*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Apakah ada ladang minyak di pulau Papua? Tentu saja ada. Sejauh ini ladang minyak yang sudah dieksplorasi berada di pantai barat Papua (Blok Salawati). Lantas dimana lagi di wilayah Papua? Yang jelas di (negara) Papua Nugini juga ditemukan ladang-ladang minyak (belum dieksplorasi sepenuhnya). Lalu mengapa tidak/belum ditemukan ladang minyak di Papua Barat Laut di wilayah Merauke sekitar? Yang jelas tahun-tahun terakhir ini ditemukan potensi minyak di laut Arufuru (sekitar pulau Aru).
Lantas bagaimana sejarah ladang minyak/gas pantai barat Papua di Blok Salawati? Seperti disebut di atas, potensi minyak di pulau Papua baru terbilang tahap awal eksploitas dan masih diperlukan kegiatan eksplorasi yang lebih luas. Sejauh ini potensi minyak hanya ditemukan di wilayah Salawati dan laut Arufuru. Bagaimana dengan potensi di bagian lain pulau Papua? Lantas bagaimana dengan potensi gambut dan lahan batubara? Apakah gambaran peta gambut dapat menjelaskan sebaran potensi minyak/gas dan batubara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Potensi Batubara dan Gambut di Pulau Papua: Potensi Minyak di Laut Arufuru
Penanda navigasi ditemukannya minyak pada dasarnya terkait dengan keberadaan gambut (yang mudah dikenali di atas permukaan tanah). Ini dapat diperhatikan di pantai timur Sumatra (Sumatra Selatan dan Riau), pantai barat dan selatan Kalimantan (Hulu Sungai Utara), Lantas apakah di pulau Papua mengikuti pola spasial bahan fosil tersebut. Yang jelas kawasan luas gambut di pulau Papua terdapat di pantai barat daya hingga Merauke dan pantai utara serta di pedalaman daerah aliran sungai Membramo.
Potensi minyak/gas di wilayah perairan/laut Arufuru tentulah sangat menarik di perhatikan. Karena kawasan yang potensi ini berada diantara daratan Papua denag pulau Aru (Maluku). Kawasan ini tampaknya di zaman kuno menjadi wilayah tangkapan air, yang diduga menjadi faktor penting terbentuknya daratan yang kini dikenal sebagai pulau Aru di wilayah yang termasuk paparan Sahul (ketinggi dpl 0-15 meter).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Ladang Minyak Blok Salawati di Pantai Barat Papua
Penemuan potensi minyak di wilayah Papua kali pertama di wilayah Sorong. Siapa yang menemukan tidak jelas. Yang jelas pada awal penemuan ini sudah ada investasi (perusahaan) Jepang yang telah mulai melakukan usaha di sekitar, bahkan sebelum hadirnya pengusaha Hindia Belanda (lihat Soerabaijasch handelsblad, 08-12-1933). Game theory antara Jepang dan Belanda dimulai.
Sebagaimana diketahui dua pelabuhan utama terwal di wilayah Papua (Hindia Belanda) berada di Manokwari dan Sorong. Perusahaan Jepang yang pertama begerak di bidang perikanan. Seorang peneliti Belanda belum lama melakukan perjalanan ke Sorong dan menemukan adanya indikasi orang-orang Jepang memiliki keiinginan secara ekonomi dan politik di kawasan. Sebelum perusahaan Jepang mendapat konsesi penambangan emas dan minyak di kawasan, pemerintah pusat di Batavia mendorong perusahaan-perusahahan untuk melakukan eksplorasi usaha. Untuk itu pemerintah akan merencanakan dan menginisisiasi pembangunan lapangan terbang yang diintegrasikan antara Amboina dan Papua Nugini. Untuk upaya eksplorasi minyak diinisisasi oleh suatu perkumpulan orang-orang Belanda di Hollandia (kini Jayapura) untuk mengumpulkan uang untuk misi eksplorasi di Sorong (lihat De locomotief, 23-05-1934). Upaya mempercepat proses perluasan cabang pemerintah di Papua semakin gencar (lihat Soerabaijasch handelsblad, 01-03-1935). Disebutkan cabang-cabang pemerintah (penempatan pejabat) yang sudah ada berada di Manokwari, Hollandia, Seroei, Sorong, Fakfak, Tanahmerah dan Merauke. Upaya pembangunan lapangan perintis dan upaya eksplorasi mulai dilakukan oleh BPM (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 01-06-1935).
Akhirnya perusahaan orang-orang Belanda (Hindia Belanda) mulai melakukan penyelidikan minyak di Sorong (Nederland Nieuwe Guinea Petroleum Mij.). Usaha pengeboran minyak (eksplorasi) di Salawati, Sorong paling tidak sudah diketahui tahun 1937 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 15-05-1937). Lapangan terbang yang sudah dirintis di Fakfak juga sudah digunakan untuk keperluan survei udara untuk mengamati potensi wilayah (barat) Papua, Survei udara kemudian diperluas ke Seroei (pulau Japen) sebagai basisnya (sehubungan dengan dibukanya lapangan terbang perintis).
Lapangan terbang yang pertama dibangun berada di Babo, Fakfak (kini Teluk Bintuni). Lapangan terbang ini dirintis oleh perusahaan BPM yang juga telah memiliki lapangan perintis di Boela (Seram). Lapangan perintis di Seroei merupakan perluasan dari Fakfak.
Perusahaan-perusahan Eropa (Inggris dan Belanda) di pantai timur Sumatra dan pantai timur Borneo sangat kuat. Perusahaan-perusahaan Jepang dalam bidang tambang (emas dan minyak) dialihkan ke timur termasuk Papua, salah satu yang potensial adalah Sorong. Adanya keinginan perusahaan Jepang melakukan kegiatan eksplorasi minyak di Papua, haruslah dilihat dari sisi politik (Belanda vs Jepang) dan dari sisi geografi-ekonomi, yang dalam hal ini sudah adais Jepang di Palau. Misi utama Jepang di Papua bukan soal minyak tetapi tujuanj ekspansi/invasi dengan parasyarat adanya pelabuhan (pelayaran) yang eksis dan potensi minyak di kawasan (penerbangabn).. Pemerintah/pengusaha Belanda yang coba menghalangi masuknya investor Jepang yang banyak di Papua, upaya pengeboran minyak dan pembangunan lapangan terbang di wilayah Sorong dan Serui justru menjadi jalan udara Jepang dari Palau ke Papua. yang dibiayai sendiri oleh Belanda (pemerintah Jepang menjadi hemat dalam hal ini). Tidak sampai disitu, terbukti bahwa investor Jepang yang didukung pemerintah berikutnya menjalin kerjasama dengan orang-orang Portugis di pulau Timor (kini Timor Leste) dalam pembangunan lapangan terbang tahun 1939 di Dilli (dalam hal ini orang-orang Belanda (pemerintah dan pengusaha) tidak bisa berbuat banyak (wilayah otoritas Kerajaan Portugis). Inilah awal mula Perang Pasifik dimana militer Jepang melakukan ke Asia Timur, Asia Tenggara (termasuk Hindia Belanda) untuk tujuan akhir Australia. Keberhasilanm Jepang melakukan invasi (mengalahkan Belanda dan Jepang) termasuk dipicu oleh keberhasilan Jepang membuka ruang di Papua danTimor-Portugis melalui eksplorasi minyak dan pembangunan lapangan terbang. Dalam hal ini sejarah terhubung satu sama lain, satu aspek dengan aspek lainnya.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar