*Untuk melihat semua artikel Sejarah Filipina
dalam blog ini Klik Disini
Apa keutamaan pulau Palawan di Filipina dengan Indonesia? Yang jelas pulau Palawan seakan ‘jembatan’ antara pulau Kalimantan (Indonesia) dengan pulau Panay dan pulau Luzon di Filipina. Jaraknya pulau Palawan yang juga begitu dekat dengan Sumatra menyebabkan terhubung antara Sumatra dan Kalimantan dengan pulau-pulau di Filipina. Satu yang unik antara pulau Sumatra dan pulau Palawan sama-sama memiliki etnik (suku) Batak. Tidak hanya itu, nama Palawan mirip dengan nama wilayah di provinsi Riau yakni (kabupaten) Pelalawan. Tempo doeloe, nama pulau Palawan adalah pulau Paragoa.
Lantas bagaimana sejarah pulau Palawan di Filipina? Tentu saja sudah ada yang menulis. Namu sejauh data baru ditemukan narasi sejarah pulau Palawan terus di perkaya. Seperti disebut di atas salah satu keutamaan pulau Palawan adalah terdapat etnik Batak, etnik yang kurang lebih sama dengan etnik Batak di pulau Sumatra. Bagaimana bisa? Yang jelas di masa lampau di wilayah daerah aliran sungai Barumun (Tapanuli) terdapat kerajaan besar, Kerajaan Aru. Kerajaan ini menurut Mendes Pinti (1537) memiliki tentara yang juga didatangkan dari Indaragiri, Borneo dan Luzon. Ups! Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Nama Pulau Paragoa Menjadi Palawan; Batak Kingdom Kerajaan Aru
Nama Goa di India bagian barat bukan nama India maupun nama Portugis. Nama Goa adalah pemukim orang-orang Moor beragama Islam dari Afrika Utara (pasca Perang Salib di Eropa). Dari kota pelabuhan inilah pedagang-pedagang Moor menghubungkan mata dagangan kuno seperti emas, gading, kemenyan dan kamper serta rempah-rempah dari Hindia Timir ke Eropa. Lalu kemudian pelaut-pelaut Portugis mengikuti rute navigasi pelayaran orang Moor hingga pada akhirnya menaklukkan dan menduduki kota Goa. Dari Goa pelaut-pelaut Portugis memperluas koloni dengan menaklukkan kota Malaka tahun 1511.
Ini adalah kehadiran Eropa kedua di Hindia Timur setelah perjalanan Marco Polo pada tahun 1292 [pada saat ini di Sumatra terdapat sejumlah kerajaan yakni Ferlec (Perlak), Fansur (Barus), Basman (Bireuen), Samudra (Pasai) dan Dagroian (Pidie) serta Lambri (Lamuri) dan Battas (Batak)]. Kerajaan Batak ini dikenal sebagai Kerajaan Aru. Keberadaan Kerajaan Aru (Daroe atau Aroe) telah disebut dalam Pararaton (1336).
Orang-orang Moor dari Goa sudah sejak lama terhubung dengan kota-kota pelabuhan di Hindia Timur seperti di Sumatra, Semenanjung, Borneo, Filipina, Tiongkok, Celebes dan Maluku. Seorang ilmuwan Moor (Tunisia) Ibnu Batutah pada tahun 1345 mengunjungi Hindia Timur di pantai timur Sumatra (Pasay), Malaka hingga Tiongkok. Koloni orang Moor di Semenanjung adalah Muar (di sebelah tenggara Malaka).
Sejak melemahnya Majapahit (terkait dengan wafatnya Radja Hayam Wuruk 1385) terjadi ekspedisi Cheng Ho dari Tiongkok ke Hindia Timur (1405 hingga 1433). Laporan Tiongkok di era Cheng Ho (1411-1431) disebutkan terdapat hubungan timbal balik antara Tiongkok dan Kerajaan Aroe.
Pada saat Mendes Pinto (dari Malaka) mengunjungi Kerajaan Aroe Battak Kingdom tahun 1537 mencatat bahwa tentara Kerajaan Aru juga diperkuat dari Indragiri, Jambi, Borneo dan Luzon. Mendes Pinto juga mencatat bahwa pasukan (militer) Kerajaan Aru diperkaya dan dipimpin oleh orang Moor. Mendes Pinto juga mencatat Kerajaan Aru sedang berselisih dengan Kerajaan Atjeh yang dibantu tentara Turki. Awal perselisihan disebut Mendes Pinto karena kerajaan Atjeh merebut wilayah kerajaan Aru dan dua anaknya tewas di Nagur dan Lingau. Kerajaan Aru melalui pedagang-pedagang orang Moor diduga kuat menjadi asal mula nama pulau di timur laut Borneo disebut pulau Goa. Pelaut-pelaut Portugis yang berbasis di Malaka saat mngunjungi Borneo dan Manila pada tahun 1521 diduga nama pulau Goa dicatat Portugis sebagai pulau Paragoa. Nama Paragoa berganti nama pada era VOC (Belanda) menjadi Pulau Palawan.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Etnik Batak di Pulau Palawan Filipina
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar