*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini
Bagaimana sejarah lapangan terbang di Cirebon? Jangan ragu, lapangan terbang di Cirebon termasuk yang pertama di Indonesia, sejak introduksi pesawat terbang di Hindia Belanda. Namun dimana itu bermula? Penerbangan di Hindia berawal di lingkungan militer/angkatan laut lalu diikuti para penerbangan sipil yang menjadi awal mula penerbangan sipil di Indonesia. Pada masa ini lapangan terbang di Cirebon berada di Penggung
Bandar Udara Penggung atau Bandar Udara Cakrabuwana (Inggris: Penggung Airport) adalah sebuah bandar udara yang terletak di Jl. Jend. Sudirman Penggung, Harjamukti, Cirebon, Jawa Barat. Bandar udara ini sebelumnya bernama Bandar Udara Astanajapura karena terletak di Astanajapura. Bandara Astanajapura kemudian berubah menjadi Bandara Penggung karena bandara ini terletak di daerah Penggung Kota Cirebon. Bandar udara dengan panjang landasan pacu 1.300 M x 30 M dan luas 38.100 M2 (3,81 Ha) dengan permukaan aspal merupakan bandar udara kelas III yang dikelola oleh UPT Ditjen Hubud. Jenis pesawat terbesar yang bisa beroperasi di bandar udara ini adalah ATR 72 dan C-212. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah lapangan terbang di
Cirebon, salah satu petama di Indonesia? Seperti disebut di atas, lapangan
terbang dan kegiatan penerbangan di Hindia Belanda berkaitan. Dalam hubungan
kebeadaan lapangan terbang di Cirebon termasuk yang pertama. jalur utama penerbangan
sipil bermula antara Batavia dan Bandoeng via Kalidjati 1917. Lalu bagaimana sejarah
lapangan terbang di Cirebon, salah satu petama di Indonesia? Seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Lapangan Terbang di Cirebon, Salah Satu Petama di Indonesia; Jalur Utama Batavia, Kalidjati, Bandoeng 1917
Tunggu deskripsi lengkapnya
Jalur Penerbangan Utama Batavia, Kalidjati, Bandoeng Sejak 1917: Batavia, Kalidjati, Cheribon dan Semarang
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar