*Untuk melihat seluruh artikel Sejarah Banten, klik Disini
Hilman Djajadiningrat adalah anggota keluarga dari trah Djajadiningrat di Serang (Anak bupati Serang R Bagus Djajawinata, 1893-1898). Dalam trah ini ada nama tokoh hebat Hussein Djajadiningrat. Saudara mereka juga orang terkenal di Serang, RA Achmad Djajadiningrat (Bupati Serang 1901-1924). Hilman Djajadiningrat adalah penerus trah Djajadiningrat sebagai bupati di Serang (1935-1945). Namun yang menjadi pertanyaan mengapa trah Djajadiningrat ini terusir dari kampong halaman sendiri pada era perang kemerdekaan RI?
Bagaimana trah Djajadiningrat terusir dari Serang? Mengapa Hilman Djajadiningrat di Serang tidak bisa melanjutkan jabatannya sebagai bupati di Serang? Sejarah tidak selalu linier. Hal itulah mengapa diperlukan (ilmu) sejarah. Sejarah sendiri adalah narasi fakta dan data tentang garis-garis waktu apakah garis lurus atau garis belok. Lalu mengapa Hilman Djajadiningrat di Serang tidak bisa melanjutkan perjuangan penduduk Banten ti di Serang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Trah Djajadiningrat di Serang
Hilman Djajadiningrat dan Husein Djajadiningrat tidak sama. Mereka berdua memiliki cara berpikir dan jalan hidup yang berbeda. Tidak seperti Husein Djajadiningrat dan Lukman Djajadiningrat yang melihat pendidikan setinggi-tingginya, Hilman Djajadiningrat selepas lulus HBS lima tahun (SMA) di sekolah elit Gym, Willem III Batavia tahun 1916 langsung meniti karir sebagai pegawai pemerintah dari bawah. Singkat cerita, Hilman Djajadiningrat mencapai puncak diangkat menjadi Bupati Serang pada tahun 1935.
Pencapaian Hilman Djajadiningrat telah menyamai abangnya RA Achmad Djajadiningrat yang pernah menjadi Bupati Serang (1901-1924). Kedua bersaudara ini telah pula mencapai jabatan yang pernah diraih oleh ayah mereka (R Bagus Djajawinata). Hilman Djajadiningrat mendapat gelar Adipati pada tahun 1941.
RA Hilman Djajadiningrat tidak hanya sebagai bupate Serang, juga menjadi salah satu anggota dewan provinsi (De Provinciale Raad) West Java (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 05-11-1941). Dalam daftar untuk golongan pribumi juga terdapat nama Otto Iskandar Dinata, anggota Volksraad di Bandoeng dan Soeriakartalegawa, bupati Garoet serta M Atik Soeardi, anggota terpilih dari West Java dan M Sewaka, patih dari Indramajoe. Disamping daftar golongan Eropa juga terdapat dua orang Tionghoa.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Hilman Djajadiningrat pada Era Perang Kemerdekaan RI
Pada era pendudukan Jepang, nama Hilman Djajadiningrat di Serang kurang terinformasikan. Tentu saja nama Hilman Djajadiningrat laris manis untuk tetap menjadi pemimpin di wilayah Banten. Hal ini karena nama abangnya Hussein Djajadiningrat masih jaminan mutu dan memiliki pengaruh diantara tokoh-tokoh Indonesia.
Ir. Soekarno dan Drs Mohamad Hatta menjadi pemimpin dan wakil pemimpin tertinggi dalam pemerintahan pendudukan militer Jepang untuk golongan pribumi. Selain pemimpin daerah, secara khusus di Jawa terdapat dua posisi wali kota di kota besar yakni di Djakarta dan Soerabaja. Untuk wali kota Djakarta diangkat Dahlan Abdoellah dan untuk wali kota di Soerabaja diangkat Dr. Radjamin Nasution.
Pada tahun 1945 menyatakan takluk kepada sekutu setelah militer Amerika Serikat menhancurkan kota Hirosima dan Nagasaki dengan bom atom. Segera setelah pernyataan takluk Jepang melalui radio, pada tanggal 17 Agustus 1945 Presiden Soekarno atas desakan para pemuda memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun tidak lama kemudian Belanda dengan bendara NICA datang kembali ke Indonesia. Perang kemerdekaan bergelora dimana-mana. Dalam situasi inilah markas laskar yang dicap pers Belanda sebagai ekstrimis merelokasi dari wilayah Batavia ke wilayah Banten (lihat Haarlems dagblad, 28-11-1945). Para pemimpin lokal di Banten dalam masalah.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar