*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Ada gajah di Semenanjung Malaya dan ada juga gajah di Borneo Utara. Lalu apakah itu tidak menimbulkan pertanyaan? Idem dito, ada harimau di Sumatra dan ada juga harimau di Jawa. Lantas apakah tu tidak menimbulkan pertanyaan? Di Sumatra dan Semenanjung ada gajah dan juga ada harimau. Namun tidak ada harimau di Borneo dan juga tidak ada gajah di Jawa. Itu bukan aritmatika tetapi hanya aljabar sederhana. Nah, sekarang, kita membutuhkan jawaban sederhana terhadap pertanyaan yang rumit: apakah (pulau) Belitung dan Kalimantan pernah menyatu sebagai daratan? Jika itu dapat dijawab dengan iya, maka akan lebih mudah menjawab bahwa Semenanjung Malaya, Bangka dan Belitung dan Kalimantan bahkan hingga pulau-pulau di Filipina pernah bersatu.
Lantas bagaimana sejarah Belitung dan Kalimantan Pernah Bersatu? Jika itu dapat dibuktikan, maka Semenanjung Malaya, Bangka, Kepulauan Karimata, Kalimantan hingga pulau-pulau di Filipina pernah bersatu. Seperti disebut di atas, posisi kunci dalam koneksi pulau-pulau ini sangat ditentukan oleh pulau-pulau Karimata di Selat Karimata. Lalu bagaimana sejarah sejarah Belitung dan Kalimantan Pernah Bersatu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..
Belitung dan Kalimantan Pernah Bersatu: Semenanjung Bangka, Kepulauan Karimata hingga Filipina?
Selat Karimata adalah adalah selat antara pulau Belitung (bagian Sumatra) dengan daratan Kalimantan. Nama selat ini merujuk pada nama pulau Karimata. Pulau ini sudah eksis sejak lama dan namanya juga sudah dikenal sejak lama. Pulau-pulau Karimata ini memiliki gugus pulau ke arah daratan Kalimantan dengan kedalaman laut yang lebih dangkal. Sebaliknya, pulau Belitung memiliki pulau-pulau kecil di arah timur (ke arah kepulauan Karimata).
Pada artikel terdahulu di blog ini dideskripsikan tentang Karimata dengan judul Sejarah Kalimantan (14): Sejarah Karimata, Nama Pulau Jadi Nama Selat; Penghubung Pantai Barat Kalimantan dan Pulau Belitung. Pulau Karimata atau pulau-pulau kecil lainnya terpisah dari pantai di laut dalam. Berbeda dengan pulau Karimata, pulau besar (sekarang pulau Maya) adalah pulau yang menempel ke daratan (pantai) yang diduga pulau yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi. Pulau besar ini namanya berbeda dari satu masa ke masa yang lainnya. Pada Peta 1665 yang dibuat Johannes Vingboons terlihat ada perbedaan kedalaan anatara laut di seputar pulau Karimata dengan kedalaman air di seputar pulau Maya. Oleh karena itu pulau Karimata adalah pulau yang sudah eksis sejak jaman lampau (bahkan sebelum terbentuknya pulau Maya). Hal itulah yang menyebabkan nama pulau Karimata tidak tergantikan dalam navigasi pelayaran (internasional) sejak era Portugis.
Ada jarak tertentu antara kepulauan Karimata di utara dengan kepulauan Beliting di selatan (kecamatan Manggar, kabupaten Belitung Timur). Jarak terdekat adalah pulau Nangka (kecamatang Manggar) dan pulau Serutu di kecamatan Kepulauan Karimata (kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat). Kedalaman laut sekitar 50 meter.
Sudah barang tentu kedalaman laut 50 meter diantara dua jarak terdekat mengindikasikan laut terdalam di kawasan Selat Malaka antara provinsi Bangka Beliting dan provinsi Kalimantan Barat. Kedalaman laut di Laut Jawa berkisar 20-40 meter. Kedalaman laut di sekitar Natuna sekitar 60 meter dan semakin dalam ke arah Laut Cina Selatan. Ini mengindikasikan bahwa ada kemiringan dasar laut dari arah Laut Jawa ke Laut Cina Selatan. Kedalaman laut diantara pulau Nangka dan pulau Serutu diduga kuat adalah jalur arus bawah laut yang tidak memiliki endapan. Sebaliknya kedalaman Laut Jawa yang lebih dangkal diduga karena telah terbentuk endapan karena massa berat yang terbawa arus dari sungai-sungai di pantai barat Kalimantan, pantai utara Jawa dan pantai timur Sumatra. Besar dugaan bahwa antara pulau Nangka dan pulau Serutu tidak pernah terhubung sebagai daratan sejak zaman lampau. Akan tetapi bisa sebaliknya, di masa lampau pernah terhubung tetatp karena abrasi jangka panjang yang kemudian pada fase berikutnya diikuti arus dasar laut yang lebih kencang menyebabkan laut dianatara dua pulau semakin dalam.
Area laut dalam diantara pulau Nangka dan pulau Serutu diduga pernah bersatu. Hal ini karena jenis batuan yang membentuk kedua pulau sangat rentan terhadap terjangan abrarasi dan arus dasar laut. Di pulau Nangka sepernti halnya di pulau Belitung terbentuk dari batuan granit yang mengandung kuarsa dimana ditemukan banyak pertambangan timah. Sementara di kepulauan Karimata jenis batuannya mengandung bijih besi. Sebagai catatan bantuan yang membentuk pulau Sumatra dan Jawa pada lampisan atas adalah batuan magma andesit.
Adanya abrasi dan kemudian disusul adanya arus dasar laut telah memecah daratan yang pernah terhubung antara Semenanjung Bangka (kelanjutan dari Semenanjung Malaya) dengan pulau Kalimantan ke dalam banyak pulau-pulau besar maupun pulau-pulau kecil seperti pada masa ini. Dalam hal ini besar dugaan pada masa lampau antara Laut Cina Selatan dan Laut Jawa terpisah oleh daratan.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Semenanjung Bangka, Kepulauan Karimata hingga Filipina: Jalur Migrasi Negroid
Seperti disebut di atas, ada gajah dan ras Negroid di Semenanjung Malaya dan juga ada gajah di Kalimanan (Borneo Utara) dan ras Negroid di pulau-pulau Filipina. Atas dasar ini menjadi relevan membicarakan bahwa pada masa lampau Belitung terhubung dengan Semenajung Malaya di satu sisi dan Kepulauan Karimata terhubung dengan daratan Kalimantan (di bagian Borneo utara). Titik terpenting dalam hubungan itu berada dianatara pulau Nangka dan pulau Serutu.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar