Sabtu, 06 Februari 2021

Sejarah Kupang (17): Sejarah Pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur, Kini 4 Kabupaten; Pulau Sumba[wa] di Nusa Tenggara Barat

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kupang dalam blog ini Klik Disini

Tempo doeloe, Pulau Sumba disebut Pulau Sandelbosch (Pulau Tjindana). Sebelumnya sudah dikenal nama pulau Sumbawa di barat (masuk wilayah provinsi Nusa Tenggara Barat) dan pulau Flores di utara. Lantas sejak kapan nama tentang Pulau Sumbawa disebut Pulau Sumba (menggantikan nama lama Pulau Tjindana)? Lantas apakah itu begitu penting? Tentu saja karena perubahan nama itu bagian dari sejarah Pulau Sumbawa.

Pulau Sumba pada masa ini termasuk wilayah provinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau ini awalnya dijadikan sebagai satu kabupaten dengan ibu kota di Waingapu. Pada tahun 1956 kabupaten ini dilikuidasi dan kemudian Pulau Sumba dibagi menjadi dua kabupaten dengan nama kabupaten Sumba Timur ibu kota di Wai-ngapu dan kabupaten Sumba Barat dengan ibu kota di Wai-kabubabak. Pada tahun 2007 kabupaten Sumba Barat dimekarkan dengan membentuk dua kabupaten: kabupaten Sumba Tengah dengan ibu kota di Wai-bakul dan kabupaten Sumba Barat Daya dengan ibu kota di Tambolaka.

Bagaimana sejarah Pulau Sumba? Namanya mirip pulau Sumbawa. Lantas mengapa nama pulau (nusa) Sumba tempo doeloe disebut pulau Cendana? Lalu mengapa PTN di provinsi Nusa Tenggara Timur diberinama Universitas Nusa Cendana? Apakah kayu cendana hanya ada di Pulau Sumba? Tentu saja tidak, kayu cendana bahkan awalnya diproduksi hanya di Pulau Solor dan Pulau Timor. Okelah kalau begitu. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Pulau Sumba Pulau Tjendana, Nama Pulau Flores Pulau Manggarai

Satu peta tertua nusantara adalah peta yang dibuat Antonio Reinel pada tahun 1517.  Pada peta no 21 diidentifikasi nama Ilha (pulau) Jaoa, ilha de Madura, Ssurubaia (Surabaya), Bllaram (Bali), Lamboquo (Lombok), Ssimbaua (Sumbawa) dan Aramaram. Pada peta no 20 diidentifikasi nama-nama Ilha de Sollor (Pulau Solor), cabo das Frolles (Flores), Batoetara (P Komba) dan Ilha de Timor (pulau Timor).

Dalam peta tertua di era Portugis ini nama pulau Sumbawa sudah diidentifikasi. Namun yang menjadi pertanyaan, penulis-penuli Belanda tidak menjelaskan nama pulau Aramaram. Jika peta ini dalam garis lurus (navigasi sebelah utara pulau-pulau), mengidentifikasi nama pulau Solor dan suatu tanjung di pulau Flores dengan nama Cabo das Frolles. Penulis-penulis Belanda yang merujuk pada penulis-penulis Portugis Frolles dalam hal ini adalah Flores (bunga). Namun yang menjadi pertanyaan cabo d Frolles tentulah didentifikasi tanjung, pintu masuk ke pulau Solor dan pulau Timor. Namun saya berkesimpulan bahwa Frolles adalah adalah nama orang (namun bergeser menjadi Flores=bunga). Nama Cabo das Flores muncul kemudian ditemukan pada peta SM Cabot (1544). Oleh karena pulau Aramaram berada diantara pulau Sumbawa dan pulau Solor, lalu apakah Aramaram adalah nama lama pulau Flores. Nama yang mirip secara lingusitik Aramaram adalah pulau Mangarai. Pada peta era VOC pulau Mangarai kemudian juga diidentifikasi dengan nama pulau Komodo. Oleh karena pada masa ini, penduduk di bagian barat pulau Flores adalah orang (etnik) Manggarai, maka pulau Aramaram adalah pulau Manggarai (yang berganti nama menjadi pulau Komodo). Antara pulau Aramaram dan pulau Solor dimana diidentifikasi cabo das Frolles (Flores), tentu saja nama tanjung diperkenalkan oleh orang Portugis. Yang tetap menjadi pertanyaan adalah apa nama lama pulau Flores. Saya berkesimpulan bahwa nama yang diidentifikasi pada peta Reinel (1517) dengan nama Aramaram adalah pulau Manggarai, nama lama dari pulau Flores.

Lalu kapan nama pulau Sumba diidentifikasi kali pertama? Yang jelas nama pulau Sumbawa  sudah ada sejak era Portugis. Sementara itu nama pulau Flores telah beberapa kali dipertukarkan seperti pulau Larantoeka dan pulau Ende. Dari banyak nama pulau ini, pada tahun 1636 Gubernur Jenderal VOC Hendrik Brouwer meresmikan nama pulau menjadi nama Flores. Sejak itu nama Flores digunakan hingga selanjutnya. Sedangkan nama pulau Sumba tetap disebut nama pulau Sandelbosch. Akan tetapi pada Peta 1724 (era VOC), nama pulau Sumba tetap diidentifikasi sebagai Sandelbosch tetapi ditambahkan juga dengan nama Pulau Tjindana.

Nama Sandelbosch sama dengan nama Tjindana, tetapi dalam perkembangannya nama Sandelbosch mulai ditinggalkan dan nama Tjindana semakin mengemuka. Yang sudah paten namanya sejak lama adalah pulau Sumbawa, pulau Solor dan pulau Timor. Nama-nama pulau yang lebih kecil sudah banyak yang eksis seperti pulau Rote dan pulau Sawu.

Kapan nama pulau Sumba diidentifikasi untuk menggantikan nama Sandelbosh (Sandelhoud) dan Tjindana tidak diketahui secara pasti. Pada tahun 1819 disebut nama selat Soemba (lihat 's Gravenhaagsche courant, 15-09-1819). Dalam literatur Prancis nama Sumba sudah diidentifikasi pada era Pemerintah Hindia Belanda (lihat Nouvelle géographie, d'après les meilleurs géographes et les voyageurs les plus récents, 1824).

Pada Peta 1835 nama Sumba sudah diidentifikasi dengan nama Tanna Sumba atau Tjindana. Pada Peta 1840 nama pulau diidentifikasi sebagai Pulau Sumba atau pulau Sandelhoud. Seperti halnya nama Pulau Flores, nama pulau Sumba juga banyak seperti Tjendána, Sandelhout, Sandelwood dan tentu saja Sandelbosch.

Lantas mengapa nama pulau Sumba muncul? Nama Sumba seakan kependekatan dari nama pulau Sumbawa. Apakah kedua pulau ini memiliki keterkaitan tentang nama atau hal lainnya yang dihubungkan dengan kedua nama pulau tersebut.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sejarah Kota Waingapu di Pulau Sumbaa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar