*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Dalam banyak hal, pulau Sulawesi berbeda dengan pulau-pulau besar di Indonesia. Merujuk pada teori paparan, pulau besar Sulawesi berada diantara paparan Sunda dan paparan Sahul. Pulau Sulawesi sendiri hampir semua sisi dikelilingi oleh laut dalam. Satu yang penting di dalam pulau terdapat danau-danau alam yang sudah ada sejak zaman purba seperti danau Matano. Di arah utara danau kuno ini terdapat teluk besar teluk Tomoni dan di arah selatan terdapat teluk besar teluk Bone.
Lantas bagaimana sejarah teluk-teluk besar di pulau Sulawesi? Seperti disebut di atas, dua teluk besar di pulau Sulawesi. Teluk Tomini dan Teluk Bone adalah teluk alam yang sudah terbentuk sejak zaman purba. Lalu bagaimana sejarah teluk-teluk besar di Sulawesi ini? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Peta Teluk di Pulau Sulawesi: Navigasi Pelayaran Perdagangan
Bentuk pulau Sulawesi tidak berubah sepanjang masa. Hal ini berbeda dengan pulau-pulau besar lainnya di Indonesia seperti Sumatra, Kalimantan, Jawa dan Papua (lihat artikel-artikel sebelumnya). Pulau Sulawesi dapat dikatakan pulau purba yang masih utuh. Ibarat komodo sebagai sisa hewan purba, pulau Sulawesi dapat dikatakan pulau besar yang masih uttuh sejak zaman kuno. Pulau-pulau besar lainnya sudah berubah bentuk.
Semua sisi luar (laut) pulau Sulawesi terbilang laut dalam (laut yang berbeda dengan laut Jawa). Laut yang mengelilingi pulau Sulawesi adalah laut diantara paparan Sunda dan paparan Sahul. Hal itulah mengapa karakteristik flora dan fauna dapat dibedakan di paparan Sunda (Sumatra, Jawa dan Kalimantan dengan Asia), di paparan Sahul (Papua dengan Australia) dan di pulau Sulawesi sendiri.
Oleh karena bentuk pulau Sulawesi relatif tidak berubah sejak zama kuno, teluk-teluk dan semenanjung di pulau Sulawesi relatif tidak berubah bentuk. Dengan demikian bentuk teluk yang ada sekarang adalah teluk yang sudah menggambarkan sejak zaman kuno. Dua teluk besar di pulau Sulawesi adalah teluk Tomini dan teluk Bone.
Kedalaman perairan di teluk Tomini dan teluk Bone berbeda. Di teluk Tomini sangat beragam ada yang dangkal dan ada juga yang dalam. Ibarat permukaan tanah di daratan ada yang rendah ada yang menjulang tinggi sebagai pegunungan atau puncak gunung. Seperti kedalaman laut di sekitar Gorontalo ada yang mencapai 4.000 meter. Adanya pulau-pulau di teluk Tomini menggambarkan adalah bagian teluk yang dangkal. Sebagian kedalaman laut dangkal ke arah pantai dan sebagian yang lain dalam yang membentuk tebing-tebing yang curam. Sedangkan di teluk Bone paling dalam berada di tengah teluk (75-100 M) dan di arah selatan (50-75 M) tetapi semakin dangkal ke arah sudut teluk seperti di Luwu (0-25 M). Dengan kata lain teluk Bone mengikuti pembentukan pulau Sulawesi sendiri sejak awal.
Dalam sejarah geografi di pulau Sulawesi, sejak era Portugis, teluk Tomini tidak dikenal atau tidak teridentifikasi. Oleh karena itu situs-situs peninggalan Portugis hanya ditemukan di sisi luar. Tidak dikenal boleh jadi karena tidak memiliki potensi perdagangan. Akan tetapi ada kemungkinan bahwa teluk tidak bisa dinavigasi kapal-kapl Portugis karena banyaknya rawa-rawa di sekitar teluk. Pada peta-peta VOC, teluk Tomini digambarkan sebagai daratan yang menyatu antara wilayah Poso dan wilayah Gorontalo/Bolaang. Gambaran itu masih ditemukan bahwa seputar teluk Tomoni jarang dikunjungi karena kerap dijadiokan para bajak laut internasional sebagai persembunyian.
Tentu saja teluk Tomini tidak sepenuhnya bisa dinavigasi pada era VOC. Kawasan sisi utara diduga merupakan koridor navigasi menuju teluk hingga ke Gorobntalo. Hal itu dapat diketahui karena di Gorontalo ada aktivitas VOC di sekitar daerah aliran sungai Bone. Jika kita merujuk keterangan di atas bahwa perairan teluk Tomini di Gorontalo ada yang mencapai 4.000 meter ini mengindikasikan ada jalur di teluk Tomini yang tetap eksis sebagai perairan dalam (laut). Lantas apa yang menyebabkan teluk Tomini kemudian berbeda dengan yang digambarkan tempo doeloe. Apakah telah terjadi proses eliminasi rawa-rawa? Boleh jadi karena bagian depan teluk Tomini terbuka ke laut lepas (laut Maluku dan lautan Pasifik). Satu hal yang penting di kawasan teluk Tomini terutama di daerah Gorontalo terdapat arus global bergerak secara horisontal maupun vertikal (upwelling).
Gambaran tentang teluk Bone lebih jelas dalam sejarah jika dibandingkan dengan teluk Tomini. Dalam teks Negarakertagama (1365 M) diidentifikasi suatu pelabuhan (kerajaan) di sudut teluk yang disebut Luwu. Artinya teluk Bone terbuka ke dunia luar sejak lampau. Ini mengindikasikan bahwa di teluk Bone, paling tidak di bagian tengah danau, tidak ada rintangan navigasi yang berarti seperti adanya rawa-rawa atau turumbu karang.
Nama teluk Tomini mengikuti nama kerajaan di pantai utara di wilayah dalam teluk. Besar dugaan nama Tomini lebih awal daripada Gorontalo. Sebelum terbentuk kerajaan Gorontalo, diduga kerajaan Tomini adalah kerajaan terbesar dan terkuat di pantai utara. Di pantai barat juga terdapat kerajaan Parigi. Namun tidak begitu jelas bagaimana kerajaan ini terbentuk apakah setelah adanya kerajaan Tomini atau sebellum kerajaan Gorontalo. Di pantai selatan tidak ditemukan kerajaan (pantai),y yang ada adalah kerajaan-kerajaan di pedalaman (dekat danau Poso dan danau Lindu). Sedangkan nama teluk Bone awalnya diidentifikasi sebagai teluk Luwu. Hal itu karena keberadaan kerajaan Luwu yang sudah dikenal sejak zaman lampau. Kerajaan Bone dapat dikatakan baru eksis sejak era VOC.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Teluk Besar Teluk Alamiah Zaman Kuno: Teluk Tomini dan Teluk Bone
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar