Minggu, 28 Maret 2021

Sejarah Australia (6): Pulau Saint Paul dan Pulau Mauritius di Tengah Lautan Hindia; Rute Pelayaran ke Hindia Timur - Australia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Australia dalam blog ini Klik Disini

Tiga lautan luas adalah rute navigasi pelayaran paling berbahaya tempo doeloe. Melalui Lautan Atlantik pelaut-pelaut Eropa menemukan (benua) Amerika; Lautan Hindia untuk mencapai Hindia Timur (baca: Indonesia); Lautan Pasifik rute pelayaran antara timur-barat (East-West). Dua pulau penting (strategis) di Lautan Hindia, Pulau Mauritius dari Eropa di Afrika Selatan tidak hanya persinggahan yang aman untuk menuju Hindia Timur, juga Pulau St Paul rute paling nyaman mencapai (benua) Australia. Mengapa? Faktor angin barat yang menyebabkan demikian.

Pada masa ini, Pulau St Paul (Ile Saint-Paul dikenal sebagai sebuah pulau yang membentuk bagian dari Daratan Selatan dan Antartika Prancis (Terres australes et antarctiques françaises, TAAF) di Samudra Hindia dengan luas 6 Km2. Pulau ini terletak sekitar 90 Km di selatan Ile Amsterdam, 1.300 Km timur laut Kepulauan Kerguelen dan 3.000 Km tenggara Réunion. Ini adalah pendaratan terdekat (355 Km) ke antipode dari pusat geografis Amerika Serikat yang berdekatan. Pulau St Paul termasuk habitat yang sesuai bagi burung laut. Kabin penelitian ilmiah di pulau itu digunakan untuk kampanye singkat ilmiah atau ekologi, tetapi tidak ada populasi permanen di pulau ini. Pulau St Paul berada di bawah otoritas administrator senior di Réunion (Prancis).

Lantas bagaimana sejarah Pulau St Paul? Pulau terdekat dari Pulau Mauritius inilah yang membantu Abel Tasman pada tahun 1642 menemukan benua Australia di pantai barat Pulau Tasman. Lalu apa pentingnya pulau tak berpenghuni ini dalam sejarah Australia? Jelas tidak hanya karena Abel Tasman, tetapi penting dalam penyelidikan Laut Selatan (di selatan Lautan Hindia). Pulau ini sempat diklaim oleh beberapa bangsa. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Pulau St Paul: Pulau Mauritius

Mengapa namanya disebut Saint Paul tidak begitu jelas. Namun pulau (yang disebut Sr Paul Eiland) ini telah dilukis kembali oleh Johannes Vingboons pada tahun 1665. Tampknya Vingboons sendiri telah mengunjungi pulau. Sesuai keterangan peta, Vingboons menyalin Eijland St. Paulo berdasarkan gambar (sketsa) yang dibuat pada tanggal 25 Desember 1626 oleh awak kapal Wapen van Delft. Ini mengindikasikan bahwa pulau ini sudah dikenal baik jauh sebelum Abel Tasman menyelidiki Laut Selatan (selatan Lautan Hindia) tahun 1642 dari Pulau Mauritius (timur Pulau Madagaskan).

Hindia Timur sudah sejak lama dipetakan oleh orang-orang Portugis. OrangPortugis kali pertama ke Hindia Timur dan menaklukkan kota Malaka pada tahun 1511. Peta-peta buatan Portugis inilah yang digunakan oleh pelaut-pelaut belanda ketika pelayaran pertama dilakukan pada tahun 1595 yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Pelaut-pelaut Belanda tidak ke India (dimana koloni Prtugis sudah ada seperti di Goa), tetapi datri Goode Hoop (Tanjung Harapan, Afrika Selatan) ke arah timur (laut) melalui Lautan Hindia  dengan memanfaatkan angin barat secara optimal di sepanjang Tanjung Harapan dan sebisa mungkin menghindari zona tanpa angin di sepanjang ekuator. Pada koordinat tertentu, di sekitar pulau St Paul, navigasi pelayaran berbelok ke utara agar tercapai tepat waktu. Namun, ini tidak selalu berhasil, yang menyerbabkan arah kapal justru lurus (tidak bisa berbelok ke utara) sehingga menjadi sebab pada penemuan pantai barat Australia (1610 atau 1616). Dari namanya pulau ini diberikan oleh orang Portugis (sebagaimana nama Pulau Mauritius). Pulau di dekat pulau St Paul diberikan nama oleh pelaut-pelaut Belanda dengan nama Pulau Amsterdam. Sedangkan Cornelis de Houtman ketika pertama kali ke Hindia Timur (1595-1596)  rute pelayatan dari Pulau Mauritius ke pantai barat pulau Sumatra (di Pulau Enggano) sebelum menuju kota pelabuhan Banten. Ketika kembali ke Belanda, Cornelis de Houtman kembali ke Pulau Mauritius mellaui selat Bali dan pantai selatan Jawa. Oleh karena itu, posisi dimana pulau St Paul dan pulau Amsterdam kerap disebut orang Belanda ‘pulau di selatan Sumatra’.

Sketsa Pulau St Paul dibuat pada tanggal 25 Desember 1626 (disalin Johannes Vingboons 1665) terdiri dari tiga hal: Sketsa peta pulau, sketsa penampilan topografi umum pulau, dan peta-peta profil pantai pulau Sumatra dan pulau-pulau di Selat Sunda. Sketsa peta pulau tampaknya berbeda dengan bentuk pulau yang sekarang (berdasarkan peta satelit googlemap). Sketsa topografi pulau St Paul mencerminkan tofografi berbukit-bukit yang curam.

Jika membandingkan pulau St Paul versi tahun 1626 dengan versi sekarang ada perbedaan yang mencolak. Pada peta sketsa versig 1626 seluruh pulau utuh seperti bentuk perisai (datar di barat dan runcing di timur). Dalam peta St Paul ini juga pada latar belakang suatu pulau (diduga kuat Pulau Amsterdam). Pada peta satelit yang sekarang, pada bagian tengah pulau berlobang yang tergenang air laut. Lobang ini diduga kuat sebagai dampak yang ditimbulkan erupsi (gunung api). Nama navigasi pada googlemap diidentifikasi sebagai Basin du Cratera (laut kawah?). Berdasarkan pemahaman serupa ini besar dugaan pulau St Paul (dan pulau Amsterdam) adalah puncak gunung bawah laut yang ‘nimbul’ karena adanya erupsi besar di masa lampau (sebelum era Portugis).

Nama pulau St Paul (Prancis) tampaknya telah mengalami korupsi dari St Paulo (Portugis). Akan tetapi nama pulau tetangganya tetap seperti tempo doeloe ditulis pulau Amsterdam (Belanda). Lantas mengapa bentuk pulau Sr Paul mengalami perubahan jika engacu pada sketsa berdasarkan tahun 1626? Seperti disebut di atas, di pulau ini telah terjadi erupsi. Sebagaimana diketahui bahwa pulau-pulau kecil yang eksis di tengah lautan umumn ya adalah bagian dari puncak gunung bawah laut (yang dalam). Pulau St Paul yang notabene adalah puncak gunung (bawah laut) telah mengalami beberapa kali erupasi.

Berdasarkan sketsa pulau St Paul yang dimuat pada buku Francois Valentijn (1724) bentuk pulau St Paul digambarkan berbeda dengan bentuk sketsa yang dibuat satu abad sebelumnya (1626). Dalam sketsa pulau St Paul pada buku Francois Valentijn ini bagian timur pulau telah terpotong bagian atas yang diduga telah terjadi erupsi. Dari laut terlihat bahwa pulau St Paul danau atau teluk yang sekrang belum terbentuk. Pada erupsi selanjutnya diduga permukaan pulau yang terpotong mengalami erupsi lagi sehingga bagian dasar pulau juga meletus yang diduga menjadi sebab terjadinya danau atau teluk. Catatan: Sketsa pulau dalam buku Francois Valentijn yang dilukis oleh J van Braam ini tidak disebutkan siapa sumbernya dan dibuat pada tahun berapa. Namun diduga sketsa itu dibuat tidak lama sebelum Braam melukisnya untuk keperluan buku Francois Valentijn. Untuk sekadar diketahui Francois Valentijn adalah seorang ahli geografi yang tinggal di Amboina dan dalam penyusunan bukunya tersebut Valentijn memiliki akses ke suber-sumber VOC seperti Daghregister (di Kasteel Batavia). Buku Valentijn yang berjudul Oud en Nieuw Indisch yang diterbitkan tahun 1724 dapat dikatakan buku geografi pertma yang terlengkap untuk Hindia Timur (termasuk Australia).Francois Valentijn meninggal di Belanda tahun 1627.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Persinggahan Pelayaran dari Eropa ke Australia

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar