*Untuk melihat semua artikel
Sejarah Australia dalam blog ini Klik Disini
Tiga lautan luas adalah rute navigasi pelayaran paling berbahaya tempo
doeloe. Melalui Lautan Atlantik pelaut-pelaut Eropa menemukan (benua) Amerika;
Lautan Hindia untuk mencapai Hindia Timur (baca: Indonesia); Lautan Pasifik
rute pelayaran antara timur-barat (East-West). Dua pulau penting (strategis) di
Lautan Hindia, Pulau Mauritius dari Eropa di Afrika Selatan tidak hanya persinggahan
yang aman untuk menuju Hindia Timur, juga Pulau St Paul rute paling nyaman mencapai
(benua) Australia. Mengapa? Faktor angin barat yang menyebabkan demikian.
Pada masa ini, Pulau St Paul (Ile Saint-Paul
dikenal sebagai sebuah pulau yang membentuk bagian dari Daratan Selatan dan
Antartika Prancis (Terres australes et antarctiques françaises, TAAF) di
Samudra Hindia dengan luas 6 Km2. Pulau ini terletak sekitar 90 Km di selatan Ile
Amsterdam, 1.300 Km timur laut Kepulauan Kerguelen dan 3.000 Km tenggara
Réunion. Ini adalah pendaratan terdekat (355 Km) ke antipode dari pusat
geografis Amerika Serikat yang berdekatan. Pulau St Paul termasuk habitat yang
sesuai bagi burung laut. Kabin penelitian ilmiah di pulau itu digunakan untuk
kampanye singkat ilmiah atau ekologi, tetapi tidak ada populasi permanen di
pulau ini. Pulau St Paul berada di bawah otoritas administrator senior di
Réunion (Prancis).
Lantas
bagaimana sejarah Pulau St Paul? Pulau terdekat dari Pulau Mauritius inilah yang
membantu Abel Tasman pada tahun 1642 menemukan benua Australia di pantai barat
Pulau Tasman. Lalu apa pentingnya pulau tak berpenghuni ini dalam sejarah Australia? Jelas tidak hanya
karena Abel Tasman, tetapi penting dalam penyelidikan Laut Selatan (di selatan
Lautan Hindia). Pulau ini sempat diklaim oleh beberapa bangsa. Seperti
kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Nama Pulau St Paul: Pulau Mauritius
Mengapa
namanya disebut Saint Paul tidak begitu jelas. Namun pulau (yang disebut Sr
Paul Eiland) ini telah dilukis kembali oleh Johannes Vingboons pada tahun 1665.
Tampknya Vingboons sendiri telah mengunjungi pulau. Sesuai keterangan peta, Vingboons
menyalin Eijland St. Paulo berdasarkan gambar (sketsa) yang dibuat pada tanggal
25 Desember 1626 oleh awak kapal Wapen van Delft. Ini mengindikasikan bahwa
pulau ini sudah dikenal baik jauh sebelum Abel Tasman menyelidiki Laut Selatan
(selatan Lautan Hindia) tahun 1642 dari Pulau Mauritius (timur Pulau
Madagaskan).
Hindia Timur sudah sejak lama dipetakan oleh
orang-orang Portugis. OrangPortugis kali pertama ke Hindia Timur dan
menaklukkan kota Malaka pada tahun 1511. Peta-peta buatan Portugis inilah yang digunakan
oleh pelaut-pelaut belanda ketika pelayaran pertama dilakukan pada tahun 1595
yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Pelaut-pelaut Belanda tidak ke India
(dimana koloni Prtugis sudah ada seperti di Goa), tetapi datri Goode Hoop
(Tanjung Harapan, Afrika Selatan) ke arah timur (laut) melalui Lautan Hindia dengan memanfaatkan angin barat secara optimal
di sepanjang Tanjung Harapan dan sebisa mungkin menghindari zona tanpa angin di
sepanjang ekuator. Pada koordinat tertentu, di sekitar pulau St Paul, navigasi
pelayaran berbelok ke utara agar tercapai tepat waktu. Namun, ini tidak selalu
berhasil, yang menyerbabkan arah kapal justru lurus (tidak bisa berbelok ke
utara) sehingga menjadi sebab pada penemuan pantai barat Australia (1610 atau
1616). Dari namanya pulau ini diberikan oleh orang Portugis (sebagaimana nama
Pulau Mauritius). Pulau di dekat pulau St Paul diberikan nama oleh
pelaut-pelaut Belanda dengan nama Pulau Amsterdam. Sedangkan Cornelis de
Houtman ketika pertama kali ke Hindia Timur (1595-1596) rute pelayatan dari Pulau Mauritius ke pantai
barat pulau Sumatra (di Pulau Enggano) sebelum menuju kota pelabuhan Banten.
Ketika kembali ke Belanda, Cornelis de Houtman kembali ke Pulau Mauritius mellaui
selat Bali dan pantai selatan Jawa. Oleh karena itu, posisi dimana pulau St
Paul dan pulau Amsterdam kerap disebut orang Belanda ‘pulau di selatan Sumatra’.
Sketsa
Pulau St Paul dibuat pada tanggal 25 Desember 1626 (disalin Johannes Vingboons
1665) terdiri dari tiga hal: Sketsa peta pulau, sketsa penampilan topografi umum
pulau, dan peta-peta profil pantai pulau Sumatra dan pulau-pulau di Selat Sunda.
Sketsa peta pulau tampaknya berbeda dengan bentuk pulau yang sekarang
(berdasarkan peta satelit googlemap). Sketsa topografi pulau St Paul mencerminkan
tofografi berbukit-bukit yang curam.
Jika membandingkan pulau St Paul versi tahun
1626 dengan versi sekarang ada perbedaan yang mencolak. Pada peta sketsa versig
1626 seluruh pulau utuh seperti bentuk perisai (datar di barat dan runcing di
timur). Dalam peta St Paul ini juga pada latar belakang suatu pulau (diduga
kuat Pulau Amsterdam). Pada peta satelit yang sekarang, pada bagian tengah
pulau berlobang yang tergenang air laut. Lobang ini diduga kuat sebagai dampak
yang ditimbulkan erupsi (gunung api). Nama navigasi pada googlemap diidentifikasi
sebagai Basin du Cratera (laut kawah?). Berdasarkan pemahaman serupa ini besar dugaan
pulau St Paul (dan pulau Amsterdam) adalah puncak gunung bawah laut yang ‘nimbul’
karena adanya erupsi besar di masa lampau (sebelum era Portugis).
Nama
pulau St Paul (Prancis) tampaknya telah mengalami korupsi dari St Paulo
(Portugis). Akan tetapi nama pulau tetangganya tetap seperti tempo doeloe
ditulis pulau Amsterdam (Belanda). Lantas mengapa bentuk pulau Sr Paul
mengalami perubahan jika engacu pada sketsa berdasarkan tahun 1626? Seperti disebut di atas, di pulau ini telah
terjadi erupsi. Sebagaimana diketahui bahwa pulau-pulau kecil yang eksis di
tengah lautan umumn ya adalah bagian dari puncak gunung bawah laut (yang
dalam). Pulau St Paul yang notabene adalah puncak gunung (bawah laut) telah
mengalami beberapa kali erupasi.
Berdasarkan sketsa pulau St Paul yang dimuat pada
buku Francois Valentijn (1724) bentuk pulau St Paul digambarkan berbeda dengan
bentuk sketsa yang dibuat satu abad sebelumnya (1626). Dalam sketsa pulau St
Paul pada buku Francois Valentijn ini bagian timur pulau telah terpotong bagian
atas yang diduga telah terjadi erupsi. Dari laut terlihat bahwa pulau St Paul
danau atau teluk yang sekrang belum terbentuk. Pada erupsi selanjutnya diduga
permukaan pulau yang terpotong mengalami erupsi lagi sehingga bagian dasar
pulau juga meletus yang diduga menjadi sebab terjadinya danau atau teluk.
Catatan: Sketsa pulau dalam buku Francois Valentijn yang dilukis oleh J van
Braam ini tidak disebutkan siapa sumbernya dan dibuat pada tahun berapa. Namun
diduga sketsa itu dibuat tidak lama sebelum Braam melukisnya untuk keperluan
buku Francois Valentijn. Untuk sekadar diketahui Francois Valentijn adalah
seorang ahli geografi yang tinggal di Amboina dan dalam penyusunan bukunya
tersebut Valentijn memiliki akses ke suber-sumber VOC seperti Daghregister (di
Kasteel Batavia). Buku Valentijn yang berjudul Oud en Nieuw Indisch yang
diterbitkan tahun 1724 dapat dikatakan buku geografi pertma yang terlengkap
untuk Hindia Timur (termasuk Australia).Francois Valentijn meninggal di Belanda
tahun 1627.
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Persinggahan Pelayaran dari
Eropa ke Australia
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar