Selasa, 21 September 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (124): Sanusi Pane dan Sejarah Indonesia; Zaman Kuno, Singhasari, Majapahit dan Manusia Baru

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa Sanusi Pane? Jangan tanya. Sanusi Pane adalah orang terkenal di zamannya yang namanya hingga kini masih dikenal. Apakah Sanusi Pane juga seorang sejarawan Indonesia? Jangan tanya. Ketika orang Indonesia (baca: pribumi) belum berbicara tentang (penyelidikan) sejarah Indonesia, Sanusi Pane sudah menulis buku beberapa volume berjudul Sedjarah Indonesia. Volume pertama diterbitkan pada tahun 1942. Mengapa Sanusi Pane bisa menulis Sejarah Indonesia? Jangan tanya. Baca saja karya-karyanya. Jangan lihat di Wikipedia, karena namanya tidak ada dalam daftar sejarawan Indonesia.

Sanusi Pane lahir di Tapanuli Selatan (Afdeeling Padang Sidempoean) 1905. Ayahnya, Soetan Pangoerabaan Pane, seorang sastrawan terkenal di Tapanuli Selatan pada era Hindia Belanda dengan karya terkenalnya riman berjudul Tolbok Haleon yang terbit tahun 1933. Soetan Pangoerabaan Pane memiliki dua lagi anak yang terkenal Armijn Pane dan Lafran Pane. Siapa mereka? Jangan tanya. Namun diantara anak-anaknya yang sangat tekun mempelajari sejarah Indonesia hanya Sanusi Pane. Sejarah Indonesia yang ditulis Sanusi Pane termasuk sejarah zaman kuno sejak era Singhasasi dan Majapahit. Lantas mengapa Sanusi Pane mempelajari sejarah di Jawa, bahkan sejak zaman kuno? Apakah Sanusi Pane mengenal sejarah di Tanah Batak? Jangan tanya. Sanusi Pane adalah yang sudah selesai dengan dirinya (sejarah kampong halaman), Sanusi Pane ingin mempelajari sejarah yang belum disentuh oleh orang Indonesia (baca: pribumi) saat itu.

Lantas bagaimana sejarah Sanusi Pane? Seperti disebut di atas, Sanusi Pane sebagai sastrawan dan penulis terkenal sudah barang tentu sudah ditulis orang lain tentang sejarahnya? Lalu apa pentingnya sejarah Sanusi Pane ditulis lagi? Yang jelas bahwa Sanusi Pane hanya dikenal luas sebagai sastrawan, tetapi lupa bahwa Sanusi Pane juga seorang sejarawan, bahkan sejarawan terawal di Indonesia. Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Sanusi Pane: Latar Belakang Penulisan Sejarah Indonesia

Nama Sanusi Pane kali pertama diberitakan tahun 1924 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 17-05-1924). Disebutkan lulus ujian Mulo-afdeeeling AMS di Weltevreden dari kelas dua naik ke tingkat tiga diantaranya Sanoesi Pane.

Pada masa ini diketahui Sanusi Pane lahir 14 November 1905, itu berarti pada tahun 1924 telah berumur 18 tahun. Pada waktu yang sama Armijn Pane lulus ujian di STOVIA dari tingkat satu naik ke tingkat dua (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 26-05-1924).

Sanusi Pane diberitakan lulus ujian akhir di Kweekschool Goenoeng Sari (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 25-06-1925). Sementara Sanusi Pane bersekolah (Kweekschool dan MULO) sudah banyak menulis (lihat De nieuwe vorstenlanden, 27-11-1925). Pada tahun 1928 Sanusi Pane berangkat dengan kapal Koningin der Nederlanden dan turun di Colombo (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 22-12-1928). Pada tahun 1930 Sanusi Pane diketahui sebagai gurru di Kweekschool Lembang (lihat De locomotief, 19-12-1930) dan juga sebagai redaksi majalah Timboel (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 14-02-1931).

Sanusi Pane hadir dalam Kongres Boedi Oetomo yang diselenggarakan di Batavia (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 07-04-1931). Sanusi Pane mengisi sesi terakhir di podium dengan ceramah tentang sejarah perjuangan di India dengan judul ‘Apa yang dapat dipelajari seseorang tentang gerakan populer di British India’.  

Selain Sanusi Pane di majalah Timbul, Sanusi Pane juga menjadi salah satu kontibutor majalah Soeloeh Indonesia Moeda yang redaksinya dipimpin oleh Soekarno (lihat De koerier, 04-04-1932). Sanusi Pane adalah teman terbaik dari Soekarno (lihat De locomotief, 25-11-1933). Disebutkan pada bulan Mei, Soekarno dan MH Thamrin bertandang ke rumah Sanusi Pane, guru di sekolah Kweekschool Lembang (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 27-11-1933).

Antara Soekarno dan Sanusi Pane, keduanya tidak hanya memiliki pandangan yang sama tentang Indonesia, diantara mereka saling memperkuat. Sanusi Pane kerap memberitakan tentang Soekarno, jika Soekarno tidak bisa dihubungi seperti berada di dalam tahanan. Tidak hanya Sanusi Pane, Soekarno juga berteman baik dengan Parada Harahap (pimpinan surat kabar Bintang Timoer) dan Amir Sjarifoeddin Harahap. Apa yang menyebabkan Sanusi Pane dan Soekarno berteman dekat? Kita lihat nanti. Mereka sama-sama pengagum sejarah masa lampau nusantara, memiikirkan Indonesia yang bebas (dari penjajahan) dan sama-sama aktif menulis tentang rakyat Indonesia. Mereka berdua juga sama-sama menyukai sejarah perjuangan di India. Lantas mengapa Soekarno begitu akrab dengan orang-orang Tapanoeli khususnya Padang Sidempoean? Lalu mengapa Soekarno tidak terlalu dekat dengan Dr Soetomo, Mr Sartono, Drs Mohamad Hatta dan Soetan Sjahrir? Apakah karena faktor Parada Harahap? Yang jelas Soekarno pernah ke Padang Sidempoean pada tahun 1932 bersama ketua Partindo cabang Batavia Amir Sjariefoeddin dalam rangka sosialisasi Partindo di wilayah Tapanoeli. Partindo adalah partai politik pecahan dari PNI Lama yang mana Mohamad Hatta dan Soetan Sjahrir di partai Pendidikan Nasional Indonesia (PNI).

Sehubungan dengan kasus Soekarno di dalam tahanan dan akan diasingkan ke Flores, disebutkan ada pembicaraan antara Soekarno dan Sanusi Pane. Ini terjadi pada awal Juli ketika Soekarno kembali dari Djogjakarta dan Soerabaja bertemu dengan Sanusi Pane (tidak disebutkan dimana). Dalam pembicaraan itu Soekarno menceritakan pengalamannya (lihat Algemeen Handelsblad, 10-12-1933). Disebutkan Soekarno curhat kepada Sanusi Pane, sebagai berikut: ‘Saya merasakan kelainan hidupku’. Bapak SP menjawab: ‘Kita semua normalnya tidak normal dalam masyarakat yang tidak normal ini, sangat normal;. Dalam percakapan terakhir, Ir. Soekarno berkata: ‘Ke depan, pimpin Fikiran Rajat dan Soeleoh Indonesia Moeda. Lalu aku bisa istirahat’.

Dalam pertemuan ini jelas bukan percakapan biasa sesama teman. Soekarno tampaknya memiliki pirasat akan hilang untuk waktu yang lama. Boleh jadi Soekarno akan tiba waktunya untuk diasingkan penguasa. Ada dua hal yang intinya disampaikan Soekarno kepada Sanusi Pane, yakni Soekarno akan absen dalam waktu lama dan kepercayaan yang tinggi Soekarni kepada Sanusi Pane sebagai sahabat untuk terus meneruskan perjuangan yang juga untuk mewakili dirinya. Dalam hal ini terkesan bahwa Soekarno hanya percaya kepada Sanusi Pane.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sanusi Pane: Sejarah Indonesia Sejak Zaman Kuno hingga Manusia Baru (Indonesia)

Sanusi Pane diduga kuat adalah orang Indonesia pertama ke India yang berangkat tahun 1928 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 22-12-1928). Dalam rangka apa sebenarnya Sanusi Pane ke India? Besar dugaan bahwa Sanusi Pane adalah salah satu anggota India Society yang berpusat di London.

India Society didirikan di London pada tahun 1910. Organisasi semacam Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten di Batavia, tidak hanya terdapat di Belanda juga di Hindia terutama di Jawa. Organisasi ini didirikan untuk memajukan studi seni Hindia Kuno untuk membuat khazanah seni Hindu kuno lebih dikenal luas, dengan menerbitkan beberapa karya seni dan sastra India. Karya-karya Tagore (puisi pertamanya) diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris diterbitkan oleh India Society. Para kolektor barang kuno Jawa dan mereka yang mengagumi jejak-jejak seni Hindu di Jawa dan kelanjutan hidupnya di Bali sangat menyukai terbitan tahunan organisasi ini. Salah satu anggotanya yang terkenal adalah Dr. Stutterheim, direktur sekolah AMS di Soeracarta (lihat De Indische courant, 19-05-1928). Sejak inilah upaya penyelidikan pengaruh India di Hindia zaman kuno menjadi bidang perhatian yang cepat berkembang.

Sebelum berangkat ke India, Sanusi Pane telah menerbitkan karyanya berjudul Airlangga (berbahasa Belanda, 1928). Karya ini ditulis dalam bentuk drama. Selama di India, Sanusi Pane menulis karya berjudul Eenzame Garoedavlucht (berbahasa Belanda, 1929). Sepulang dari India, sembari menjadi pengajar di Kweekschool Lembang, Sanusi Pane menulis karya berjudul Kertajaya (1932) dan karya berjudul Sandhyakala Ning Majapahit (1933). Dalam hal ini, Sanusi Pane telah menjadi ahli peradaban India di Hindia khususnya yang terkait di Jawa bagian timur.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar