*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Gugus pulau di utara Sumatra terdiri dari pulau Weh dan pulau Rondo (Aceh, Indonesia) dan kepulauan Andaman dan kepulauan Nikobar (India). Gugus pulau-pulau ini terkesan garis lurus dari ujung utara darata Aceh hingga ujung selatan Myanmar. Apakah gugus pulau ini di masa lampau menjadi penghubung daratan Sumatra dan dararan Burma (Myanmar)? Boleh jadi hal ini benar karena dalam sejarah populasi terdapat orang Negroid di Andaman, Semenanjung Malaya dan pulau Jawa.
Lantas bagaimana sejarah Gugus pulau di utara Sumatra? Seperti disebut di atas, pulau-pulau Weh dan pulau Rondo (Aceh, Indonesia) dan kepulauan Andaman dan kepulauan Nikobar (India). Apakah pulau-pulau ini di masa lampau menjadi penghubung daratan Sumatra dan dararan Burma (Myanmar)? Lalu bagaimana sejarah sejarah Gugus pulau di utara Sumatra? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Gugus Pulau di Utara Sumatra; Andaman, Nikobar, Rondo dan Weh Era Semenanjung Sumatra
Dibanding, wilayah lain di luar wilayah Nusantara (Indonesia), wilayah utara Sumatra (barat laut Indonesia) tidak terlalu dikenal, kurang terinformasikan, jika dibandingkan di wilayah timur laut (Semenanjung Malaya, Borneo Utara dan Filipina), di wilayah selatan (pulau Kalapa, pulau Natal, barat dan utara benua Australia) dan wilayah timur (Papua Nugini dan timur benua Australia). Wilayah utara Sumatra hanya dikenal di Indonesia sebatas pulau Weh dan kemudian pulau Rondo (keduanya masuk wilayah provinsi Aceh). Namun wilayah utara Sumatra juga ada kepulauan Nikobar dan kepulauan Andaman yang dalam peta seakan gugus pulau yang menguhubungkan pulau Sumatra dan daratan Burma).
Pada masa ini, peta yang dipersepsikan adalah pulau Sumatra adalah pulau yang berdiri sendiri dari Semenanjung Malaya dan pulau Jawa dan pulau-pulau di pantai barat Sumatra dan pulau-pulau di utara Sumatra. Oleh karena dalam narasi sejarah yang ada, sejarah yang terjadi di Sumatra dibedakan dengan sejarah pulau-pulau di pantai barat Sumatra dan pulau-pulau di utara Sumatra. Dalam hal ini pulau Weh dan kota Banda Aceh (di daratan Sumatra) bisa dibedakan.
Sejarah tertulis dari pulau-pulau di utara Sumatra, terutama kepulauan Nikobar dan kepulauan Andaman sudah ditemukan pada zaman lampau. Jika rute pelayaran zaman kuno dari India. Arab dan Persia serta Eropa diikuti, yang berlayar dekat ke pantai, sudah barang kepulauan tersebut lebih dulu dikenal sebelum kepulauan nusantara (pulau Sumatra dan Jawa). Menurut laporan kuno, rute di sepanjang pantai India dan semenanjung, yang terbawa angin dan arus, akan mengarah ke Kepulauan Andaman dan Nicobar. Pulau-pulau ini disebutkan sejak awal sebagai pulau telanjang dan pulau kelapa, yakni Narikela di Kathasaritsagara, Nadikera di Manjuqrimulakalpa, Nalikera di Brhat-Samhita, Menurut Ptolomeus Bazakata dan Na-lo-ki-lo oleh orang Tiongkok Huen-Thsang serta, Kia-lan dan Kie-lan oleh orang Tiongkok lainnya. Ptolomeus menyebut nama Barousai dan Sabadeibai sebagai pulau sebelum pantai timur pulau ini, serta tanah Batoi (= Batak) di Sumatera Utara yang sekarang.
Dalam peta semenanjung Aurea Chersonesus pada era Ptolomeus abad ke-2 diidentifikasi beberapa nama tempat (kota) di Semenanjung Sumatra (Sumatra tampaknya dianggap sebagai pulau yang bersatu dengan Burma yang dihubungkan kepulauan Nikobar dan Andaman). Salah satu kota di sebelah utara diidentifikaso sebagai Tacola (boleh jadi Akkola atau Angkola yang sekarang di pantai barat Sumatra di Tapanuli).
Berdasarkan peta Ptolomesus semenanjung Aurea Chersonesus (abad ke-2) pulau Sumatra tersambung dengan Burma. Namun bisa jadi bahwa pulau-pulau di kepulauan Nikobar dan Andaman sudah terpisah-pisah tetapi saat itu masih luas dan tidak seramping yang sekarang (akibat abrasi jangka panjang). Ptolomeus dalam hal ini menggambarkan Sumatra dan pulau-pulau secara bulat meski ada dugaan bahwa dirinya mengetahui pulau-pulau Nikobar/Andaman sebagai yang terpisah.
Namun bagaimanapun, bahwa pulau Sumatra dan daratan Burma tersambung haruslah tetap menjadi pertimbangan dalam zaman kuno masa yang jauh lebih awal sebelum era Ptolomeus. Hal ini karena mengingat keberadaan penghuni pulau sebagai penduduk yang terawal mendiami semenanjung (Sumatra). Hingga masa ini diketuhui bahwa terdapat penduduk awal yang masih tersisa orang Negroid di Andaman dan di Semenanjung Malaya (suku Semang). Dapat diduga pada dahulunya mereka bermigrasi dari daratan Afrika.
Orang-orang Negroid juga pada masa kini ditemukan di pulau-pulau Filipina. Bagaimana orang negroid di Filipina terhubung dengan Semenanjung Malaya dan Andaman (juga Sumatra) juga dapat dijelaskan keberadaan orang negroid di Jawa pada era Hindia Belanda. Seperti halnya yang dapat dipikirkan bahwa pulau Sumatra terhubung dengan Burma melalui Nikobar dan Andaman, maka hal serupa juga di masa lampau Semenanjung Malaya terhubung dengan pulau-pulau selatan seperti Bintan, Batam. Lingga, Singkep, Bangka dan Belitung yang kemudian terhubung dengan pulau Kalimantan yang dihubungkan kepulauan Karimata yang pada gilirannya menjelaskan keberadaan orang negroid di Filipina. Oleh karenanya keberdaan negroid di Jawa merupakan jalur migrasi dari daratan Asia (Burma) melalui Andaman dan Nikobar terus ke Jawa hingga ke Jawa (selat Sunda belum terbentuk).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Geomorfologi Andaman, Nikobar, Rondo dan Weh Era Semenanjung Sumatra
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar