*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Istilah
pigmi menyebut orang-orang bertubuh pendek, berasal dari bahasa Yunani
(pygmaios) via bahasa Latin pygmaei. Rata-rata tingginya sangat pendek orang
dewasanya tidak melebihi 150 cm. Pigmi yang paling dikenal adalah Aka, Efé dan
Mbuti di Afrika Tengah. Ada pula pigmi di Australia, Thailand, Malaysia,
Kepulauan Andaman, Indonesia, Filipina, Papua Nugini, dan Brasil. Istilah
"pigmi" dianggap peyoratif. Namun, tidak ada istilah penggantinya,
tetapi orang pigmi sendiri lebih senang disebut dengan nama kelompok etnis mereka
sendiri.
New Guinea Pygmies. AC Haddin. Nature volume 83, Published: 09 June 1910. Abstract In the last number of Country Life (vol. xxvii., p. 797) Mr. W. R. Ogilvie-Grant, under the running title of “The Expedition of the British Ornithologists' Union to the Snow Mountains of New Guinea,” published his fourth article, entitled “The Discovery of a Pigmy Race,” part of which appeared in the Times on June 3. All the information we have at present is that the expedition ascended the Mimika river, and at “an elevation of about two thousand feet they came across a tribe of pigmy people, of whom the tallest stood about four feet six inches, the average height being four feet three inches. Though at present no further details have been received except that they were extremely wild, there can be little doubt that they belong to that distinct division of the human race known as the Negritos.” Mr. Ogilvie-Grant added a short account, with illustrations, of the Semang, a Negrito people of the Malay Peninsula. (https://www.nature.com/)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Pigmi bahasa Tapiro Pigmy di Mimika pantai barat Papua? Seperti disebut di atas di wilayah Mimika bagian pegunungan terdapat kelompok populasu pigmi. Kelompok populasi Negrito, Alifuren dan kelompok populasu Papua. Lalu bagaimana sejarah bahasa Pigmi bahasa Tapiro Pigmy di Mimika pantai barat Papua? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Bahasa Pigmi Bahasa Tapiro Pigmy di Mimika Pantai Barat Papua; Kelompok Populasi Negrito, Alifuren, Papua
Secara antropologis kelompok populasi di wilayah pulau Papua bervarias. Penduduk berpostur tinggi di pantai selatan dan penduduk berpostur agak kecil di pantai utara. Sementara di bagian tengah pulau ditemukan penduduk yang tergolong kerdil. Populasi kerdil di pedalaman Papua dilaporkan dalam expeditions Lorentz tahun 1907 in the central parts of the island ("New-Guinea-Pygmies"). Populasi tersebar diantara Pegunungan Tinggi Tengah antara Carstensz-top dan Mt. Goresley.
Potret Masyarakat Tapiro dan masyarakat Mimika Papua Tempo Dulu. Manfasramdi. October 04, 2023. Dalam Potret di atas terlihat masyarakat Tapiro dan Penduduk Pesisir Selatan Papua, foto sekitar tahun 1920-an. Tidak diketahui pasti apa arti dari nama Tapiro. Namun, tampaknya ini menunjukkan bentuk postur tubuh dari masyarakat ini yang rata-rata memiliki tubuh pendek. Orang Tapiro sebenarnya merupakan salah satu kelompok masyarakat yang berasal dari suku bangsa Mee. (https://www.pustakapapua.com/).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Kelompok Populasi Negrito, Alifuren, Papua: Apakah Berbeda Bahasa-Bahasa?
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar