*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Dalam sejarahnya, studi tentang
Tiongkok (sinologi) terbentuk karena ada kebutuhan para peneliti jaman kuno
(kepurbakalaan) diantara peneliti-peneliti Inggris dan Belanda. Secara khusus
peneliti-peneliti Belanda di Indonesia (baca: Hindia Belanda) menemukan banyak soal
dan pertanyaan yang membutuhkan keahlian khusus yang terkait dengan penemuan kepurbakalaan.
Itu bermula ketika seorang peneliti Inggris menemukan arah bahwa Sriwijaya
berpusat di Pantai Timur Sumatra (khususnya Palembang) yang mengkomunikasikan
kepada para peneliti dan peminat kepurbakalan yang yang tergabung dalam lembaga
ilmu dan pengetahuan di Batavia (Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
disebut sinologi adalah ilmu pengetahuan tentang bahasa dan kebudayaan Cina.
Dalam laman Wikipedia sudah ada entri Sinologi, tetapi masih membutuhkan narasi
dan rujukan. A Dahana dalam artikelnya Tentang
Istilah: Antara “Cina, China, Tiongkok, Tionghoa dan Cungkuo yang diupload
dalam situs https://www.sinologi-indonesia.id
menyatakan: Istilah yang lebih umum yakni
Tiongkok untuk negeri dan Tionghoa untuk mengacu ke etnis. Sebagai konsekuensi
selanjutnya, kami juga menggunakan istilah “Sinologi” sebagai pengganti sebutan
“Studi Cina”. Istilah Sinologi memang berbau kuno karena Sinologi yang berasal
dari istilah Sinology–mengacu ke studi tentang Tiongkok klasik yang berkembang
di Barat sejak awal abad-20. Istilah yang umum dipakai di Barat sejak
menjamurnya studi mengenai Tiongkok modern adalah Chinese Studies, tanpa ada
muatan bernuansa negatif. Di Universitas Indonesia mahasiswa para peminat
Sinologi memiliki organisasi yang diberi nama Ikatan Mahasiswa Sinologi (IMSI)
Universitas Indonesia, suatu himpunan mahasiswa Program Studi Cina yang telah
dibentuk sejak tahun 70-an. Sebelumnya himpunan mahasiswa ini benama IMSI
(Ikatan Mahasiswa Sinologi Indonesia) karena pada saat itu, Universitas
Indonesia adalah satu-satunya universitas di Indonesia yang memiliki jurusan yang
mempelajari ilmu tentang Cina. Akan tetapi karna disadari bahwa himpunan ini
tidak mencakup seluruh Indonesia, maka pada tahun 2003 namanya berganti menjadi
IMSi. Anggota IMSi adalah seluruh mahasiswa Program Studi Cina yang telah
mengikuti rangkaian kegiatan orientasi jurusan dan aktif berpartisipasi dalam
segala kegiatan IMSi (https://fib.ui.ac.id).
Lantas
bagaimana sejarah Sinologi di Indonesia? Seperti disebut di atas, terbentuknya bidang
peminatan dalam pengetahuan Tiongkok (Sinologi) terkait dengan
penelitian-penelitian kepurbakalaan diantara peneliti-peneliti Inggris dan
Belanda khususnya yang dihubungkan dengan penyelidikan sejarah dan
kepurbakalaan di Hindia Belanda (baca: Indonesia). Lalu bagaimana sejarah Sinologi
di Indoesia? Seperti
kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Pahlawan Indonesia dan
Sinologi di Indonesia: Peneliti-Peneliti Belanda Membutuhkan (Ahli) Sinologi
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Perkembangan Sinologi di
Indonesia: Dr WF Stutterheim, Prof Dr CC Berg dan Tjan Tjoe Som
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar