuk tanggal 7 Agustus 1945, setelah terjadinya proklamasi kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 22 Agustus 1945 melakukan sidang. Hasil keputusan sidang antara lain membentuk Komite Nasional Indonesia (KNI) dan Badan Keamanan Rakyat (BKR).BKR Djakarta menjadi representasi BKR Pusat karena secara langsung telah mengamankan pusat pemerintahan di ibukota RI. Para pemuda yang membentuk BKR di Djakarta ini antara lain Zoelkifli Lubis dan Moefreni Moe’min. Pada tanggal 29 Agustus 1945 terbentuk KNIP yang selanjutnya KNIP mengesahkan BKR Djakarta sebagai BKR Pusat.

Akhirnya kedatangan orang Belanda di belakang Inggris menimbulkan reaksi keras dan diproklamasikan perang oleh tentara rakyat di Bandoeng yang dikomandoi Abdoel Haris Nasution (lihat Keesings historisch archief: 14-10-1945). Tugas Presiden Soekarno bertambah lagi. Proklamasi Perang ini disambut berbagai pihak organisasi Islam termasuk Hisbullah di Batavia (yang dipimpin oleh Zainul Arifin Pohan).

Kabinet (pertama) sendiri baru berhasil dibentuk pada tanggal 13 Oktober 1945 (lihat Keesings historisch archief: 14-10-1945) dengan menteri, antara lain  Raden Adipati Aria Wiranata Koesoema (Binnenlandsche Zaken); Prof. Mr. Raden Soepomo (Justitie);  Ir. Soerachman (Maatschappelijk werk); Ki Hadjar Dewantoro (Onderwijs); Dr. Samsi (Financien); Mr. Iwa Koessoema Soemantri (Sociale Zaken); Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap (Voorlichting); Menteri negara antara lain Wachid Hasjim, Mr. Raden Mas Sartono, Mr. Maramis en Otto Iskondar Dinata (zonder portefeuille). Namun dalam daftar ini tidak ada Menteri Pertahanan (untuk mengorganisir militer dan para pejuang-laskar). Catatan: guntingan koran lihat Wikipedia.

Proklamasi Perang tersebut menyatakan perang terhadap Belanda. Orang Indo-Eropa di Jawa. Proklamasi memerintahkan orang Indonesia untuk memulai perang gerilya dan mengatakan: Ketika matahari terbenam, kami adalah orang Indonesia berperang dengan Belanda. Dalam pernyataan ini kami memerintahkan semua orang Indonesia untuk mencari musuh mereka sendiri - orang Belanda. Indo-Eropa. Senjata perang adalah semua jenis senjata api, termasuk racun, panah beracun, pembakaran dan segala jenis hewan liar - misalnya ular. Perang gerilya akan sejalan dengan perang ekonomi. Tidak ada makanan yang bisa dijual ke musuh mana pun. Pasar harus dijaga ketat dan mereka yang menjual makanan kepada musuh kita akan dihukum berat (lihat De Rotterdammer, 15-10-1945). ANP melaporkan tentang deklarasi perang tersebut tidak berasal dari 'Pemerintah Sukarno'.

Kabinet yang belum memiliki Menteri Pertahanan, Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap sebagai Menteri Penerangan yang selalu mendampingi Presiden Soekarno ke daerah konflik (seperti di Djakarta dan Soerabaja) yang mana telah terjadi bentrok antara pasukan Sekutu-Inggris dengan Tentara Rakyat (Volkslefer) secara defacto telah menjadi Menteri Pertahanan (yang tetap sebagai Menteri Penerangan). Dalam situasi yang kacau ini, Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo (mantan KNIL) pada tanggal 1 Oktober 1945 mulai membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Langkah pertama yang dilakukan Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo adalah merekrut 17 pemuda cemerlang di Djogjakarta dengan kualifikasi tertentu, antara lain Dr. Ibnoe Soetowo, Ir. MO Parlindungan dan Dr. Irsan Radjamin Nasution, Mr. Arifin Harahap (adik Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap), Mr. Kasman Singodimedjo dan Dr. Willer Hoetagaloeng. Ir. MO Parlindungan adalah insinyur teknik kimia lulusan Teknik Delft tahun 1942. Ir. MO Parlindungan adalah pribumi kedua yang lulus di sekolah elit dan super sulit tersebut. Lulusan pertama adalah Ir. Soerachman tahun 1922 (Menteri Kemakmuran). Overste (Letkol) Ibnoe Soetowo dikirim ke Tjepoe untuk mengamankan kilang minyak, sementera Overste  AFP Siregar gelar MO Parlindungan dikirim ke Bandoeng untuk mengurus Peroesahaan Sendjata dan Mesiu di Bandoeng (cikal bakal PT Pindad); Letkol Irsan Radjamin (anak walikota Soerabaja) sebagai kepala Departemen Kesehatan Divisi-Brawijaya di Soerabaja. Lalu dalam perkembangannya, pada tanggal 5 Oktober 1945, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan maklumat pembentukan tentara nasional yang diberi nama Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Dalam hal ini Menteri Pertahanan (di dalam kabinaet Sjahrir sejak 14 November 1945) adalah Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap dan sebagai Kepala Staf adalah Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo. Panglima belum ada, hanya ada panglima wilayah seperti Divisi Siliwangi yang dipimpin Kolonel Abdoel Haris Nasution.

Di Banten, tidak ada tahanan Eropa-Belanda (para interniran) karena hanya dipusatkan di Batavia dan Buitenzoeg. Saat-saat belum menentu ini dilaporkan bahwa ganisun Jepang di Serang telah direlokasi ke Serpong (lihat De Rotterdammer, 15-10-1945). Situasi ini menyebabkan Banten (ibu kota di Serang) tidak menjadi prioritas Sekutu-Inggris (fokus hanya ditujukan di Serpong).

Dalam situasi inilah markas laskar yang dicap pers Belanda sebagai ekstrimis merelokasi dari wilayah Batavia ke wilayah Banten (lihat Haarlems dagblad, 28-11-1945). Para pemimpin lokal di Banten dalam masalah. Tidak lama kemudian terjadi penyimpangan di Banten yang kini sering disebut terjadi Revolusi Sosial. Para pemimpin lokal ada yang dibunuh (di Rangkasbitung), bupati Pandeglang melarikan diri dan bupati Serang Hilman Djajadiningrat ditangkap dan ditahan (kemudian dipindahkan ke Soekabumi melalui Rangkasbitoeng dan Buitenzorg).

Wilayah Tangerang (antara Batavia dan Banten) menjadi ruang gerilya TKR, Apa yang menjadi motif Markas laskar direlokasi ke Banten tidak begitu jelas, sementara ruang pertempuran saat itu ada di Batavia. Yang jelas ‘Menteri Pertahanan’ Mr. Amir Sjarifoeddin (masih) memuji kedisiplinan tentara di Depok, Tangerang dan Tjikampek sebagaimana dilaporkan surat kabar yang baru terbit di Djakarta Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia. 21-11-1945: ‘TKR di Tjikampek, Tangerang dan Depok West Java, [Amir] Sjarifoeddin Harahap menyatakan TKR di tiga wilayah ini lebih rapih (disiplin) jika dibandingkan di Jawa Timur’.

Dari keterangan tersebut dapat dikaitkan seperti disebut di atas markas besar para laskar telah direlokasi ke Serang (Banten). Tampaknya TKR masih terkonsentrasi di Tangerang dan dikatakan organisasinya rapih. Lantas apakah ini alasan mengapa markas laskar direlokasi ke Serang dan apakah ini juga mengindikasikan TKR belum meluas ke Residentie Banten (masih terbatas di Residentie Batavia). Beberapa kelompok laskar mengabil kesempatan dalam kesempitan. Dalam laporan surat kabar lain disebutkan para pemimpin laskar di Banten yang berpusat di Serang adalah tiga orang yang dikenal sebagai seorang mantan polisis di era Hindia Belanda dan yang pernah ditahan, seorang mantan penjahat yang pernah ditahan di penjara Tjipinang dan seorang jagoan yang selalu bermasalah di pasar Serang.

Pada tanggal 13 Desember 1945 dibentuk Komando Tentara dan Teritorium di Jawa (Kolonel Abdul Haris Nasution sebagai Panglima). Sejak ibukota RI dipindahkan dari Djakarta ke Djogjakarta tanggal 4 Januari 1946, TKR diubah menjadi TRI (Tentara Republik Indonesia) pada tanggal 25 Januari 1946. Penyesuaian ini dimaksudkan untuk menjadikan TRI sebagai satu-satunya organisasi militer yang mempunyai tugas khusus dalam bidang pertahanan darat, laut, dan udara. TRI ini kemudian dibiayai oleh negara atas pertimbangan banyaknya perkumpulan atau organisasi laskar pada masa itu yang mengakibatkan perlawanan tidak dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. Wilayah pertahanan dibagi ke dalam beberapa Divisi dengan mengangkat panglimanya. Dengan struktur baru ini, Kolonel Abdul Haris Nasution menjadi Panglima Divisi-3/Siliwangi.

Wilayah Banten (yang berada di wilayah teritorial-divisi I) seakan berada terpencil di barat (pulau) Jawa. Garis pertempuran dengan sekutu-Inggris dan Belanda (NICA) berada di jalur (barat) Batavia, Tangerang, Serpong dan Buitenzorg dan Soekaboemi dan jalur (timur) Batavia, Bekasi, Tjikampek, Poerwakarta dan Bandoeng. Mendapat laporan bahwa Banten dikuasai oleh para laskar dan kerap membuat kegaduhan, Kolonel Abdul Haris Nasution mengirim TRI untuk menhukum para kelompok laskar yang lebih tepat disebut geng. Nieuwsblad voor de Hoeksche Waard en Ijselmonde, 27-02-1946 melaporkan bahwa sudah lebih dari sebulan di daerah Serang dan Padeglang terjadi pertepuran antara TRI dan laskar.

Pada bulan Mei 1946 dilakukan reorganisasi dan penyesuaian struktur militer yang mana Kolonel Soedirman dipromosikan menjadi panglima terttinggi (lihat Nieuwe courant, 29-05-1946). Dalam daftar baru ini antara lain Ketua Pengadilan Tinggi Militer ditunjuk Mr. Kasman Singodimedjo dan sebagai Kepala staf diangkat Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo. Sedangkan Kolonel TB Simatoepang sebagai Kepala Organisasi; Sudibyo diangkat menjadi Direktur Jenderal Departemen Perang yang mana Didi Kartasasmita adalah Kepala Infantri dan Kepala Polisi Militer Mayor Jenderal Santoso. Mayor Jenderal Abdoel Haris Nasution ditunjuk sebagai Panglima Divisi-1 dengan Letnan Kolonel Sakari sebagai Kepala Staf. Panglima Divisi-3 diangkat Mayor Jenderal Soedarsono (sebelumnya komandan BKR Dajakarta) dan Letnan Kolonel Pari sebagai Kepala Staf; Panglima Divisi-6 Mayor Jenderal Songkono dengan Letnan Kolonel Marhadi sebagai Kepala Staf.

Kekuatan dan jumlah personel TRI yang relatif lebih sedikit dari pasukan para laskar-laskar sangat kewalahan mencakup untuk seluruh wilayah yang luas. Setelah terjadi revolusi sosial di Banten, kembali terjadi kegaduhan kini di Tangerang. Orang-orang Tionghoa di Tangerang yang menjadi sasaran pembantaian (ini mirip dengan kegaduhan pada bulan Oktober 1945 di Depok yang memojokkan para Depokker (sering disebut Belanda Depok). Untuk mengatasi di Tangeran Menteri Penerangan yang juga merangkap Menteri Pertahanan Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap mengirim misi yang terdiri dari tim kemeneritan penerangan, tim kementerian dalam negeri, perwakilan dari KNI, pejabat TRI dan salah satu organisasi Tionghoa untuk menyelidik dan mengumpulkan fakta (lihat Friesch dagblad, 08-06-1946). Dalam berita ini juga disebutkan bahwa Menteri Pertahanan di Djogjakarta telah mengumumkan bahwa Komandan TRI di Serang (Banten) telah mengambil langkah untuk mengakhiri pembantaian di barat Tangerang dan dua jaksa sudah dikirim ke Serang.

Peristiwa di Depok, Banten dan Tangerang telah menjadi tragedi berdarah yang dapat dianggap sebagai teragedi kemanusian (di luat perang yang terjadi). Sasaran pembunuhan, pelecehan dan perampokan di Banten justru dialami oleh keluarga terhormat seperti keluarga Bupati Serang Hilman Djajadiningrat (adik dari Husein Dajadiningrat). Seperti disebut di atas,pada saat pembentukan supra organisasi kebangsaan tahun 1827 (PPPKI) justru diadakan di rumah Husein Djajadingrat di Batavia dimana Ir Soekarno (yang kini menjadi Presiden) turut hadir (mewakili PNI). Sangat miris.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Ir. Soekarno dan Dr. Husein Djajadiningrat

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar