Senin, 19 April 2021

Sejarah Filipina (9): Pulau Provinsi Palawan di Filipina, Kota Palalawan di Provinsi Riau; Etnik Batak Filipina Sejak Era Kerajaan Aru

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Filipina dalam blog ini Klik Disini 

Apa keutamaan pulau Palawan di Filipina dengan Indonesia? Yang jelas pulau Palawan seakan ‘jembatan’ antara pulau Kalimantan (Indonesia) dengan pulau Panay dan pulau Luzon di Filipina. Jaraknya pulau Palawan yang juga begitu dekat dengan Sumatra menyebabkan terhubung antara Sumatra dan Kalimantan dengan pulau-pulau di Filipina. Satu yang unik antara pulau Sumatra dan pulau Palawan sama-sama memiliki etnik (suku) Batak. Tidak hanya itu, nama Palawan mirip dengan nama wilayah di provinsi Riau yakni (kabupaten) Pelalawan. Tempo doeloe, nama pulau Palawan adalah pulau Paragoa.

Pada masa ini pulau Palawan menjadi sebuah provinsi di region Mimaropa bagian tengah Filipina. Ibu kota berada di Puerto Princesa (kota yang didirikan tahun 1818 yang berada di suatu teluk menghadap timur di bagian tengah pulau). Tidak jauh dari ibu kota ini (70 Km ke arah timur laut) terdapat perkampongan Batak di Kalakuasan (salah satu dari enam perkampongan besar Batak di Palawan). Etnik Batak yanga berada di bagian timur laut Palawan menjadi salah satu dari beberapa etnik di pulau Palawan dan salah satu 70 etnik di Filipina. Etnik Batak ini berbahasa Batak. Disebutkan kini etnik Batak ini hanya sekitar 500 jiwa dan oleh para antropolog disebutkan memiliki hubungan yang dekat dengan etnik Ayta [Aeta atau Agta] di bagian tengah pulau Luzon, Sementara itu di Sumatra terdapat nama yang mirip yakni (kabupaten) Pelalawan di provinsi Riau dengan ibu kota Pangkalan Kerinci (kabupatenpemekaran dari kabupaten Kampar). Di sebelah utara Riau terdapat etnik Batak yang mendiami lebih dari separuh wilayah provinsi Sumatra Utara.

Lantas bagaimana sejarah pulau Palawan di Filipina? Tentu saja sudah ada yang menulis. Namu sejauh data baru ditemukan narasi sejarah pulau Palawan terus di perkaya. Seperti disebut di atas salah satu keutamaan pulau Palawan adalah terdapat etnik Batak, etnik yang kurang lebih sama dengan etnik Batak di pulau Sumatra. Bagaimana bisa? Yang jelas di masa lampau di wilayah daerah aliran sungai Barumun (Tapanuli) terdapat kerajaan besar, Kerajaan Aru. Kerajaan ini menurut Mendes Pinti (1537) memiliki tentara yang juga didatangkan dari Indaragiri, Borneo dan Luzon. Ups! Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Pulau Paragoa Menjadi Palawan; Batak Kingdom Kerajaan Aru

Nama Goa di India bagian barat bukan nama India maupun nama Portugis. Nama Goa adalah pemukim orang-orang Moor beragama Islam dari Afrika Utara (pasca Perang Salib di Eropa). Dari kota pelabuhan inilah pedagang-pedagang Moor menghubungkan mata dagangan kuno seperti emas, gading, kemenyan dan kamper serta rempah-rempah dari Hindia Timir ke Eropa. Lalu kemudian pelaut-pelaut Portugis mengikuti rute navigasi pelayaran orang Moor hingga pada akhirnya menaklukkan dan menduduki kota Goa. Dari Goa pelaut-pelaut Portugis memperluas koloni dengan menaklukkan kota Malaka tahun 1511.

Ini adalah kehadiran Eropa kedua di Hindia Timur setelah perjalanan Marco Polo pada tahun 1292 [pada saat ini di Sumatra terdapat sejumlah kerajaan yakni Ferlec (Perlak), Fansur (Barus), Basman (Bireuen), Samudra (Pasai) dan Dagroian (Pidie) serta Lambri (Lamuri) dan Battas (Batak)]. Kerajaan Batak ini dikenal sebagai Kerajaan Aru. Keberadaan Kerajaan Aru (Daroe atau Aroe) telah disebut dalam Pararaton (1336).

Orang-orang Moor dari Goa sudah sejak lama terhubung dengan kota-kota pelabuhan di Hindia Timur seperti di Sumatra, Semenanjung, Borneo, Filipina, Tiongkok, Celebes dan Maluku. Seorang ilmuwan Moor (Tunisia) Ibnu Batutah pada tahun 1345 mengunjungi Hindia Timur di pantai timur Sumatra (Pasay), Malaka hingga Tiongkok. Koloni orang Moor di Semenanjung adalah Muar (di sebelah tenggara Malaka).

Sejak melemahnya Majapahit (terkait dengan wafatnya Radja Hayam Wuruk 1385) terjadi ekspedisi Cheng Ho dari Tiongkok ke Hindia Timur (1405 hingga 1433). Laporan Tiongkok di era Cheng Ho (1411-1431) disebutkan terdapat hubungan timbal balik antara Tiongkok dan Kerajaan Aroe.

Pada saat Mendes Pinto (dari Malaka) mengunjungi Kerajaan Aroe Battak Kingdom tahun 1537 mencatat bahwa tentara Kerajaan Aru juga diperkuat dari Indragiri, Jambi, Borneo dan Luzon. Mendes Pinto juga mencatat bahwa pasukan (militer) Kerajaan Aru diperkaya dan dipimpin oleh orang Moor. Mendes Pinto juga mencatat Kerajaan Aru sedang berselisih dengan Kerajaan Atjeh yang dibantu tentara Turki. Awal perselisihan disebut Mendes Pinto karena kerajaan Atjeh merebut wilayah kerajaan Aru dan dua anaknya tewas di Nagur dan Lingau. Kerajaan Aru melalui pedagang-pedagang orang Moor diduga kuat menjadi asal mula nama pulau di timur laut Borneo disebut pulau Goa. Pelaut-pelaut Portugis yang berbasis di Malaka saat mngunjungi Borneo dan Manila pada tahun 1521 diduga nama pulau Goa dicatat Portugis sebagai pulau Paragoa. Nama Paragoa berganti nama pada era VOC (Belanda) menjadi Pulau Palawan.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Etnik Batak di Pulau Palawan Filipina

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar