Kamis, 27 Juli 2023

Sejarah Sepak Bola Indonesia (9): Nasional Perserikatan SepakBola Hindia Nivb - Nivu; Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Sepak Bola Indonesia di blog ini Klik Disini

Perserikatan nasional tidaklah datang tiba-tiba. Ada fase-fase yang mendahuluinya. Di Indonesia (baca: Hindia Belanda) perserikatan (bond) sepak bola bermula di sejumlah kota. Di Soerabaja terbentuk tahun 1902, Bandoeng (1904), Batavia (1906), Medan dan Semarang (1907). Setelah kejuaraan antar kota yang dimulai tahun 1914 di Semarang atas inisiatif Batavia, kemudian muncul gagasan pembentukan perserikatan nasional. Terbentuklah NIVB.


Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) adalah organisasi yang bertanggung jawab mengelola sepak bola di Indonesia. PSSI berdiri pada tanggal 19 April 1930 dengan nama awal Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia. Ketua umum pertamanya adalah Soeratin Sosrosoegondo. Sejarah bermula dari bond-bond terbentuklah Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) tahun 1927. Bond China menggunakan nama antara lain Tiong un Tong. Donar dan UMS. Bond pribumi mengambil nama wilayahnya, seperti Cahaya Kwitang, Sinar Kernolong. Pada 1928 dibentuk Voetbalbond Indonesia Jacatra (VIJ) sebagai akibat dari diskriminasi yang dilakukan NIVB. Sebelumnya bahkan sudah dibentuk Persatuan Sepak Bola Djakarta (Persidja) pada 1925. Pada 19 April 1930, Persidja ikut membentuk Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) di gedung Soceiteit Hande Projo, Yogyakarta. Pada tahun 1930-an, di Indonesia berdiri tiga organisasi sepak bola berdasarkan suku bangsa, yaitu Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) yang berganti nama menjadi Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU) pada tahun 1936 yang merupakan milik bangsa Belanda, Hwa Nan Voetbal Bond (HNVB) milik orang Cina, dan Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) milik orang Indonesia (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah perserikatan sepak bola nasional di Hindia NIVB dan NIVU? Seperti disebut di atas, terbentuknya perserikatan nasional NIVB setelah perserikatan (bond) terbentuk di berbagai wilayah/kota. Dalam fase selanjutnya terbentuk Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia yang menjadi cikal bakal PSSI yang sekarang. Lalu bagaimana sejarah perserikatan sepak bola nasional di Hindia NIVB dan NIVU? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Perserikatan Sepak Bola Nasional di Hindia NIVB dan NIVU; Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia

Interkoneksi sepak bola di Jawa yang bermula tahun 1904 ketika klub dari Batavia bertandang ke Bandoeng, lalu klub dari Batavia ke Semarang, klub dari Semarang ke Bandoeng dan Soerabaja. Demikian sebaliknya klub dari Soroebaja ke Semarang dan klub Semarang ke Bandoeng, serta klub-klub di Batavia kedatangan tamu dari Bandoeng dan Semarang. Saling mengunjungi klub-klub ini semakin intens sejak diadakannya kejuaran antara kota se-Jawa (Kejuaraan Antar Perserikatan) yang dimulai tahun 1914 di Semarang (1815 di Batavia, 1916 di Soerabaj, 1917 di Semarang dan 1918 di Bandoeng). Pada kejuaraan tahun 1918 di Bandoeng muncul ide pembentukan perserikatan nasional Nedeerlandsch Indie Voetbal Bond (NIVB).


Keberadaan organisasi sepak bola di Hindia Belanda diberitakan tahun 1903 (lihat Soerabaijasch handelsblad, 19-10-1903). Organisasi sepak bola Hindia Belanda tersebut dinamai Algemeenen Nederlaudsch Indischen Voetbalbond yang diketuai oleh Mr. de Bruijn. Namun tidak diketahui secara jelas sejak kapan bond nasional ini dibentuk. Pada tahun 1907 Oost Java Voetbalbond dibentuk di Soerabaja yang mana wakil ketua adalah HJ de Bruijn. Apakah nama de Bruijn yang disebut adalah orang yang sama?. Lalu apakah nama Algemeenen Nederlaudsch Indischen Voetbalbond (nasional), sesuai situasi dan kondis, telah mereduksi menjadi nama regional (Oost Java Voetbalbond)?

Sasaran pembentukan perserikatan nasional ini paling tidak, ingin menyatukan sepak bola di Jawa dengan di Sumatera (Medan) dan di Sulawesi (Makassar). Adapun tim-tim yang bertanding dalam kejuaraan perserikatan tersebut adalah perserikatan-perserikatan yang telah terbentuk di Batavia, Bandoeng, Semarang dan Soerabaja. Perserikatan-perserikatan di Jawa dan perserikatan di Medan dan Makassar inilah yang kemudian dibentuk menjadi satu federasi (NIVB). Namun program ini, seperti kita lihat nanti, secara defacto tidak pernah terlaksana karena faktor jarak dengan Medan dan Makassar. Ketika dibentuk federasi NIVB tahun 1919 wakil perserikatan dari Medan adalah OSVB.

 

Federasi di Hindia Belanda yang telah dibentuk dan disebut NIVB (Nederlandsch Indie Voetbal Bond) 1919 kemudian akan bergabung dengan FIFA. Tentu saja itu setelah NIVB setelah diakui pemerintah.  Statuta NIVB disahkan 20 Oktober 1919. 

Lalu pada tahun 1920 di Djokjakarta dibentuk perserikatan sepak bola. Lalu apakah di Solo sudah ada bond? Yang jelas tujuan pembentukan perserikatan sepak bola di Djokjakarta adalah untuk bergabung dengan NIVB. Pembentukan perserikatan di Djokjakarta diketahui sebagaimana diberitakan surat kabar Bataviaasch nieuwsblad, 04-06-1920: ‘Kemarin didirikan Asosiasi sepak bola Djokjasche. Tujuan pembentukan perserikatan sepak bola di Djokjakarta adalah untuk bergabung dengan NIVB’. Dengan terbentuknya perserikatan, tim Djokjakarta dimungkinkan untuk mengikuti kejuaraan perserikatan yang kini diselenggarakan oleh NIVB.

 

De Preanger-bode, 04-03-1921: ‘Atas keputusan pemerintah, anggaran dasar perserikatan Voetbalbond Djokja (disingkat VBD) di Djokja disetujui dan karenanya diakui mulai yanggal 3 Juni 1920 sebagai badan hukum’. Bataviaasch nieuwsblad, 20-04-1922: ‘Djokjakarta 19 April. Pada hari Selasa, klub Oliveo dari Batavia memainkan pertandingan melawan Tim Perserikatan Djokjakarta. Klub Oliveo menang setelah pertempuran seru dengan 2-0. 

Sementara perserikatan di bawah NIVB terus berkembang dengan semakin bertambahnya perserikatan di berbagai kota, juga mulai dirasakan bahwa perserikatan-perserikatan yang ada tidak mampu menampung semua klub yang ada untuk ikut berkompetisi. Klub-klub yang tidak tertampung ini, yang umumnya klub-klub pribumi mulai muncul gagasan untuk membentuk perserikatan sendiri. Demikian juga klub-klub Tionghoa mulai memikirkan untuk membentuk perserikatan sendiri.


Di Batavia pada tahun 1906 klub-klub yang tidak tertampung pernah yang semuanya klub-klub pribumi dikumpulkan oleh Dr. Abdul Rivai untuk membentuk perserikatan sendiri. Di Medan, perserikatan Deli Voetbal Bond yang dibentuk tahun 1907 mulai mengalami titik balik. Sehubungan dengan pembentukan perserikatan regional (OSVB) tahun 1915, maka banyak klub-klub DVB yang tidak memenuhi syarat untuk berkompetisi di OSVB. Klub-klub yang tidak memenuhi syarat ini hampir semuanya klub-klub pribumi. Lalu pada tahun 1923 Radjamin Nasution menyatukan semua klub-klub DVB yang tidak memenuhi syarat di OSVB menjadi perserikatan sendiri dengan tetap menggunakan nama DVB. Dalam perkembangannya, juga muncul perserikatan sendiri untuk klub-klub kantor/perusahaan seperti di Soerabaja dan Batavia. Perserikatan ini disebut perserikatan sepak bola kantor.

Proposal NIVB untuk menjadi anggota FIFA kemudian diterima secara resmi pada tanggal 24 Mei 1924 dengan nama Dutch East Indies. Dengan diterimana NIVB menjadi anggota FIFA maka aturan FIFA harus dijalankan, yang mana anggota NIVB juga harus menjalankan aturan FIFA. Dalam level perserikatan diumumkan bahwa setiap pemain hanya bermain untuk satu klub. Pemain-pemain pribumi banyak yang bermain di dua klub dan dengan adanya aturan baru para pemain harus menentukan klub yang dibela.


Pada tahun 1927 muncul kisruh di dalam tubuh organisasi NIVB. Nama federasi NIVB lalu kemudian menjadi Nederlansch Indie Voetbal Unie (NIVU). Perubahan ini kemudian dilaporkan ke FIFA. Pada tahun 1927 ini Radjamin dipindahkan ke kantor bea dan cukai di Soerabaja. Radjamin Nasution mendirikan klub sepakbola bea dan cukai yang kemudian menginisiasi perserikatan klub sepak bola perkantoran/perusahaan (SKVB) di Surabaya tahun 1927. Gibol ya gibol. Seperti kita lihat nanti, pada tahun 1930 Radjamin Nasution terpilih sebagai anggota dewan kota Soerabaja.

Seperti halnya di Medan, di berbagai kota di Jawa mulai berkembang perserikatan sepak bola pribumi. Kota-kota yang telah memiliki perserikatan sepak bola pribumi antara lain di Solo (1923). Lalu seiring dengan kisruh di NIVB, perserikatan dibentuk di Soerabaja (1927), di Batavia (1928), dan di Jogjakarta (1929).


Pada tahun 1928 perserikatan sepak bola di Solo mengadopsi nama Indonesia sedangkan Jogjakarta pada tahun 1930. Hal ini sehubungan dengan kebijakan baru Boedi Oetomo yang berafiliasi dengan PPPKI tahun 1928 (lihat Nieuwe Rotterdamsche Courant, 15-02-1928). Nama perserikatan pribumi di Djokjakarta juga menggunakan nama Indonesia yang disebut Persatuan Sepakraga Mataram.

Pada tahun 1930 perserikatan-perserikatan pribumi yang telah ada kemudian pada tahun 1930 membentuk federasi (nasional) sendiri yang disebut Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia disingkat PSSI (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 24-04-1930). Dalam hal ini kantor pusat PSSI ditetapkan di Jogjakarta yang mana sebagai ketua adalah Ir. Soeratin, sekretaris dan bendahara adalah Amir dan Abdul Hamid.


Bataviaasch nieuwsblad, 24-04-1930: ‘Voetbal. De Inlandsche stedenwedstrijden. Kejuaraan kota pribumi. Kejuaraan kota nasional telah terjadi di Djokja antara Djokja, Soerabaja, Solo dan Batavia. Hasilnya adalah sebagai berikut: Djokja-Soerabaja 1-l, (dimenangkan dengan undian oleh Soerabaja). Batavia-Solo 3-l. Batavia-Soerabaya 4-2. Jadi Batavia adalah juara Persatuan Sepakbola Indonesia tahun ini, menurut A.I.D. Usai pertandingan, digelar rapat pengurus berbagai asosiasi. Diputuskan untuk mendirikan bond secara permanen. Namanya disebut Persatoean Sepak Raga Seloeroe Indonesia, dengan Djokja sebagai pusat administrasi. Ir. Soeratim diangkat sebagai ketua, Amir sebagai sekretaris dan  Abdul Hamid sebagai bendahara. Pada tahun 1931 kejuaraan akan diadakan di Solo.

Ir. Soeratin bukanlah pemain sepak bola. Demikian juga Abdoel Hamid gelar Soetan Alamsjah dan Amir Radjab bukan pemain sepakbola. Yang jelas pada saat ini Ir. Soeratin, Abdoel Hamid gelar Soetan Alamsjah dan Amir Radjab sama-sama memiliki pekerjaan utama yang terkait dengan telepon. Ir Soeratin adalah insinyur mekanik/elektro, sementara kedua rekannya adalah pejabat di kantor telepon

 

Ir Soeratin adalah pemain catur sejak sekolah menengah di Koningin Wilhelmina School Batavia (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 15-10-1919). Pada tahun 1920 Raden Soeratin berangkat ke Eropa. Sementara itu, Abdoel Hamid diketahui menjadi salah satu pemain sepak bola di Batavia ketika berlangsung pertandingan antara kesebelasan Sumatranen Voetbal Club dengan Bataksche Voetbal Vereeniging (lihat Sumatra-bode, 29-09-1925). Abdoel Hamid adalah salah satu pendiri Bataksche Bond yang duduk sebagai sekretaris pertama (lihat De Sumatra post, 15-11-1919). Pada tahun 1930 adj commies Hamid gelar Soetan Alam Sjah dipindahkan dari kantor telepon Semarang ke Jogjakarta (lihat De locomotief, 03-04-1930). Sedangkan Amir Radjab memulai karir sebagai pegawai di kantort telepon dan pada tahun 1922 dipindahkan dari Jogjakarta ke Weltevreden (lihat De Preanger-bode, 18-05-1922). Pada tahun 1927 Amir Radjab dari Weltvreden dipindahkan ke Merbau, Oost Sumatra (lihat Deli courant, 05-10-1927). Namun tidak lama kemudian kembali ke Batavia. Selanjutnya pada tahun 1928 Amir Radjab dipindahkan dari Batavia ke Semarang sebagai adjunct-commies (lihat De Indische courant, 01-10-1928). Ir. Soeratin adalah ipar dari Dr Soetomo. Di Soerabaja pada tahun 1930 didirikan organisasi kebangsaan yang diberi nama Persatoean Bangsa Indonesia (PBI) yang diketuai oleh Dr Soetomo. Salah satu penguruan PBI adalah Radjamin Nasoetion yang saat itu sebagai pejabat di Bea dan Cukai Tandjoeng Perak. Dalam konteks inilah diduga Ir Soeratin bersama Abdoel Hamid dari Tapanoeli serta Amir Radjab mendirikan Persatoen Sepak Raga Seloeroeh Indonesia (PSSI) di Jogjakarta. Seperti kita lihat nanti, pada tahun 1931 Radjamin Nasoetion terpilih sebagai anggota dewan kota (gemeenteraad) Soerabaja mewakili PBI. Radjamin Nasoetion adalah pemain sepak bola Ketika masih studi di STOVIA tempo doeloe (1906-1910). Pada saat Radjamin Nasoetion ditempatkan di Medan sebagai pejabat bea dan cukui mendidirikan perserikatan sepak bola pribumi Deli Voetbal Bond tahun 1924.

Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia secara definitif dibentuk pada tanggal 19 April 1930. Federasi baru ini kemudian didaftarkan kepada pemerintah untuk disahkan. Dengan demikian di Hindia Belanda terdapat dua federasi. Bagi pemerintah hal itu tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah bahwa NIVU adalah anggota FIFA dan dalam hal ini FIFA sendiri hanya mengakui satu federasi dari setiap negara. PSSI tidak mungkin lagi menjadi anggota FIFA dan sudah pasti pengurus PSSI mengetahui itu.


Seperti disebut di atas, perserikatan pribumi dibentuk di Solo (1923). Lalu seiring dengan kisruh di NIVB, perserikatan dibentuk di Soerabaja (1927), di Batavia (1928). Pada tahun 1928 perserikatan sepak bola di Solo mengadopsi nama Indonesia. Lalu dibentuk perserikatan pribumi di Jogjakarta (1929) yang juga mengadopsi nama Indonesia. Dalam perkembangannya terbentuk perserikatan pribumi do di Semarang tahun 1932 dan di Bandung tahun 1933.

Pembentukan federasi baru, PSSI menjadi dilema bagi pemain sepak bola. Sebab di Batavia paling tidak ada dua klub pribumi yang menjadi anggota VBO yang mana VBO adalah anggota NIVU. Di Medan jumlah klub pribumi lebih banyak di perserikatan OSVB yang mana OSVB sudah berafiliasi dengan NIVU (sejak federasi NIVB dibentuk tahun 1919). Dalam hal ini sebenarnya federasi NIVU menyambut baik didirikannya federasi baru, PSSI. Hal ini terungkap dalam butir 7 hasil keputusan rapat tahunan federasi NIVU (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 26-08-1930). Butir 7 tersebut menyatakan sebagai berikut: Van de oprichting van de Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) gevestigd te Djokja, werd met belangstelling kennis genomen. Ini mengindikasikan bahwa pada dasarnya pembentukan federasi PSSI adalah normal. Sepak bola adalah sepa bola; NIVU adalah NIVU dan PSSI adalah PSSI.


Pada tahun 1931 pasca kongres Boedi Oetomo di Batavia (pertama kali dilakukan di luar Jawa) statuta Boedi Oetomo diubah dari visi kedaerahan menjadi visi Indonesia. Sejauh ini tidak ada kesan pertentangan politik dalam pembentukan federasi PSSI.

Politisasi mulai baru muncul di ranah sepak bola di Soerabaja pada tahun 1932. Radjamin Nasution, anggota dewan kota (gemeenteraad) Soerabaja menggagas diadakannya forum bangsa-bangsa Asia. Forum ini yang disebut Komite Aksi Persatoean Bangsa Azia kemudian mengadakan rapat umum di Gedong Nasional Soerabaja (lihat De Indische courant, 23-05-1932). Dalam rapat ini juga turut dihadiri perwakilan Indo-Arab dan perwakilan Tionghoa.


Disebutkan seorang pembicara yang tampil di podium memberikan paparan tentang asal mula sengketa antara dewan SVB (perserikatan sepak bola Soerabaja) dan NIVB (Ned.  Ind. Voetbal Bond) dan editor Sin Tit Po. Dalam akhir pidatonya mengakhiri: ‘Kami tidak kenal SVB! Kami tidak kenal NIVB! Kami hanya kenal Federasi Sepak Bola Indonesia! (hadirin bersorak gemuruh). Dalam rapat umum ini juga berbicara Radjamin Nasution yang menjelaskan secara rinci bagaimana perselisihan dengan SVB dan NIVB telah muncul dan apa yang telah dilakukan SIVB (Perserikatan Sepakbola Indonesia Surabaja) untuk memboikot kejuaraan antara kota. Radjamin Nasution di Soerabaja juga adalah pendiri perserikatan sepak bola kantor (SKVB).

Di berbagai kota federasu sepak bola terbelah, umumnya dua federasi: NIVU dan PSSI. Klub-klub di masing kota berafiliasi dengan NIVU atau PSSI. Gaung PSSI hanya sayup-sayup terdengar hingga ke Makassar dan Medan. Klub-klub di Makassar dan Medan umumnya berafiliasi dengan NIVU.


Di Surabaya, tengah berlangsung pertandingan sepakbola dalam libur paskah. Pertandingan ini bermuatan politik kerjasama yang diselenggarakan secara segitiga: NIVB (Nederlandsch-Indischen Voetbal Bond / Belanda), Tionghoa dan SVB (Soerabaiaschen Voetbal Bond/pribumi). De Indische courant, 12-05-1932 melaporkan bahwa pertandingan sempat bentrok antara tim Belanda dan tim pribumi karena kecurangan. Koran Sin Tit Po dan Pewarta mengomentari bahwa pertandingan berikutnya tidak perlu dilanjutkan karena tidak adil. Bahkan editor Sin Tit Po mendatangi tim Tionghoa meminta untuk tidak melangsungkan pertandingan antara Tionghoa vs SVB karena rawan kerusuhan. Para pemain yang tergabung dalam tim pribumi (SVB) antara lain Askaboel, Soebroto, Soewono, Ngion, Soemarto dan Radjamin (Nasution) dari dewan kota. Akibat adanya kerusuhan sebelumnya, program tim Tionghoa vs tim angkatan laut (yang terdiri dari) orang-orang Indonesia terpaksa dibatalkan.

Intrik-intrik politik di dalam sepak bola semakin menguat sehubungan dengan peningkatan ekskalasi politik di kalangan revolusioner Indonesia.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia: NIVB dan NIVU hingga PSSI

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar