*Untuk melihat semua artikel Sejarah Mahasiswa dalam blog ini Klik Disini
Siapa
Poerbatjaraka? Tidak terinformasi hingga muncul nama yang disebut Lesya. Poerbatjaraka
adalah gelar kraton sedangkan Lesya adalah nama sebutan (alias). Dimana Poerbatjarakan
memulai pendidikannya? Tidak terinformasikan, dan tidak pernah diinformasikan.
Mengapa? Tampaknya Poerbatjaraka tidak pernah mengikuti sekolah berbahasa Belanda,
tetapi kemudian Poerbatjarakan sangat menguasai bahasa Jawa dan bahasa Belanda.
Dengan dua bahasa itu pada akhirnya membawa Poerbatjaraka berangkat ke Belanda,
studi dan bahkan mendapat gelar doktor dalam bidang sastra.
Prof. Dr. Raden Mas Ngabehi Poerbatjaraka lahir 1 Januari 1884 adalah seorang budayawan, ilmuwan Jawa, filolog otodidak, dan terutama pakar sastra Jawa Kuno. Poerbatjaraka adalah putra seorang bangsawan, Kanjeng Raden Mas Tumenggung Poerbodipoero, yang merupakan sentono dalem Keraton Kasunanan Surakarta. Poerbodipoero adalah kerabat keluarga kesayangan Sunan Pakubuwono X. Sekaligus menjabat sebagai Bupati Anom, ia adalah seorang sastrawan dan sering kali mengubah perjalanan-perjalanan Sunan Pakubuwono X dalam bentuk tembang. Poerbatjaraka menunjukkan minat sastra Jawa sejak usia dini, membaca buku-buku koleksi keraton. Meskipun hanya bersekolah di sekolah dasar, pengetahuannya tentang sastra Belanda dan Jawa memungkinkannya di Dinas Purbakala di Batavia. Karena intelektual akademinya, ia dikirim oleh pemerintahan Hindia Belanda ke Universitas Leiden di Belanda. Dia diizinkan mendapatkan gelar doktor di Leiden. Dia kemudian kembali ke Hindia Belanda untuk bekerja di Museum Gajah, Batavia, membuat katalog teks-teks Jawa dan menulis karya ilmiah. Setelah kemerdekaan Indonesia, ia menjadi profesor di Universitas Indonesia, Gajah Mada, dan Udayana. Berkat penelitiannya, Poerbatjaraka dijuluki sebagai "Bapak dan perintis ilmu Sastra Indonesia.". (Wikipedia).
Lantas bagaimana sejarah Poerbatjaraka alias Lesya, hanya sekolah dasar mampu raih gelar doktor? Seperti disebut di atas, Poerbatjarakan mendapat gelar doctor di Belanda dengan cara yang tidak lazim di Eropa. Dalam hal ini sekolah dan perguruan tinggi adalah lembaga salah satu jalan untuk menghasilkan sarjana secara massal, Tetapi pendidikan itu sendiri memiliki banyak jalur pendakian menuju kawah candradimuka untuk mendapatkan ilmu doctor dalam akademik. Lalu bagaimana sejarah Poerbatjaraka alias Lesya, hanya sekolah dasar mampu raih gelar doktor? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Poerbatjaraka alias Lesya, Hanya Sekolah Dasar Mampu Raih Gelar Doktor? Pendidikan adalah Ilmu Itu Sendiri
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pendidikan adalah Ilmu Itu Sendiri: Orang Belanda Tuntutlah Ilmu itu Meski Jauh ke Jawa, Orang Jawa Tuntutlah Ilmu itu Walau Jauh ke Belanda
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar