*Untuk melihat semua artikel
Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini
Pegunungan Arfak berada di sisi timur laut dari Semenanjung Kepala Burung. Puncak tertingginya adalah Gunung Arfak, Kota Manokwari dapat terlihat. Selama musim dingin, puncak gunung es biasanya ada, kadang-kadang salju dapat jatuh di puncak. Gunung ini merupakan bagian dari Cagar Alam Pegunungan Arfak,kawasan lindung yang melindungi bagian hutan hujan.
Lantas bagaimana sejarah Pegunungan Arfak? Boleh jadi belum ada yang menulis, karena sejarah Manokwari lebih menarik. Okelah itu satu hal. Yang jelas bahwa Pegunungan Arfak memiliki sejarahnya sendiri, namun selama ini kurang terinformasikan. Lalu bagaimana sejarahnya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Nama Pegunungan Arfak
Teluk Geelvink (kini teluk Cendrawasih) sudah sejak lama ditemukan oleh pelaut-pelaut Belanda. Berdasarkan catatan yang ada teluk itu ditemukan oleh kapal Geelvink pada tahun 1701. Jauh sebelumnya kawasan teluk ini sudah dikalaim oleh Sultan Tidore. Dengan demikian jejak Belanda semakin kuat di kawasan teluk tersebut. Sejak adanya Proklamasi wilayah Papoea pada tahun 1828 dan pada tahun 1845 dimasukkan ke wilayah Residentie Ternate, orang Eropa yang memiliki aktivitas di kawasan ini adalah pedagang-pedagang Prancis dengan stasion di Pulau Mansinam (lihat Algemeen Handelsblad, 06-03-1858). Pada tahun 1860 diketahui seorang pedagang Belanda di Ternate menyewa pulau Mapia untuk stasion perdagangan. Kawasan utara teluk ini juga kerap disinggahi oleh penangkap paus Amerika Serikat.
Pada tahun-tahun ini misionaris Bink sudah bekerja di kawasan teluk ini yang mengambil pos di (pulau) Shouten (kini pulau Biak) yang kemudian relokasi ke kampong Manokwari. Keberadaan pedagang-pedagang Prancis di pulau Mansinam boleh jadi faktor penting misionaris Bink relokasi ke Manokwari (sebelumnya sudah pernah ditempati selama dua tahun oleh misionaris Eisler dan Ottow). Pada tahun-tahun ini juga Pemerintah Hindia Belanda mulai mempersiapk cabang pemerintahan di Papua dengan membentuk suatu komisi untuk mempelajari dan memetakan wilayah (bagian) barat Papoea Nieuw Guinea. Laporan komisi ini dapat dibaca yang dipublikasikn pada jurnal 1862. Pada tahun-tahun inilah diduga pegunungan Arfak khususnya puncak Arfak terlihat jelas sebagai salah satu alasan utama kemudian merekomendasikan ibu kota afdeeling utara ditetapkan tidak jauh dari pelabuhan (pulau) Mansinam dan ibu kota afdeeeling barat ditetapkan tidak jauh dari pelabuhan Skroe. Kelak, Residen Horst memilih di kampong Manokwari dan di kampong Fakfak.
Dalam hal ini pegunungan Arfak yang hijau dan subur sudah sejak lama dikenal bahkan sejak era VOC (wilayah yurisdiksi Sultan Tidore). Pedagang-pedagang Prancis membangun stasion di pulau Mansinam juga diduga karena faktor kawasan pegunungan Arfak. Tampaknya kehadiran orang asing di sekitar teluk di Dorei telah mengusik penduduk asli pegunuangan Arfak dan mulai melancarkan perlawanan (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 23-01-1864).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Danau Anggi dan Ekspedisi Pegunungan Arfak
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar