*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Sejarah kuno adalah awal dari sejarah kita, sejarah modern kita adalah kelanjutan sejarah kuno. Sejarah, sejatinya bersifat garis continuum. Namun masa-masa pada titik sejarahbanyak yang hilang tidak terdokumentasikan. Oleh sebab itu, karena masuknya hasil analisis maka narasi sejarah menjadi terkesan random. Dalam hal ini sejarah tetaplah sejarah. Sejarah adalah narasi fakta dan data. Upaya panggalian data memperjelas fakta harus terus dilakukan agar narasi sejarah terus menjadi lebih sempurna. Dalam hal ini kita fokuskan pada satu asepek saja: sejarah bahasa Melayu dan persebarannya.
Lantas bagaimana sejarah Orang Melayu diantara Orang Asli di Semenanjung dan bahasa Minangkabau diantara bahasa asli? Seperti disebut di atas, Asal usul bahasa Melayu sendiri dan bagaimana penyebarannya terjadi masih terbuka di ruang diskusi (akademik). Keterbatasan data yang ada menjadi penyebabnya. Lalu bagaimana sejarah Orang Melayu diantara Orang Asli di Semenanjung dan bahasa Minangkabau diantara bahasa asli? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Orang Melayu Diantara Orang Asli di Semenanjung; Bahasa Minangkabau Diantara Bahasa Asli
Di (negara) Malaysia lebih tepat disebut orang asli diantara orang Melayu (bukan orang Melayu diantara orang Asli). Orang Melayu dan bahasa Melayu di Semenanjung (Malaya) sudah berlangsung sejak lama. Orang pertama yang mempelajari bahasa Melayu di Nusantara termasuk di Semenanjung adalah William Marsden. Dalam mempelajari bahasa Melayu secara khusus di Semenanjung Malaya itu, Marsden menemukan bahwa Orang Asli di Siemenanjung memiliki bahasa berbeda dengan bahasa Melayu.
Dalam penelitian Marsden dalam penutur bahasa di Semenanjung Malaya membandingkan bahasa Melayu di satu sisi serta bahasa Orang Semang dan bahasa Orang Laut di sisi lain. Hasil penelitian Marsden tersbeut dirangkum dalam bentuk buku yang diterbitkan tahun 1812 (lihat Java government gazette, 11-03-1815). Sebagaimana diketahui buku pertama William Masden yang terkenal adalah The History of Sumatra yang terbit pertama pada tahun 1781.
William Marsden dalam hal ini memperbandingkan bahasa Melayu dengan bahasa Semang. Dari banyak kata yang diperbanding antara bahasa Melayu dan bahasa Semang hanya sebagian kecil yang memiliki persamaan. Kosa kata yang kurang lebih sama antara lain adalah orang, laut, pohon, bulan, putih, hijau dan tidur. Persamaan kosa kata ini tampaknya, bersifat elementer dan umum digunakan. Kosa kata yang sama ini sebenarnya dapat ditelusuri pada bahasa Sanskerta (cikal bakal bahasa Melayu).
Bahasa Melayu dan bahasa Semang yang diperbandingkan memiliki kemiripan satu sama lain untuk kosa kata yang umum digunakan dan bersifat elementer, Lalu apakah kedua bahasa ini merakar dari bahasa yang sama (bahasa Sanskerta)? Namun bisa jadi berbeda rujukan, yang mana Orang Semang menyerap bahasa Melayu (Sanskerta) atau bisa jadi kosa kata berbeda yang dalam perkembangannya Orang Semang membentuk kosa kata baru. Tapi secara epistemologi, populasi yang kecil lebih dimungkin menterap bahasa dari populasi yang lebih besar.
William Marsden juga membuat adfatr perbandingan kosa kata bahasa Orang Melayu dengan bahasa yang digunakan Orang Laut. Dalam laman Wikipedia disebut: The Orang Laut are several seafaring ethnic groups and tribes living around Singapore, peninsular Malaysia and the Indonesian Riau Islands. The Orang Laut are commonly identified as the Orang Seletar from the Straits of Johor, but the term may also refer to any Malay origin people living on coastal islands, including those of Mergui Archipelago islands of Myanmar and Thailand, commonly known as Moken. William Marsden menemukan bahasa yang dituturkan oleh Orang Laut adalah bahasa yang (sangat) mirip dengan bahasa Melayu. Dalam hal ini Orang Laut, sangat berbeda dengan Orang Semang. Orang Laut lebih mirip Orang Melayu. Lantas siapa Orang Melayu? Apakah Orang Laut adalah orang asli dari kelompok Orang Melayu? Atau apakah Orang Laut adalah kelompok yang tersisish (menyendiri) dari Orang Melayu?
William Marsden juga mengidentifikasi orang asli lainnya di Semenanjung yang disebut Orang Binuwa. Mereka ini berada di darat, di wilayah pesisir atau belakang pantai. Orang Binuwa berbeda dengan Orang Melayu umumnya tetapi, seperti Orang Laut, menggunakan bahasa mirip dengan bahasa Melayu.
Dalam laman Wikipedia disebutkan: ‘Jakun people or Orang Ulu / Orang Hulu (meaning, "people of the upstream") are an ethnic group recognised as Orang Asli (indigenous people) of the Malay Peninsula in Malaysia. The Malaysian government recognises 18 different sub-groups of Orang Asli, including three broad divisions: the Negrito (Semang), Senoi and aboriginal Malays (Proto-Malay). The Jakun people are the largest sub-group in the Proto-Malay division, and the second-largest Orang Asli sub-group overall, after the Semai. In the past, the name Jakun was used as a term that encompasses all sub-groups in the Proto-Malay division, including the Temuan people of the southwest and centre of the Peninsula and several coastal communities of the south of the Peninsula, including the Orang laut (Orang Seletar, Orang Kuala) and Orang Kanaq. In terms of anthropological characteristics, the Proto-Malay are southern Mongoloid, generally taller and having lighter skin than other groups of Orang Asli. In standard Malay, the name "jakun" carries a derogatory connotation meaning "slave" or unsophisticated person.
Dalam hal ini penutur bahasa Melayu di Semenanjung Malaya, tidak hanya Orang Melayu di pusat-pusat peradaban (kota), juga terdapat di pinggiran yang berada di darat di belakang pantai dan juga Orang Laut di perairan (laut). Orang Semang sebagai penutur bahasa yang sangat berbeda berada di pedalaman._
Tunggu deskripsi lengkapnya
Bahasa Minangkabau Diantara Bahasa Asli: Bahasa Melayu Sebagai Lingua Franca
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar