*Untuk melihat seluruh artikel Sejarah Banten, klik Disini
Ada satu masa di negeri ini sebelum terbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang mana kembali terjadi Perang Saudara. Pada masa lampau Perang Saudara terjadi antara satu kerajaan dengan kerajaan lain. Perang saudara masa lampau ini timbul karena adanya perebutan kekuasaan di dalam kerajaan atau perluasan wilayah kerajaan dengan menyerang kerajaan lain. Perang saudara di Banten pernah terjadi antara faksi sang ayah dan faksi sang anak (1681-1684). Perang saudara di Banten ini menjadi titik balik kejayaan Kersultanan Banten.
Perang Saudara di Banten adalah juga gambaran Perang Saudara di daerah lain, seperti di Sumatera Timur dan Tapanuli, Seperti disebut di atas Perang Saudara terjadi pada fase Perang Kemerdekaan. Semakin menguatnya Belanda (NICA), faksi yang diserang dalam Perang Saudara mulai berkolaborasi dengan Belanda yang akhirnya muncul negara-negara boneka Belanda (terpisah dari negara RI) seperti Negara Pasoendan dan Negara Sumatera Timur. Namun di Tapanuli dan Banten tetap menjadi bagian dari RI. Akan tetapi ada perbedaan antara Banten dan Tapanuli. Di daerah Banten para bangsawan tersingkir (sejak Perang Saudara). Lalu bagaimana semuanya kembali bersatu dalam bentuk NKRI? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Perang Saudara Revolusi Sosial: Banten dan Tapanuli
Tunggu deskripsi lengkapnya
RI, RIS dan NKRI: Belanda Mengakui Kedaulatan Indonesia
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar