*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Ada program studi Ilmu Sejarah dan program studi
Bahasa Belanda. Namun apakah itu terhubung satu sama lain? Berbeda dengan di
Malaysia, bahasa Inggris menjadi utama, di Indonesia bahasa Belanda sudah lama
dientaskan. Seberapa orang Indonesia yang masih bisa berbahasa Belanda? Sejarah
khusus berapa orang mahasiswa Ilmu Sejarah bisa berbahasa Belanda? Lebih khusus
lagi seberapa banyak dosen Ilmu Sejarah bisa berbahasa Belanda. Yang jelas
dosen Ilmu Sejarah di Indonesia umumnya bisa berbahasa Inggris. Lalu, masalahnya
apa?
Pertanyaan-pertanyaan di atas, sepintas tampaknya tidak terlalu penting dalam dunia perguruan tinggi di Indonesia pada masa ini. Namun jika dibalik pertanyaannya: bagaimana kualitas narasi sejarah Indonesia ditulis oleh para ahli sejarah (sejarawan) dan dosen Ilmu Sejarah tanpa bisa berbahasa Belanda? Pertanyaan serupa ini tidak relevan ditanyakan di Malaysia, karena umumnya mereka bisa berbahasa Inggris. Fakta pertama pertama bahwa sejarah Indonesia banyak perbedaanya dengan sejarah Malaysia. Malaysia (baca: Federasi Melayu) mendapatkan kemerdekaan dari Inggris tahun 1957. Pada tahun 1957 ini di Indonesia, orang-orang Belanda di Indonesia hampir semuanya pulang ke Belanda. Sejak inilah bahasa Belanda mulai secara perlahan menghilang di Indonesia. Fakta kedua yang lebih penting dalam hal ini bahwa data sejarah Indonesia (sejak 1957) umumnya ditulis/tertulis dalam bahasa Belanda. Lalu pertanyaannya: Apa dampak mahasiswa dan dosen Ilmu Sejarah serta ahli sejarah (sejarawan) tidak bisa berbahasa Belanda? Yang jelas banyak narasi sejarah Indonesia ditulis oleh yang tidak berbahasa Belanda.
Lantas bagaimana sejarah bahasa Belanda mahasiswa Ilmu Sejarah? Seperti disebut di atas, ditanyakan seberapa banyak mahasiswa dan dosen Ilmu Sejarah bisa berbahasa Belanda, sementara data sejarah Indonesia yang lebih tua umumnya ditulis/tertulis dalam bahasa Belanda. Apakah dalam hal ini diperlukan peningkatan kemampuan berbahasa Belanda mahasiswa dan dosen Ilmu Sejarah agar dapat memberi dampak pada peningkatan mutu narasi sejarah Indonesia? Lalu bagaimana sejarah bahasa Belanda mahasiswa Ilmu Sejarah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Bahasa Belanda Mahasiswa Ilmu Sejarah; Upaya Meningkatkan Narasi Sejarah Indonesia
Tunggu deskripsi lengkapnya
Upaya Meningkatkan Narasi Sejarah Indonesia: Apakah Perlu Mahasiswa Ilmu Sejarah Belajar Bahasa Belanda?
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar