*Untuk melihat semua artikel Sejarah Tata Kota di Indonesia di blog ini Klik Disini
Tata kota berasosiasi ibu kota. Dalam hal ini di masa awal, kota adalah pusat wilayah dimana pemerintah berkedudukan. Pada masa ini, tata kota menurut KBBI adalah pola tata perencanaan yang terorganisasi untuk sebuah kota dalam membangun, misalnya jalan, taman, tempat usaha, dan tempat tinggal agar kota itu tampak apik, nyaman, indah, berlingkungan sehat, dan terarah perluasannya pada masa depan. Dalam UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja tata kota dikaitkan dengan rencana detail tata ruang (RDTR) adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota.
Tata ruang (spatial plan) adalah wujud struktur ruang dan pola ruang disusun secara nasional, regional dan lokal. Secara nasional disebut Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yang dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tersebut perlu dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK). Ruang didefinisikan sebagai wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Tata ruang perkotaan lebih kompleks dari tata ruang perdesaan, sehingga perlu lebih diperhatikan dan direncanakan dengan baik. Kawasan/zona di wilayah perkotaan dibagi dalam beberapa zona sebagai berikut: perumahan dan permukiman, perdagangan dan jasa, industri, pendidikan, perkantoran dan jasa. terminal, wisata dan taman rekreasi, pertanian dan perkebunan, tempat pemakaman umum, tempat pembuangan sampah. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah tata kota di ibu kota, tata ruang di wilayah administrasi? Seperti disebut di atas, penataan ruang termasuk tata kota telah berkembang dari masa ke masa. Pada masa lampau sejak era Portugis dan VOC/Belanda hingga era Pemerintah Hindia Belanda dimulai dimana ibu kota berada, kota dimana pemerintah berkedudukan. Dalam konteks inilah sejarah tata ruang di Indonesia, terutama sejak era Pemerintah Hindia Belanda hingga Indonesia masa ini. Lalu bagaimana sejarah tata kota di ibu kota, tata ruang di wilayah administrasi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Tata Kota di Ibu Kota, Tata Ruang di Wilayah Administrasi; Era Hindia Timur hingga Indonesia Masa ini
Kota terbentuk seusia populasi penduduknya. Umumnya kota-kota di Indonesia sejak era nusantara berkembang seiring perkembangan kerajaan yang menaunginya. Banyak kota-kota kuno yang telah ditinggalkan karena berbagai sebab seperti terkubur akibat bencana alam (letusan gunung dan tsunami); epidemic, hangus terbakar karena perang dan sebagainya. Tentu saja ada bukti arkeologis yang menjelaskan keberadaan kota-kota kuno tersebut. Lalu kota-kota baru terbentuk, yang kemudian masih eksis hingga kedatangan pelaut-pelaut Eropa.
Kadatangan pelaut Eropa di Hindia Timur dimulai pelaut-pelaut Portugis
dengan menaklukkan kota Malaka pada tahun 1511. Gambaran Malaka sebagai kota
cukup jelas dideskripsikan dalam laporan-laporan Portugis. Kota Malaka masih eksis
hingga masa ini. Kota-kota di pulau-pulau Nusantara (baca: Indonesia) dalam
navigasi pelayaran Portugis dari Malaka ke Maluku pada tahun 1511 hanya
mengidentifikasi nama tempat. Kartografi Portugis yang mengacu pada peta-peta
pelaut (1511-1513) pada Peta 18 diidentifikasi Rio de mellaa (mungkin:
Melaqua), Muar, Rio fermosso, samgepura, Ram, Ilha de bumambas (= pulau Anambas).
Pada Peta 19 kota-kota esta he a firn da Ilha de camatara, Palembam, Nucapare,
Ilha de bamca, Compeco da Ilha de maquater (= bagian selatan pulau Makasser,
foutief voor Borneo; da Ilha de Iaaoa y a esta parasem se chama ssumda" (pulau
Jawa dan Soenda; parasem mungkin paragem atau Tjiasem?). Pada Peta 20 kota-kota
Ilha de sollor, Cabo das frolles (Cabo das flores), Batutara (= Komba/P Kambing),
Ilha de timor Homde Nace ssamdollo (=Timor), Ilhas de bainda Homde JVafem ass
mafas'), Buro (=Aroe, I dos papagaios, gulligulle, ceiram tem bouro (=Boeroe!),
eslas quatro Ilhas Azurs(i) ssam as de malluquo, homde nace ho crauo (deze vier
blauwe (?), Ilha do (?) dama tem ssamdollo (=damar), Ilha de papoia a Jemte dela
sam caris') (=Papoea). Pada Peta 21 kota-kota A gramde Ilha de maquacer (=Makasser,
Borneo), Borney, Lloutam, C. tanhumbagubari, tanhumpura (Tandjoeng Poera, dekat
Matan), Pamgun (tempat di Poeloe Laoet), Agaci (= Grissee), ssurubaia, A firn
da Ilha de Jaoa, Ilha de madura, Bllarain (= Bali), dfe Homde sse perdeo a
ssabaia (=Sapoedi, „Savoye"), Lamboquo, ssimbaua, Aramaram" (=Soembawa?).
Bagaimana nama-nama tempat yang dicatat para pelaut-pelaut Portugis pada permulaan (1511-1513) kurang begitu jelas. Boleh jadi karena masih tahap eksplorasi sehingga hanya mencatat nama-nama tempat saja (sulit membedakan nama kota dan nama wilayah/pulau). Juga di dalam peta-peta tersebut tidak diketahui apakah kota/pulau itu semua telah dikunjungi para pelaut. Satu yang jelas jalur navigasi dari Malaka ke Maluku atau sebaliknya diketahui melalui (1) pantai timur Sumatra, masuk ke pantai utara Jawa hingga Melaku melalui pantai utara Madura, Bali, Lombok, Sumbawa, Timor; (2) pantai selatan pulau Buru, pantai selatan Makassar, pantai selatan dan barat Borneo, kepulauan Natuna.
Nama-nama kota di dalam pera Portugis awal itu yang masih eksis hingga
masa ini antara lain Agacy (kini Gresik), Surabaya, Lombok, Sumbawa (nama-nama
kota terakhir menjadi nama pulau). Juga kota yang menjadi nama pulau adalah
Madura dan Sapudi. Nama kota lainnya adalah Buleleng (Bali), Buru, Banda, Maluku
(nama lama Tidore), Sunda (nama lama pulau Sangiang), Makassar, Tanjung Pura serta
Nusapera dan Palembang. Dalam peta-peta ini tidak ada nama Banten, Demak,
Jepara, Tuban dan Ambon. Mengapa?
Dalam laporan-laporan Portugis berikutnya (1518-1439) seperti Tome Pires dan Mendes Pinto sudah disebut Banten, Zunda Kalapa, dan Demak. Dalam peta pulau Jawa oleh kartografi Portugis yang diterbitkan pada tahun 1557 ada sejumlah nama kota/pelabuhan disebut termasuk yang sudah dikenal pada masa ini seperti Agacy, Mandalika dan Japara dan Tuban. Kota-kota ini boleh jadi merupakan kota-kota pelabuhan penting pada masa ini (dimana Demak telah digantikan oleh Japara) dan Agacy/Gresik telah digantikan oleh Tuban. Bagaimana dengan Mandalika? Tampaknya sudah ditinggalkan, karena kini hanya eksis sebagai pulau kecil di utara wilayah Muria.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Era Hindia Timur hingga Indonesia Masa ini: Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota di Indonesia Masa ke Masa
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar