*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kupang dalam blog ini Klik Disini
Pada era Portugis perdagangan sangat longgar di kota-kota pantai. Hal itu juga terjadi pada permulaan kehadiran Belanda (sejak 1613). Pada tahun 1665 pemerintah VOC mengubah kebijakannya dari perdagangan yang longgar di pantai menjadi kebijakan baru yang mana penduduk asli (lokal) dijadikan sebagai subjek. Pemerintah VOC melalui para pedagang-pedagangnya membuat kontrak-kotrak (kerjasama) dengan para pemimpin lokal, Di provinsi Nusa Tengara Timur yang sekarang begitu banyak para pemipin lokal (raja-raja) di berbagai pulau-pulau yang berbeda. Pada saat ini wilayah yurisdiksi antara Belanda dan Portugis di pulau Timor sudah mengerucut (yang kini menjadi batas provinsi NTT dan negara Timor Leste).
Bagaimana sejarah pemerintahan di Timor Groep (baca: provinsi NTT)? Sejatinya baru dimulai di era Pemerintah Hindia Belanda. Pada era pendudukan Inggrsi (1811-1816) hanya terbatas di Jawa dan beberapa wilayah di Palembang en Bangka, Macassar dan Bandjermasin. Lantas bagaimana dengan di Bali, Lombok, Sombawa dan Timor Groep? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Residentie Timor: JA Hazaart
VOC yang didirikan di Batavia sejak 1619, akhirnya harus berakhir pada tahun 1799. Setelah berakhirnya VOC mulai dibentuk Pemerintah Hindia Belanda. Pada era Gubernur Jenderala Daendels (1808-1811) mulai dibentuk beberapa prefect (provinsi) di Jawa. Salah satu program Daendels untuk mengimplementasikan pemerintahan itu adalah membangun jalan trans-Java antara Anjer dan Panaroekan.
Lalu Daendels mulau membangun kota-kota sebagai pusat pemerintahan dan cabang pemerintahan. Dua kota pertama yang dibangun adalah Weltevreden (kini Gambir) dan Buitenzorg (kini Bogor), Untuk mendukung perdagangan Daendels mulai mengembangkan pertanian dengan pembanguna irigasi dan pencetakan lahan-lahan pertanian baru. Namun posisi Daendels harus berakhir karena terjadi pendudukan Inggris 1811.
Dalam Almanak 1816 Resident Timor adalah Captain J Burn. Timor sendiri sudah sejak lama menjadi tempat yang penting bagi VOC. Berdasarkan Groninger courant, 06-04-1792 establissementen VOC di Hindia Timur berada di Batavia. Amboina, Banda, Ternate, Macassar, Timor, Japan, China, Malacca, Bengalen, Chromandel, Ceylon, Malabar, Soeratte, Kap de Goede Hoop, Java dan Bantam. Mengapa tidak ada di Sumatra dan Borneo? Ada Inggris (yang berpusat di Calcutta). Sejak pendudukan Inggris (1811) semua tempat sudah dikuasai oleh Inggrsi kecuali Ternate (masih dapat dipertahankan VOC).
Pada tahun 1781 Inggris yang berpusat di Calcutta mengrim skuadron ke pantai barat Sumatra dan menempati pos yang sudah lama dibangun di Bengkoelen. Sejak itu VOC (yang berpusat di Batavia) terusir dari Sumatra. Sejarah ini berulang. Pada tahun 1605 Belanda mengusir Portugis dari Amboina dan kemudian bergeser ke Ternate (setelah berhasil mengusir Spanyol). Pada tahun 1613 kembali Belanda mengusir Portugis dari Solor dan Coepang (Portugis bergerser ke bagian timur pulau Timor). Pada tahun 1641 Belanda (VOC) mengusir dari Camboja dan kemudian disusul di Malaka tahun 1643. Lalu yang terakhir pada tahun 1657 VOC mengusir Portugis dari Ternate dan juga mengusir Spanyol dari Manado (sehingga Spanyol hanya terbatas di Filipina). Meski demikian, masih ada wilayah yurisdiksi Portugis yang tersisa di Macao dan di bagian timur pulau Timor (kini Timor Leste). Seperti disebut di atas establissementen VOC di Timor adalah berpusat di Coepang (minus Timor Leste yang sekarang). Pada saat pendudukan Inggrsi, bagian timur pulau Timor masih tetap menjadi wilayah yurisdiksi Portugis. Mengapa Macao dan Timor masih tersia Portugis? Satu yang pasti VOC tidak tertarik dengan bagian timur pulau Timor karena kurang menguntungkan dari segi perdagangan. Alasan VOC tetap mempertahankan Timor Groep tidak atas dasar potensi perdagangan tetapi semata-mata alasan politik (khwatir direbut Portugis). Hal ini pernah terjadi pada tahun 1615.
Sejak berkuasanya kembali Belanda pada tahun 1816 (menggantikan Inggrsi) semua wilayah diserahkan kembali kepada (Pemerintah Hindia) Belanda kecuali Bengcolen. Lalu muncullah pada tahun 1824 perjanjian batas wilayah yurisdiksi Inggrsi dan Belanda. Dalam perjanjian ini disepakati tukar guling antara Bengcolen (Inggrsi) dengan Malaka (Belanda). Bagaimana antara Belanda dan Portugis soal bagian timur pulau Timor? Tidak begitu jelas dan tampaknya tidak ada kata sepakat.
Sejak 1824 penarikan batas antara wilayah yurisdiksi Belanda dengan seterunya Inggrsi dan Portugis mulau dirapikan. Garis batas di pulau Borneo (kini Kalimantan) diperjelas dengan Borneo Utara (Brunai). Dalam perkembangannya dengan pembentukan wilayah Serawak dan Sabah, pulau Sebatik harus dibagi dua antara Inggrsi dan Belanda. Yang paling konyol dan sangat buru-buru adalah penarikan batas di Papua yang mana sebelah barat (Belanda) dan sebelah timur (Inggrsi). Tentu saja dalam penarikan batas ini juga dilakukan di pulau Timor antara Belanda dan Portugis. Sejak penarikan batas dan perapihan batas-batas tersebut wilayah yurisdiski Belanda tidak berubah (kini menjadi NKRI).
Pada awal Pemerintah Hindia Belanda, yang dimulai tahun 1816 (untuk menggantikan Inggrsi) sebenarnya berjalan lambat. Inggrsi masih enggan angkat kaki dari Sumatra dan Borneo bahkan Raffles masih melakukan ekspedisi di pantai barat Sumatra hingga berujung pada perjanjian (Traktak London 1824). Sejak inilah pembentukan cabang-cabang pemerintahan Pemerintah Hindia Belanda mulai berjalan efektif.
Namun demikian, para pemimpin lokal ada yang bekerjasama dan ada yang tidak menginginkannya seperti lahirnya Perang Jawa (1825-1830), Perang Padri (1822-1837) dan lainnya.
Seperti di era pendudukan Inggris, Timor Groep dijadikan sebagai satu residentie tersendiri di era Pemerintah Hindia Belanda. Dalam awal pembentukan cabang pemerintahan ini (pulau) Soembawa menjadi satu residentie seperti halnya Timor Groep (yang juga disebut Timor Koepang) yang masuk province Macassar. Bali (dan Lombok) masih independen. Manado dan Gorontalo asuk wilayah province Molukche. Yang diangkat menjadi residen di Timor adalah JA Hazaart, JM Tielman sebagai sekretaris dan JM Hazaart sebagai kommies. Inilah awal pemerintah di Timor.
Residen JA Hazaart selain mulai menggiatkan program pembangunan infrastruktur (jalan, jembatan dan pelabuhan), pengembangan pertanian (perdagangan) juga menyelenggarakan pendidikan. Dua guru yang ditempatkan di Koepang adalah B le Bruin, eerste onderwijzer dan WT Hatoe, tweede onderwijzer. B le Bruin sendiri adalah juga seorang misionaris di Koepang. Siapa WT Hatoe? Dari nama marganya dia barangkali dari Ambon. Untuk sekadar catatan: Tielman yang menjadi sekretataris residen, kelak nama Tielman terkenal sebagai grup para musisi asal Timor (Tielman Brothers).
Di bawah Residen JA Hazaart dengan formasi sejak awal (JA Hazaart, JM Tielman dan JM Hazaart) jumlah pejabat semakin banyak di Residentie Timor. Berdasarkan Almanak 1831 pejabat ditempatkan di pulau Rote, di pulau Sawoe, pulau Samoe, di Babaow, Pritij, Naijloi, Sutrana, Atapoepoe, Mobara, Aolor, Solor dan Amerassie. Ini mengindikasikan bahwa cabang-cabang awal pemerintah semakin meluas, tidak hanya di Koepang.
Dalam Almanak 1831 fungsi pendidikan telah dihapus. Pendeta B le Bruin (Ptrancis) yang sudah ada sebelumnya telah digantikan oleh pendeta Terlinden (Belanda). Di satu sisi hilangnya fungsi pendidikan tetapi di sisi lain jumlah misionaris bertambah. Pendeta Terlinden dibantu oleh tiga orang. Meski demikian, fungsi pendidikan ini diduga tetap dilakukan oleh para misionaris Belanda. Pada masa inilah diduga awal penyiaran (agama) Protestan di Timor Groep. Hal serupa ini juga terjadi di Amboina. Tampaknya ada perbedaan antara di Timor Groep dengan di Maluku. Kehadiran (pendeta) misionaris Portugis semakin jarang ke Maluku, tetapi para pendata misionaris Portugis masih eksis di bagian timur pulau Timor (Timor Leste). Awalnya banyak penduduk Maluku (terasuk Sangir, Talaud dan Manado) yang sebelumnya sudah memiliki ajaran Katolik semakin menyusut. Yang terjadi adalah Islam dan Protestan semakin intens di Maluku, sementara di Timor Groep karena masih ada orang Portugis di bagian timur pulau Timor, yang terjadi adalah masing-masing pendeta Portugis (Katolik) dan pendeta Belanda (Protestan) sama-sama memperluas pengaruh. Pemerintah Hindia Belanda sendiri tidak mempermasalahan agama. Bagi pemerintah sendiri bahwa Islam, Kristen dan pagan sama pentingnya jika dan hanya jika bersedia membangun jalan dan jembatan (mendukung program pemerintah). Hal itulah mengapa para pendeta Katolik di Timor (bagian Portugis) masih bergerak bebas di pulau-pulau lain. Singkat kata: agama dan pemerintahan terpisah.
Residen pertama Timor JA Hazaart kemudian digantikan oleh CF Goldman (lihat Almanak 1836). Dalam pemerintahan CF Goldman fungsi pendidikan kembali diaktifkan. Kepala sekolah di Koepang adalah BM Noija (ingat Andy F Noya). Untuk guru untuk orang Eropah tersendiri.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pembentukan Cabang-Cabang Pemerintahan di Residentie Timor
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar