Selasa, 07 Februari 2023

Sejarah Pers di Indonesia (3): Permulaan Pers pada Era Hindia Belanda; Bataviasche Koloniale Courant Era Daendels 1810-1811


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pers dalam blog ini Klik Disini

Era VOC berakhir 1799. Hindia Timur diakuisisi Kerajaan Belanda dengan membentuk Pemerintah Hindia Belanda (semacam provinsi jauh Belanda). Namun tidak lama kemudian Belanda diduduki Prancis 1805. Dalam situasi ini Raja Belanda di bawah bayang-bayang kekuasaan Prancis mengirim Daendels menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda untuk meningkatkan pertahanan Jawa dari kemungkinan ancaman Inggris (Seteru Prancis). Di Jawa, selain program pembentukan kota-kota, pembangunan jalan trans-Java juga menginisiasi kehadiran media.


Herman Willem Daendels (21 Oktober 1762 – 2 Mei 1818), adalah seorang politikus dan jenderal Belanda yang menjadi Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang ke-36. Ia memerintah antara tahun 1808 – 1811. Masa itu Belanda sedang dikuasai oleh Prancis. Pada tahun 1780 dan 1787, ia ikut para kumpulan pemberontak di Belanda dan kemudian melarikan diri ke Prancis. Di sana ia menyaksikan dari dekat Revolusi Prancis dan lalu menggabungkan diri dengan pasukan Batavia yang republikan. Akhirnya, ia mencapai pangkat Jenderal dan pada tahun 1795, ia masuk Belanda dan masuk tentara Republik Batavia dengan pangkat Letnan-Jenderal. Pada tahun 1806, ia dipanggil oleh Raja Belanda, Raja Louis (Koning Lodewijk) untuk berbakti kembali di tentara Belanda. Ia ditugasi untuk mempertahankan provinsi Friesland dan Groningen dari serangan Prusia. Lalu setelah sukses, pada tanggal 28 Januari 1807 atas saran Kaisar Napoleon Bonaparte, ia dikirim ke Hindia Belanda sebagai Gubernur-Jenderal. Daendels tiba di Batavia pada 5 Januari 1808 menggantikan Gubernur-Jenderal Albertus Wiese. Daendels mengemban tugas yang diberikan oleh Raja Louis dari Hollandia untuk melakukan reformasi pemerintahan yang korup peninggalan VOC (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah permulaan pers era Pemerintah Hindia Belanda? Seperti disebut di atas, era baru Hindia Timur dimulai tahun 1800 dimana kerajaan Belanda membentuk Pemerintah Hindia Belanda. Sejak Daendels menjadi Gubernur Jenderal tahun 1808, didirikan surat kabar Bataviasche Koloniale Courant yang diterbitkan di Batavia 1810. Lalu bagaimana sejarah permulaan pers era Pemerintah Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Permulaan Pers Era Pemerintah Hindia Belanda; Bataviasche Koloniale Courant Semasa Daendels 1810-1811

Ibarat orang Indonesia masa kini, yang mulai berupaya mengumpulkan data, menagalisis dan menulis narasi sejarah (terdahulu), seperti itu yang dilakukan orang-orang Belanda di Hindia Belanda bagaimana sejarah masa lampau. Salah satu orang Belanda yang kompeten adalah A van der Chijs, seorang ahli arsip. Salah satu topik yang diuraikannnya adalah tentang pers di Indonesia (baca: Hindia Belanda) sejak era VOC. Hasil analisis A van der Chijs dimuat dalam beberapa edisi di surat kabar Makassaarsch handels-blad yang dimulai pada edisi 30-06-1882.


A van der Chijs memulai deskripsi dan pembahasan surat kabar pertama yang terbit pada era VOC yakni Bataviasche Nouvelle, yang disebutnya dimulai tahun 1745. Karena pencetakan dan penerbitan surat kabar di Batavia, yang belum lama berlangsung, terlihat efek buruk di negara ini, jadi, De Heeren XVII segera cetak dan publikasi surat kabar itu dilarang. Perintah tegas ini segera dipatuhi di Hindia, sebagai akibatnya Jan Eidman Jordans harus berakhir 20 Juni 1746. Konsekuensi yang merugikan di Belanda bagi Kompeni dari penerbitan surat kabar di Batavia tidak dijelaskan lebih lanjut dan mungkin juga akan sulit untuk dijelaskan dengan istilah yang agak cocok. Catatan: ibarat Francois Valentijn pada era VOC yang mengumpulkan bebagai data termasuk Daghregister, van der Chijs pada era Pemerintah Hindia Belanda mencoba memngumpulkan berbagai data, termasuk daghregister, dokumen pemerintah dan berbagai surat kabar untuk menganalisis sejarah masa lampau.

Mr A van der Chijs, meski asli arsip dan pernah menjabat sebagai Inspektur Pendidikan Pribumi, tampaknya gagal dalam menganalisis, karena diduga data yang dimiliki sangat terbatas. Ada kesan A van der Chijs, dalam minimnnya data yang dianalisis, analisisnya cenderung mengarang atau paling tidak membuat kesimpulan yang salah. Fakta, bahwa berdasarkan data yang tersedia masa kini, surat kabar, surat kabar pertama pada era VOC tersebut terbit pertama pada tanggal 8 Agustus 1844, dan Namanya bukan Bataviasche Nouvelles, tetapi Bataviase Nouvelles (sementara Bataviasche Nouvelles adalah hal yang berbeda lagi).


Para peneliti boleh salah tapi tidak boleh bohong. Demikian kata para ahli tempo doeloe. Apakah dalam hal ini A van der Chijs telah melakukan kebohongan. Celakanya, apa yang disarikan oleh van der Chijs pada tahun 1882 telah dikutip oleh para penulis sejarah dari masa ke masa hingga ke hari ini. Okelah. Dalam hal ini para peneliti sejarah Belanda tempo doeloe juga adalah manusia, yang bisa salah. Lalu apakah kesalahan yang dibuat terdahulu menjadi kebenaran pada masa ini? Banyak terjadi! Selain hal yang salah di atas, van der Chijs juga salah karena menyebut penerbit surat kabar itu adalah Jan Eidman Jordans, fakta berdasarkan di dalam lembaran surat kabar itu penerbitnya adalah dua orang yang lain. Lantas apakah yang dinyatakan van der Chijs bahwa surat kabar itu berhenti terbit karena dilarang De Hereen XVII benar-benar fakta? Atau asumsi? Yang jelas bahwa selama periode Bataviase Nouvelles terbit maupun sesudahnya, berita-berita di Hindia Belanda selalu eksis di berbagai surat kabar yang terbit di Belanda, apakah laporan lalu lintas kapal, komodi dan volume yang diangkut dan berbagai peristiwa yang terjadi di Hindia dan khususnya di Batavia. Bahkan laporan tentang pembataian Cina di Batavia tahun 1740 dilaporkan panjang lebar. Bagaimana itu bisa? Fakta bahwa lalu lintas kapal dan orang antara Belanda dan Batavia begitu masih sehingga setiap orang bisa berbicara atau diwawancara sepulang dari Hindia di Belanda. Hal-hal semacam ini luput dari perhatian van der Chijs dalam menganalisis dan menulis narasi sejarahnya.

Bagaimana van der Chjis melakuka penyelidikan sejarah, tentang pers awal pada era VOC dapat dipahami karena antara waktu kejadian dengan saat melakukan penyelidikan sudah berlalu satu abad yang lampau. Ada rentang waktu yang panjang, banyak data yang tidak berhasil dikumpulkan, Namun upaya van der Chijs itu harus dipandang dengan itikad baik, tetapi itu tidak cukup dalam soal penyelidikan yang bersifat empiris. Kasus van der Chjis adalah salah satu dari sejumlah penyelidik sejarah pada era Pemerintah Hindia Belanda, yang juga ditemukan melakukan kesalahan. Tetapi, sekali lagi, celakanya para peneliti masa kin banyak yang tidak memverifikasinya termasuk tentang sejarah pers sendiri.


Sejarah adalah sejarah. Sejarah adalah narasi fakta dan data. Tidak ada analisis yang sempurna kecuali datanya sendiri mennunjukkan bukti yang sebenarnya tentang fakta. Oleh karena itu, narasi sejarah harus selalu ditingkatkan mutunya, semakin jauh ke masa lampau, upaya yang dilakukan dalam pengumpulan data harus ditingkat, metode dan strategi penelitian yang diterapkan harus yang relevan. Narasi sejarah masa kini sangat tergantung pada datanya, data yang benar-benar menunjukkan fakta, bukan hasil-hasil analisis yang diperlakukan sebagai data.

Mr a van der Chijs telah gagal memberikan deskripsi sejarah awal pers di Indonesia, sejarah pers pada era VOC. Lalu kini kita tengah berupaya mendeskripsikan sejarah pers pada awal Ppemerintah Hindia Belanda, sebagai kelanjutkan sejarah pers Indonesia yang dimulai dari era VOC. Sejarah pers Hindia Belanda adalah sejarah pers yang berada di bawah suatu pemerintahn yakni Pemerintah Hindia Belanda (provinsi jauh dari negara Kerajaan Belanda). Oleh karena pemerintah (yang berbeda dengan VOC, suatu maskapai/swasta) maka setipa keputusan yang dibuat pemerintah (dalam hal ini Gubernur Jenderal) harus berdasarkan peraturan dan perundungan-undangan yang berlaku. Jadi ada perbedaan konteks dimana pers pada era VOC dengan pers pada era Pemerintah Hindia Belanda. Namun, sejarah tetaplah sejarah. Yang menjadi perhatian utama dalam penyelidikan sejarah, tidak hanya data yang tersedia, juga harus dipahami konteksnya. Lalu surat kabar apa yang ada pada permulaan Pemerintah Hindia Belanda?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Bataviasche Koloniale Courant Semasa Daendels 1810-1811: Bataviase Nouvelles hingga Bataviasche Koloniale Courant

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar