*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Siapa RM Ambia Poetro Soedibio adalah satu hal. Bagaimana sekolah menengah HBS di Semarag adalah hal lain lagi. Satu yang jelas adalah bahwa sekolah HBS Semarang dapat dikatakan kawah candradimuka untuk pribumi yang melanjutkan studi ke Belanda. Mengapa? RM Ambia Poetro Soedibio adalah salah satu lulusan HBS Semarang yang melanjutkan studi ke Semarang.
Lantas bagaimana sejarah RM Ambia Poetro Soedibio? Seperti disebut di atas, RM Ambia Poetro Soedibijo adalah lulusan sekolah HBS Semarang yang melanjutkan studi ke Belanda. Lalu bagaimana sejarah RM Ambia Poetro Soedibio?? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Pahlawan Indonesia dan RM Ambia Poetro Soedibio: Studi ke Belanda
Setelah menyelesaikan sekolah dasar berbahasa Belanda (ELS) RM Ambia Poetro Soedibio melanjukan ke sekolah menengah (HBS). Pada tahun 1902 RM Ambia Poetro Soedibio naik dari kelas dua ke kelas tiga (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 09-05-1902). Disebutkan di HBS Semarang diadakan ujian yang mana yang lulus naik dari kelas dua kelas tiga sebanyak 50 kandidat dan yang lulus 35 diantaranya Raden Noer Singgih, Raden Mas Moeliono dan Raden Ambija Soedokbijo. Di atas mereka satu tahun naik ke kelas empat antara lain Raden Mas Kworo dan Raden Mas Soerardjo.
Raden Noer Singgih dan Raden Mas Moeliono diterima di HBS Semarang pada tahun 1900 (lihat De nieuwe vorstenlanden, 30-04-1900). Disebutkan diadakan ujian masuk di HBS Semarang yakni dua kandidat untuk kelas dua. Juga dfadakan ujuan masuk 90 kandidat untuk kelas satu dimana dua diantarnya inlanderer. Nama-nama yang lulus diterima di kelas satu antara lain Raden Noer Singgih dan Raden Mas Moeliono. Pada tahun 1901 Raden Noer Singgih dan Raden Mas Moeliono lulus ujian naik dari kelas satu ke kelas dua (lihat Soerabaijasch handelsblad, 09-05-1901). Tidak ada nama Raden Mas Ambia Soedibja pada dua tahun ujian tersebut. Lantas apakah RM Ambia transfer dari HBS lain (Batavi atau Soerabaja) dan lulus ujian masuk dan ditempatkan di kelas dua?
Pada tahun 1904 Raden Mas Ambia Soedibia lulus ujian naik dari kelas tiga ke kelas empat (lihat De nieuwe vorstenlanden, 27-04-1904). Yang lulus bersama antara lain adalah Raden Mas Notosoeroto dan Raden Mas Soedjono. Pada kelas tertinggi naik ke kelas lima antara lain Noto Kworo. Dalam daftar yang lulus tahun 1904 ini tidak ada nama Raden Noer Singgih dan Raden Mas Moeliono. Apakah mereka tinggal kelas atau menunda studi atau transfer ke HBS Lain? Sebaliknya, Raden Mas Notosoeroto dan Raden Mas Soedjono transfer dari HBS lain ke HBS Semarang. Pada tahun 1905 yang lulus ujian naik kelas lima di HBS Semarang antara lain Raden Mas Notosoeroto dan Raden Mas Soedjono. Sementara Raden Ambia Soedibjo harus mengikuti her. Tampaknya Raden Mas Soedibjo tidak berhasil (lihat De locomotief, 28-04-1906). Sebab Raden Mas Soedibjo baru naik ke kelas lima (bersama Raden Mas Gondowinoto). Sedangkan Raden Mas Notosoeroto sudah lulus. Pada tahun 1907 yang lulus ujian akhir di HBS Semarang adalah Raden Mas Gondowinoto, Raden Mas Moenarijo dan Raden Mas Soedjono (tinggal kelas tahun sebelumnya). Lalu bagaimana dengan Raden Mas Soedibijo?
Di HBS Semarang yang lulus ujian akhir pada tahun 1908 antara lain Raden Soemito (lihat De Preanger-bode, 25-05-1908). Disebutkan dari 10 kandidat di HBS Semarang yang lulus ujian akhir adalah HW de Bruin, JG Bouman, GAC Weehuizen, Raden Soemito dan Be Tiat Tjong. Raden Soemito sendiri diterimas di HBS Semarang pada tahun 1903 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 02-05-1903). Disebutkan yang lulus ujian masuk antara lain Jap Hong Tjoen dan Raden Soemito. Sedangkan yang juga lulus ujian masuk sebelumnya antara lain Be Tiat Tjong, Raden Manas Notodiningrat, Raden Mas Mas Ario Poernomo, Raden Mas Simbardjo dan Raden Mas Soehoed dan Raden Mas Soerjopoetro (lihat De locomotief, 25-04-1903). .
Raden Mas Soedibijo diberitakan lulus HBS tahun 1908 (lihat Soerabaijasch handelsblad, 13-05-1908). RM Ambia tiak lulus di HBS Semarang tetapi di HBS Soerabaja. Besar dugaan RM Ambia sebelumnya tidak lulus di HBS Semarang dan kemudian mengikuti ujian masuk di HBS Soerabaja. Pada bulan Juli Raden Mas Ambia Soedibijo dan Raden Mas Soemito berangkat ke Belanda (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 08-07-1908). Disebutkan kapal ss Kawi berangkat dari Batavia dengan tujuan akhir Nederland pada hari kemarin. Dalam manifes kapal dengan ratusan penumpang hanya mereka berdua nama non Eropa/Belanda.
Raden Mas Ambia Soedibijo dan Raden Mas Soemito akan menjadi dua dari 147 mahasiswa baru di Technische Hoogeschool di Delft (lohat De nieuwe courant, 10-09-1908). Dua yang lainnya yang berasal dari Hindia (non Eropa/Belansda) adalah Be Tiat Tjong dan RM Notodiningrat. Raden Mas Ambia Soedibijo dan Raden Mas Soemito adalah bersaudara. Het vaderland, 14-08-1908: ‘dari Koetoardjo adalah dua putra dari Regent disana, Raden Mas Ambio dan Raden Mas Soemitro, juga cucu Bupati Banjoemas, berangkat ke Belanda. Ayah mereka menemani mereka ke Bandoeng. Di Maos kakek-nenek berpamitan dengan cucu mereka. Keduanya telah menyelesaikan ujian akhir sekolah menengah atas, yang pertama di Surabaya, yang kedua di Semarang. Sekarang mereka akan pergi ke Belanda melanjutkan studinya’.
Pada bulan Januari 1909 diketahui Raden Soemito kembali ke tanah air (lihat Het vaderland, 18-01-1909). Mengapa Raden Mas Soemito kembali ke tanah air? Jelas bukan gagal dalam studi, karena perkuliahan belum mencapai satu tahun. Apakah karena sakit atau karena diminta orangtua mereka harus kembali? Yang jelas Raden Ambio Poetro Soedibijo, sang abang, tetap di Belanda.
Dalam narasi sejarah masa kini, nama Raden Soemito dipertukarkan dengan nama Raden Soemitro. Raden Soemitro adalah siswa HBS di Batavia yang meneruskan sekolahnya di HBS di Leiden dan lulus tahun 1908 dan diterima di perguruan tinggi Indisch Administrative Dienst. Sedangkan Raden Soemito yang diterima di Delft diktehui telah kembali ke tanah air. Oleh karena itu Raden Soemito dan Raden Soemitro adalah dua orang yang berbeda. Raden Soemitro sendiro menjadi sekretaris Indische Vereeniging di Belanda yang diketuai oleh Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan.
Tunggu deskripsi lengkapnya
RM Ambia Poetro Soedibio: Sejarah Sekolah HBS Semarang
Seperti disebut di atas, Ambia Soedibio yang mulai sekolah HBS di Semarang, akhirnya lulus ujian akhir di HBS Soerabaja pada tahun 1908. Pada tahun yang sama adiknya Raden Soemito juga lulus di HBS Semarang. Pada bulan Juli 1908 Raden Ambia Soedibio dan Rade Soemito berangkat ke Belanda (lihat Sumatra-bode, 07-07-1908). Disebutkan kapal ss Kawi berangkat tanggal 11 dari Batavia dengan tujuan akhir Nederland. Mereka ini adalah generasi lebih lanjut pribumi yang sekolah di HBS Semarang. Siapa yang menjadi pribumi pertama bersekolah di HBS Semarang, tidak diketahui secara pasti, tetapi diduga kuat adalah Raden Oetojo.
Pada tahun 1891 Raden Mas Oetojo lulus ujian akhir di HBS Semarang (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 08-06-1891). Disebutkan berita yang diterima dari surat kabar di Batavia, ujian akhir HBS sebanyak empat siswa lulus dimana Raden Oetojo dengan nilai 119 sebagai rangking kedua. Dalam hal ini, jika dan hanya jika, Raden Mas Oetojo lancar studi, diterima di HBS Semarang pada tahun 1886. Setelah lulus HBS Semarang, Raden Mas Oetojo tampaknya tidak melanjutkan studi ke Belanda, tetapi bekerja pada pemerintah. Pada tahun 1894 Raden Mas Oetojo disebutkan sebagai penulis di kantor Pekalongan,
Siswa kedua pribumi yang diterima di HBS Semarang, diduga kuat adalah Raden Boesno dan kemudian Raden Sosro Kartono (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 13-05-1891). Disebutkan di HBS Semarang diadakan ujian saringan masuk dimana yang lulus empat perempuan dan 32 laki-laki. Diantara yang lulus adalah Raden Sosro Kartono dengan nilai 38. Dari semua yang lulus nilai tertinggi adalah 38 yang diperoleh oleh Raden Kartono dan FD Otken. Di bawah nilai tersebut nilai 36 adalah AC Groeneveld. Nilai terendah adalah 28. Ini mengindikasikan bahwa Raden Kartono tidak kalah bersaing dengan kandidat siswa Eropa/Belanda.
Pada tahun 1892 Raden Kartono lulus ujian naik dari kelas satu ke kelas dua afdeeling B (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 16-05-1892). Afdeeling B adalah jurusan Matematika dan IPA. Pada kelas tertinggi naik dari kelas empat ke kelas lima diantanranya Raden Boesono.
Pada tahun 1893 Raden Kartono lulus ujian naik ke kelas tiga (lohat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 12-05-1893). Pada tahun 1894 lulus naik ke kelas empat (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 12-05-1894). Pada tahun 1895 lulus nai ke kelas lima (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 11-05-1895). Akhinta pada tahun 1896 Raden Kartono lulus ujian akhir HBS (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 11-06-1896). Disebutkan diadakan ujian HBS di Batavia dimana salah satu yang lulus adalah Reden Pandji Sosro Kartono. Ini mengindikasikan bahwa Raden Kartono lancar dalam studi di HBS.
Ujian HBS diadakan di Batavua untuk tiga sekolah HBS yang ada di Batavia, Semarang dan Soerabaja. Dari 56 kandidat yang mengikuti ujian disebutkan lulus sebanyak 39 siswa (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 12-06-1896). Nilai Raden Kartono terbilang cukup tonggi dengan perincian vak nilai 116 dan roebriek dengan nilai 34 yang secara keseluruhan Raden Kartono berada di peringkat ketiga.
Raden Kartono setelah lulus HBS Semarang berangkat ke Belanda. Pemberitahuan ini dapat dibaca pada surat kabar De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 18-07-1896 yang menyebutkan telah berangkat tanggal 16 Juli dengan kapal Prinses Marie dengan tujuan Nederland. Raden Kartono, anak dari Bupati Djapara kemudian disebutkan akan kuliah di Polytechnische School di Delft (lihat De Preanger-bode, 27-07-1896). Bderita itu menjadi viral di Hindia maupun di surat kabar di Belanda. Boleh jadi itu karena yang pertama pribumi studi di perguruan tinggi.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar