*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Dua
bahasa asli utama di Filipina adalah bahasa Tagalog (di pulau Luzon) dan bahasa
Bisaya. Ibarat bahasa Jawa (di pulau Jawa) dan bahasa Melayu, bahasa Melayu
menjadi bahasa Indonesia, di Filipina bahasa Tagalog menjadi bahasa Filipina. Ibu
kota Filipina di Manila (Luzon), ibu kota Indonesia di Djakarta (Jawa).
Bisayak (bahasa Cebu: Binisayâ; bahasa Inggris: Visayan) adalah satu kelompok bahasa dari rumpun bahasa Filipina yang terkait dengan Tagalog dan Bikol, yang ketiganya adalah bagian dari bahasa-bahasa Filipina Tengah. Bahasa Bisayak dituturkan di Filipina kebanyakan di Bisayak, selain itu dituturkan juga di daerah Bikol (khususnya di Masbate), kepulauan di selatan Luzon, yang merupakan bagian dari Romblon, sebagian besar daerah di Mindanao, dan provinsi Sulu yang terletka di barat daya Mindanao. Lebih dari 30 bahasa menjadi bagian dari keluarga bahasa Bisayak. Bahasa Bisayak dengan penutur terbanyak adalah Cebú, yang dituturkan oleh 20 juta orang sebagai bahasa ibu di Bisayak Tengah, sebagian Bisayak Timur, timur region pulau Negros, dan sebagian besar Mindanao. Dua bahasa Bisayak lain yang terkenal dan dituturkan secara luas adalah Hiligaynon (Ilonggo), dituturkan oleh 7 juta orang di sebagian besar Bisayak Barat, barat region Pulau Negros dan Waray-Waray, yang dituturkan oleh 3 juta orang di Bisayak Timur. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Bisayak di Filipina dan bahasa Batak di Indonesia? Seperti disebut di atas bahasa Bisayak dan bahasa Batak memiliki dialek-dialek bahasa. Ragam dialek bahasa Bisayak dan ragam dialek bahasa Batak. Lalu bagaimana sejarah bahasa Bisayak di Filipina dan bahasa Batak di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Bahasa Bisayak di Filipina dan Bahasa Batak di Indonesia; Ragam Dialek Bahasa Bisayak, Ragam Dialek Bahasa Batak
Seperti halnya bahasa Tagalog, bahasa Bisayak di Filipina juga memiliki sejumkah kosa kata yang mirip dengan bahasa Batak. Kosa kata yang dimaksud berbeda sama sekali dengan bahasa Melayu. Sejumlah kosa yang mirip antara bahasa Batak dan bahasa Bisayak juga kosa kata yang bersifat elementer, sutau kosa kata yang umumnya ditemukan di lingkungan keluarga/rumah.
Etnik Bisaya
adalah penduduk aslifi pantai utara Borneo, Brunei. Orang Bisaya cikal-bakal
penduduk Brunei Darussalam. Suku Bisaya menyebar hingga ke Filipina yang
dikenal sebagai etnik Visaya (Bisayak). Etnik Bisayak memiliki budaya khas.
Kelompok populasi Bisaya/Bisayak ada yang berpendapat terhubung dengan kerajaan
Sriwijaya di Sumatra (Sri Visaya).
Sejumlah kosa yang mirip antara bahasa Batak dan bahasa Bisayak, antara lain jelama–orang, muli–balik, keduan–lusa, indu–ibu, yama–ayah, nupi–mimpi, lingkas-cepat, abuk–rambut, modop–tidur, ulu–kepala, kerasik–pasir, isai–siapa, toalo-tiga, o’nom–enam, nipon–gigi, ama inang-bapa saudara, ina'–nenek, indu inang- bibi.
Mendes Pinto dalam
bukunya (1537) mendeskripsikan Kerajaan Aru Batak Kingdom di pantai timur
Sumatra. Dua yang terkait dalam hal ini adalah (1) kerajaan Batak Kindom pernah
menyerang (kerajaan) Malaka dan (sebelum Malaka ditaklukkan Portugis 1511),
kerajaan Malaka selalu takut kepada kerajaan Aru Batak Kingdom; (2) kerajaan
Aru Batak Kingdom memiliki 15,000 tentara, yang mana sebanyak delapan ribu
orang Batak dan sisanya didatangkan dari Jambi.Indragiri, Broenai dan Luzon. Pada
masa ini, seperti di Pulau Luzon khusunya teluk Manila, dipantai utara Borneo
banyak nama geografis yang mirip dengan nama geografis di Tanah Batak.
Jumlah kelompok populasi Bisayak di kepulauan Filipina dapat dikatakan yang terbanyak. Jumlahnya orang Visayan sebanyak 2.000.000 orang yang tersebar di seluruh kepulauan (lihat Algemeen Handelsblad, 28-03-1899). Di posisi kedua adalah kelompok populasi Tagalog sebanyak 1.500.000 orang yang bahasanya adalah bahasa Tagalog menjadi bahasa utama di Filipina, khususnya di wilayah (teluk) Manila. Belum lama ini penduduk asli Filpinan, Tagalog dan Visayan melakukan pemberontakan terhadap Spanyol (yang kemudian sejak 1898 digantikan oleh Amerika Serikat).
Apa yang menyebabkan munculnya pembentontakan karena kelompok populasi
asli di Filipina merasa pembangunan tidak menyeluruh dan ketersediaan infrastruktur
yang kurang memadai. Pembangunan kabel telegraf baru dilakukan pada tahun 1884 dari
Manila ke wilayah Visayan dan Iloilo (lihat Java-bode: nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 04-09-1884). Juga disebutkan akses jalur
kereta api dari Manila ke utara hingga ke Dagupan baru dalam rencana.
Bandingkan dengan di Hindia Belanda, kabel telegraf sudah terhubung antara
Batavia ke Anjer dan antara Batavia ke Banjoewangi. Untuk jalur kereta api hingga
tahun 1884 sudah tersambung di sejumlah wilayah di Jawa dan Sumatra.
Kehadiran Amerika di Filipina dianggap dapat diterima (lihat De Volksvriend, 02-02-1899). Disebutkan dari Iloilo, Schor Ranion Melliza telah terpilih sebagai presiden aliansi Visayan. Ia menerima Amerika dan diperkirakan perselisihan antara Amerika dan Filipina akan segera selesai.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Ragam Dialek Bahasa Bisayak, Ragam Dialek Bahasa Batak: Bahasa Bisayak Cebu dan Bahasa Batak Toba
Seperti wilayah Indonesia, wilayah Filipina juga adalah wilayah kepulauan. Hanya saja pulau-pulau di wilayah Filipina relative lebih kecil. Jumlah pulau di Filipina cukup banyak (lihat De locomotief, 10-12-1921). Disebitkan dalam surveinya hingga tahun 1920, layanan survei di Amerika Serikat mencatat total 7,083 pulau di seluruh kepulauan Filipina. Dari jumlah tersebut, hanya 462 yang berukuran satu mil persegi atau lebih, dan hanya 2.461 yang dianggap cukup signifikan untuk disebutkan namanya. Sisanya berupa pulau-pulau bakau, bebatuan gundul atau terumbu karang tanpa pepohonan yang menjulang hanya beberapa meter di atas laut.
Berdasarkan sensus tahun 1918 menunjukkan populasi Filipina sekitar
10,500,000 jiwa. Mereka tertdiri dari setidaknya 47 kelompok etnografi,
berbicara lebih dari 80 dialek. Namun, mungkin 80% penduduknya berbicara salah
satu dari empat bahasa utama; secara keseluruhan, 4 juta orang berbicara bahasa
Visayan, 2 juta orang Tagalog, sekitar satu juta orang berbicara bahasa Hoko
dan jumlah yang sama menggunakan bahasa Bikol. Semua kelompok utama ini adalah
orang Kristen. Selain itu, terdapat 316.000 orang Islam. Mengingat peningkatan
surplus kelahiran tahunan saat ini sebesar 1,75%, tergantung pada kelanjutan
peningkatan status kesehatan dan pembangunan normal secara umum, H. Otley
Beyer, dalam karyanya yang berjudul "Populasi Kepulauan Filipina pada
tahun 1916", sampai pada perkiraan tersebut. bahwa pada tahun 1960 jumlah
penduduknya akan mencapai 20.743.000 jiwa, suatu angka yang harus
diperhitungkan untuk pengaturan di masa depan, khususnya untuk wilayah ini.
Dengan kata lain, masyarakat Filipina dan tanah mereka yang kaya dan belum
dikembangkan akan mempunyai arti yang jauh lebih besar pada akhir abad ini
dibandingkan sekarang.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar