*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Seperti halnya sejarah Indonesia, sejarah Malaysia juga memiliki sejarahnya sendiri. Malaysia hari ini adalah negara Federasi Malaysia (Federasi Malaya, Sabah dan Sarawak minus Singapoera). Dalam hal ni, sejarah Malaysia berumpu pada sejarah yang terjadi di Semenanjung Malaya (Federasi Malaya). Dalam konteks Federasi Malaya (Semenanjung Malaya) inilah sejarah Malaysia selalu dibicarakan di Malaysia.
Lantas bagaimana sejarah awal Melayu dan sejarah awal Malaysia? Seperti disebut di atas, sejarah awal Melayu dimulai di Sumatra (Malaijur dan Malayu) dan sejarah awal Malaysia dihubungkan dengan Malaya dan Malaka. Lalu bagaimana sejarah awal Melayu dan sejarah awal Malaysia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Awal Melayu dan Sejarah Awal Malaysia: Malaijur dan Malayu di Sumatra; Malaya dan Malaka di Malaysia
Satu sumber tertua di Semenanjung Malaya (Malaysia) adalah prasasti Tanjore (1030 M). Dalam prasasti Tanjore disebut nama (kerajan) Kadaram (diduga Kedah). Dalam prasasti Tanjore itu juga disebut nama-nama tempat di pantai timur Sumatra (Padang Lawas, Tapanuli) sebagai (pusat) Sriwijaya.
Pusat Sriwijaya dalam prasasti Tanjore (1030 M) bersesuaian dengan prasasti Kedoekan Boekit 682 M yang ditemukan di Palembang. Dalam prasasti Kedoekan Boekit disebut (pelabuhan) utama Sriwijaya di Minanga (kini Binanga). Nama Raja Sriwijaya adalah Sri Jayanaga (prasasti Talang Tuwo 684 M) dengan gelar Dapunta Hyang (prsasti Kedoekan Boekit dan prasasti Talang Tuwo). Wilayah Sriwijaya di Sumatra bagian selatan (Palembang dan Djambi) telah ditaklukkan oleh Singasasri dalam Pamalayu pada abad ke-13. Singhasari dan Padang Lawas terjaalin kerjasama, hal itu ditunjukkan adanya kemiripan satu candi di Singhasari dengan candi-andi di Padang Lawas. Dalam prasasti Batugana di Padang Lawas (abad ke-12 hingga abad ke-14) terdapat nama Batu Gana, Darmasraya dan Pannai yang mana raja-raja yang disebut bergelar (om)pu, hang dan hadji. Madjapahit (yang menaklukkan Singhasari) pada abad ke-14 juga menyerang Padang Lawas. Kerajaan di Padang Lawas kemudian begerser ke utara di Simalungun. Dalam hubungan ini di Semenanjung Malaya didirikan (kerajaan) Malaka pada tahun 1400.
Sumber terbaru tentang Semenanjung Malaya adalah Sadjara Malajoe. (Malay Annals), diterjemahkan oleh J. Leyden, London, 1821. Kapan Kronik Malayu ini dibuat tidak diketahui secara pasti. Yang jelas di dalamnya terdapat kisah penaklukan Malaka oleh pelaut-pelaut Portugis (1511). Salah satu yang pertama mengutip Malay Annals adalah Raffles. Namun dalam perkembangannya tidak sedikit peneliti yang mengkritisi Annals tersebut karena tidak sesuai fakta (data terbaru).
Sulalatu'l-Salatin atau Sulalatus Salatin secara harfiah bermaksud Penurunan segala raja-raja) merupakan karya dalam Bahasa Melayu dan menggunakan Abjad Jawi. Karya tulis ini memiliki sekurang-kurangnya 29 versi atau manuskrip yang tersebar di antara lain di Inggris (10 di London, 1 di Manchester), Belanda (11 di Leiden, 1 di Amsterdam), Indonesia (5 di Jakarta), dan 1 di Rusia (di Leningrad). Sulalatu'l-Salatin bergaya penulisan seperti babad, di sana-sini terdapat penggambaran hiperbolik untuk membesarkan raja dan keluarganya. Namun, naskah ini dianggap penting karena ia menggambarkan adat-istiadat kerajaan, silsilah raja dan sejarah Kerajaan Melayu dan boleh dikatakan menyerupai konsep Sejarah Sahih (Veritable History) Tiongkok, yang mencatat sejarah dinasti sebelumnya. Versi suntingan Raffles, diterjemahkan pertama kali oleh John Leyden dalam Bahasa Inggris tahun 1821.
Sulalat Assalatin (Penurunan Segala Raja-Raja) dan Taju Assalatin (Mahkota Segala Raja-Raja) pertama kali dilaporkan oleh Petrus van der Worm yang terdapat dalam kata pengantar Malayan Vocabulary yang ditulis oleh Guynier yang diterbitkan di Batavia tahun 1667 (lihat Java government gazette, 11-03-1815). Tentang buku-buku tersebut juga telah disebutkan oleh Francois Valentijn dalam bukunya Oud en Nieuw Oost Indien (Volume V) yng diterbitkan pada tahun 1726 di Amsterdam,
Dalam buku-buku tersebut tidak ada penanggalan yang tepat, hanya berupa susunan (cerita lisan) yang telah diturunkan dari waktu ke waktu. Buku-buku tersebut sangat dijunjung oleh orang Melayu sebagai karya sejarah utama yang mereka miliki, Di masa lalu, karya itu disimpan dalam bungkus sutra kuning oleh para raja dan raja. digunakan pada acara-acara perayaan. Pembacaan itu dimulai dan diakhiri dengan beberapa tembakan meriam (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 28-07-1869). Buku-buku sejarah Melayu tersebut menjadi yang terbaik pada jamannya sebelum ditemukan (buku) teks Negarakertagama (1365) pada tahun 1894. Selain itu, sumber sejarah Melayu juga merujuk pada Hikayat Hang Tuah.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Malaijur dan Malayu di Sumatra; Malaya dan Malaka di Malaysia: Apakah Sejarah Malaysia Juga Mencakup Sumatra dan Indonesia?
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar