*Untuk melihat semua artikel
Sejarah Australia dalam blog ini Klik Disini
Australia pada masa kini tergolong negara maju. Tidak hanya dalam bidang ekonomi, tetapi juga maju dalam bidang pendidikan. Salah satu keutamaan Australia dalam bidang pendidikan adalah terdapatnya sejumlah perguruan tinggi (universitas) terkenal di Australia. Keberadaan universitas di suatu negara, tidak hanya menjalankan fungsi pendidikan tinggi di dalam negeri, tetapi universitas yang bagus, berstatus internasional juga menjadi salah satu beranda negara di dalam percaturan internasional.
Lantas bagaimana sejarah perguruan tinggi (universitas) di Australia? Seperti disebut di atas, beberapa universitas di Australia pada masa kini masuk golongan universitas dunia. Lalu apa kaitannya universitas di Australia dengan Indonesia? Tentu saja kini banyak mahasiswa Indonesia yang kuliah di berbagai perguruan tinggi (universitas) di Australia. Ini bermula ketika Pemerintah Australia mengajak Soekarno untuk mengirim pelajar Indonesia untuk studi di Australia. Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Sejarah Awal Perguruan Tinggi di Australia
Keberadaan perguruan tinggi (hoogeschool) di Eropa sudah sejak lama diketahui, termasuk di Belanda dan Inggris. Sementara di Hindia Belanda (baca: Indonesia) dan Australia belum ada perguruan tinggi. Di Hindia Belanda sendiri, program pendidikan baru dilaksanakan pada tahun 1819 dan masih terbatas pada sekolah dasar (tetapi yang berjalan baik hanya sekolah dasar Eropa). Pada waktu yang relatif sama di Australia diselenggarakan pendidikan dasar. Namun karena populasi Eropa (umumnya orang Inggris) di Sydney, penyelenggaraan sekolah di kota terbesar Australia ini cepat berkembang, tidak hanya sekolah dasar, juga sekolah menengah.
Di Hindia Belanda, penerimaan di kalangan pribumi, sekolah (aksara Latin) kurang dianggap penting. Oleh karena itu, pertumbuhan dan perkembangan sekolah di kalangan pribumi, jauh tertinggal dibandingkan kalangan Eropa (Belanda). Di kalangan Eropa, sekolah dasar (ELS) diperluas dengan pendirian sekolah-sekolah kejuruan. Pada tahun 1840an penyelenggaraan pendidikan pribumi lebih diintensifkan. Untuk lulusan sekolah dasar pribumi dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sehuibungan dengan didirikannya sekolah guru (kweekschool) di Soeracarta tahun 1850 dan sekolah kedokteran di Batavia pada tahun 1851. Di kalangan orang Eropa (Belanda), penyelenggaraan pendidikan ditingkatkan dengan penyelenggaraan sekolah menengah (HBS). Sekolah HBS (3 tahun dan 5 tahun) didirikan pertama pada tahun 1860 yang pertama didirikan adalah Koning Willem III School te Batavia. Lulusan HBS (5 tahun) dapat melanjutkan studi (perguruan tinggi) ke Belanda.
Sementara di Hindia Belanda belum ada perguruan tinggi, di Australia mulai diselenggarakan perguruan tinggi pada tahun 1850. Ini mengindikasikan bahwa perkembangan pendidikan di Australia lebih cepat berkembang jika dibandingkan di Hindia Belanda. Di Australia yang muncul kota-kota Eropa menjadi faktor penting penyelenggaraan pendidikan tumbuh cepat dan berkembang hingga perlunya diselenggarakan perguruan tinggi.
Sehubungan dengan perkembangan yang pesat di negara bagian Victoria, ditemukannya tambang-tambang emas, pemerintah Inggrsi akan mendirikan perguruan tinggi di Melbourne. Ini berarti dengan terselenggaranya pendidikan tinggi di Sydney, maka di Australia akan terdapat dua buah di Australia. Negara bagian Victoria sendiri, yang beribukota di Melbourne adalah pemekaran dari negara bagian New South Wales. Pendirian perguruan tinggi di Melbourne bersamaan dengan perubahan yang mendasar tentang perguruan tinggi di Inggris dan adanya protes dari penduduk di Melbourne terhadap pembentukan legislatif dua kamar.
Pada tahun 1853 di Inggris, pemerintah akan mereformasi perguruan tinggi Oxford (lihat Nederlandsche staatscourant, 21-12-1853). Disebutkan bahwa Pemerintah telah memberi tahu dewan Oxford College bahwa mereka memiliki undang-undang untuk mereformasi sekolah itu, dan bahwa pengajuannya akan diumumkan oleh Yang Mulia dalam Pidato Tahta. Seperti diketahui, pengaturan kuno ini telah lama bertahan dari desakan untuk mereformasi dan kemudian ingin membuat perbaikan dari pengaturan yang sudah ketinggalan zaman itu untuk dirinya sendiri. Sementara itu dikabarkan di Melbourne bahwa terjadi pertentangan antara pemerintah dan penduduk (lihat Opregte Haarlemsche Courant, 18-05-1854). Disebutkan bahwa rencana pemerintah untuk membentuk dua kamar legislatif untuk koloni tersebut, salah satunya akan ditunjuk oleh Mahkota, mendapat tentangan dari penduduk. Sedangkan di Irlandia pendeta Katolik Roma yang akan mendirikan perguruan tinggi dianggap bertentangan dengan konstitusi yang ada (lihat Groninger courant, 20-06-1854). Disebutkan bahwa pendeta Roma-Katolijk di Irlandia memutuskan beberapa tahun yang lalu untuk mendirikan hoogesehcol Katolik di Irlandia, bertentangan dengan institusi yang didirikan disana oleh negara untuk pendidikan tinggi dan menengah yang seharusnya dapat dihadiri oleh kaum muda dari semua denominasi.
Perguruan tinggi yang akan diadakan di negara bagian Victoria di Melbourne telah dibentuk suatu komite. Salah satu tugas dari komite tersebut adalah menyeleksi para kandidat dosen yang akan mengajar di perguruan tinggi tersebut. Besarnya gaji tahunan setiap dosen ditetapkan sebesar £1000. Tampaknya besaran gaji di Melbourne ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan di Sydney.
Groninger courant, 20-06-1854: ‘Pemerintah telah memutuskan untuk mendirikan universitas di Melbourne, Soueth Australia dan telah menunjuk komite untuk memeriksa para kandidat yang akan mendaftar untuk mengisi posisi pengajar di universitas tersebut. Pejabat kerajaan Sir J Herschell dan Dr Malden adalah anggota panitia. Gaji tahunan para dosen ditetapkan pada £1000 (setara f13.000 gulden), kecuali perumahan gratis yang dibiayai oleh pemerintah kota’.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pemerintah Australia Mengajak Soekarno Kirim Pelajar Indonesia: Universita Dunia di Australia
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar