*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini
Apa itu tata kota? Yang jelas bukan tata buku
di dalam system library atau dalam system akuntansi. Meski begitu, semuanya
menggunakan gagasan tata, menata atau tertata. Kata lain untuk tata adalah kelola.
Ilmu yang mempelajari tata/Kelola ini adalah manajemen (PIE: planning, implementation,
evaluation). Okelah. Bagaimana dengan tata kota Malang dari masa ke masa? Boleh
jadi tidak ada yang peduli. Mari kita telusuri.
Menilik Tata Kota Malang yang Terbaik di Hindia Belanda. Republika. Jumat 07 Aug 2020. Perencanaan Kota Malang masa Hindia Belanda sempat dipuji. Tata kota menghabiskan waktu bertahun-tahun. "Kota Malang bersama Semarang diajukan ke Paris sebagai kota yang perencanaan sangat bagus" kata Pengajar Jurusan Arsitektur, Universitas Kristen Petra Surabaya, Handinoto. Perencanaan tata Kota Malang peranan arsitek Herman Thomas Karsten. Sebagian besar tata kota di Hindia Belanda merupakan hasil dari jerih payahnya. Karsten selalu pergi dari kota ke kota lain untuk komandai hampir seluruh kota termasuk Kota Malang," jelas penulis buku Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Malang. Karsten mengembangkan Malang dari wilayah Klojen Lor (sekarang area RS Saiful Anwar), sebelumnya terdapat benteng sejak zaman VOC. Kemudian daerah ini berkembang menjadi pemukiman Belanda Tahapan selanjutnya, Karsten fokus mengembangkan pembangunan di alun-alun Kota Malang dan sekitarnya. Setelah abad 20, banyak warga Eropa berpindah di Kota Malang. Karsten mengubah tata kota Malang lebih baru lagi. Ia ingin mendirikan pusat kota baru yang kemudian dibangun alun-alun bundar di dekat gedung Balai Kota Malang. Karsten meletakan perumahan modern khusus masyarakat Eropa dengan gaya arsitektur tinggi di jalan utama, Ijen Boulevard. Saat ini wilayah tersebut masih menjadi kawasan elit di Kota Malang. Perkembangan perencanaan kota Malang dari tahap satu sampai delapan sudah lengkap 1937. Semuanya telah direncanakan dengan standarisasi yang tinggi. Bahkan, peraturan tata Kota Malang disebut menjadi yang terbaik di Hindia Belanda. (https://news.republika.co.id/)
Lantas bagaimana sejarah tata kota Malang era pemerintah Hindia Belanda merujuk sungai Brantas? Seperti disebut di atas, kota Malang disebut pernah menjadi kota tertata baik pada era Pemerintah Hindia Belanda. Bagaimana bisa? Kota lama dan kota baru. Lalu bagaimana sejarah tata kota Malang era pemerintah Hindia Belanda merujuk sungai Brantas? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*. Peta 1911
Tata Kota Malang Era Pemerintah Hindia Belanda Merujuk Sungai Brantas; Kota Lama dan Kota Baru
Dimana kota Malang bermula? Yang dimaksud dalam hal ini kota Malang, adalah kota metropolitan Malang yang sekarang. Dimana itu bermula? Sesungguhnya itu bermula ketika cabang Pemerintah Hindia Belanda dibentuk di (afdeeling) Malang (sebagai bagian wilayah dari Residentie Pasoeroean).
Setelah kembalinya Pemerintah Hindia Belanda (pasca pendudukan Inggris), Residen
Pasoeroen diangkat berkedudukan di (kota) Pasoeroean. Lalu kemudian diangkat
Asisten Residen di wilayah Residentie Pasoeroean yang berkedudukan di (afdeeling)
Malang. Asisten Residen (afdeeling) Malang yang pertama adalah D Monnereau
(lihat Bataviasche courant, 04-04-1818). Sebelum rumah/kantor Asisten Residen
di Malang selesai dibangun, bertempat tinggal di Pasoeroean. Rumah/kantor
Asisten Residen dibangun oleh grup zeni yang dibantu oleh detasemen yang telah
lebih dahulu berada di Malang.
Rumah/kantor Asisten Residen dibangun di dekat kampong Godang. Posisi GPS-nya berada di arah hulu sisi barat sungai Brantas dimana sungai Amprong bermuara di sungai Brantas (sementara di sebelah barat berada jalan raya). Lalu dalam perkembangannya, pada tahun 1927 dalam pemerintahan disertakan pemimpin local dengan mengangkat bupati. Yang diangkat menjadi bupati di Malang adalah Raden Toemenggoeng Noto Diningrat (lihat Bataviasche courant, 10-01-1827). Rumah bupati Malang dibangun yang lokasinya tepat berada di arah selatan rumah/kantor Asisten Residen.
Seiring dengan realisasi pembangunan jalur kereta api (pertama) di Semarang, lalu pada tahun 1865 muncul gagasan pembangunan jalur kereta api dari Pasoeroean hingga ke Malang (lihat Bataviaasch handelsblad, 03-06-1865). Namun konsesi yang ditawarkan kepada swasta tidak pernah muncul. Setelah menunggu lama Pemerintaha Hindia Belanda mulai berinisiatif membangun jalur kereta api dari Soerabaja ke Pasoeroen terus ke Malang. Akhirnya dapat direalisasikan (lihat Bataviaasch handelsblad, 06-09-1880). Ujung dari jalur kereta api ini di Malang berada di utara kantor Asisten Residen (sisi utara sungai Brantas).
Pada tahun 1887 kota Malang mulai ditata. Ini
sehubungan dengan terbitnya peraturan batas ibu kota (hoofdplaats) dari (afdeeling)
Malang Stbls 1887 No. 194. Lalu dengan telah ditetapkan batas wilayah ibu kota
Malang, maka tata kota dimulai dimana yang pertama dilakukan meneatpkan dimana
pusat kota yakni tempat dimana kantor Asisren Residen berada. Dalam hal ini area
kantor asisten residen yang selama ini dianggap tidak sesuai lagi dengan upaya
pengembangan kota. Untuk itu kantor asisten residen direlokasi dengan membangun
baru.
Area pembangunan kantor Asisten Residen dipilih di sebelah barat stasion kereta api, di sisi barat sungai Brantas. Setelah rumah/kantor Asisten Residen yang baru ditempati, lalu kantor asisten residen yang lama dijadikan sebagai rumah/kantor Controleur. Ini mengindikasikan bahwa area kota baru sudah terbentuk, area eks kantor Asisten Residen yang lama (kini Controleur) akan segera pula menjadi kota lama. Dalam perkembangannya, di depan kantor Asisten Residen yang baru dibanngun alun-alun kota. Alun-alun dalam hal ini dalam bahasa Inggris sebagai esplanade dan bahasa Belanda sebagai plein. Sebelum alun-alun kota Malang ini dibangun, di Buitenzorg sudah lama dibangun alun-alun tepat berada di depan kantor Residen/Asisten Residen (sisi utara kini menjadi jalan Gedong, sisi barat kini menjadi jalan Dewi Sartika, sisi selatan menjadi jalan Muslihat dan sisi timur menjadi jalan Juanda). Sementara itu di Medan pada tahun 1879 dibangun alun-alun yang disebut esplanade (seperti Buitenzoeg, di empat sisi esplanade di Medan menjadi jalan. Pada sisi luar empat jalan ini kemudian berdiri berbagai bangunan seperti hotel, kantor pos, bangunan societeit.
Alun-alun Kota Malang yang dibangun ini hingga ini
hari masih eksis. Posisi alun-alun ini berada di arah utara knaroe asisten
residen yang dipisahkan oleh jalan raya (kini menjadi jalan Merdeka Selatan). Pada
sisi sebelah barat alun-alun kemudian dibangun masjid (kini Masjid Agung) dan
gereja (kini gereja Emanuel). Pada sisi utara alun-alun antara lain dibangun pastoral;
di sisi timur alun-alun dibangun sekolah pemerintah. Sementara itu di sebelah
timur area kantor residen menjadi area orang Cina (pecinan) dan sebelah barat
area kantor asisten residen menjadi area orang haji/orang Arab yang menyatu
dengan area masjid di sebelah utaranya (kemudian dikenal Kauman).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Kota Lama dan Kota Baru di Malang: Dari Hamparan Kampung-Kampung Menjadi Kota Metropolitan
Nama distrik Malang en Antang di masa lampau (era VOC) mereduksi menjadi distrik Kota Malang dan district Antang/Ngantang. Di dalam district Kota Malang ini terbentuk sejumlah wijk (kelurahan) akibat urbanisasi (dan semakin meingkatnya populasi orang Eropa/Belanda, dan orang Timur Asing.
Dalam Almanak `1867 Afdeeling Malang terdiri dari tujuh distrik: Kota
[Malang] terdiri dari 33 desa; Gondang Legi (95 desa); Sengoro (85); Pakis
(123); Penanggungan (121); Karangloo (135) dan Ngantang (63 desa). Semua
nama-nama district tersebut sudah teridentifikasi pada Peta 1817. Wilayah
district (kota) Malang mulai dari sungai Brantas ke arah barat hingga lereng
gunung. Di luar area uraban (kota) Malang, beberapa desa yang masuk district adalah
Boering (sisi timur sungai Brantas), Tjilaket, Katjoek, Wagir (ibu kota
onderdistrict), Peniwen, Kamoelan, Djamoeran, Bedali, Blimbing dan Pretjet.
Dalam Almanak 1912, populasi penduduk urban di (kota) Malang terdiri dari:
pribumi sebanyak 24.274 jiwa, irang Cina 3.587 jiwa, orang Eropa/Belanda 1.383
jiwa, orang Arab 342 jiwa orang timur asing lainnya 13 jiwa. Total populasi
penduduk sebanyak 29.544 jiwa.
Ada empat wijk yang dibentuk di (kota) Malang. Masing-masing wijk ini dikepalai oleh orang Belanda. Seperti di kota-kota lain, adanya status wijk inilah yang menjadi salah satu factor penting suatu kota dipromosikan menjadi gemeente (Kota).
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar