*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Bahasa
Melayu yang kini menjadi bahasa Indonesia di wilayah Papua (barat) adalah
lingua franca masa ke masa. Bagaimana dengan di Papua (tmur) Nugini? Tok Pisin
merupakan sebuah bahasa resmi Papua Nugini. Bahasa ini termasuk bahasa kreol berdasarkan
bahasa Inggris. Kata Tok Pisin berasal dari Inggris talk ('berbicara') dan
pidgin ('bahasa pijin'). Kosakata Tok Pisin 5/6 bagian berasal Indo-Eropa
sedangkan 1/6 lainnya terutama dari bahasa-bahasa Austronesia.
Kontroversi bahasa pengantar di Papua Nugini. 25 Mei 2015. Catherine Honeyman. Di Papua Nugini, lebih dari 400 bahasa lokal telah digunakan untuk pengajaran bahasa ibu, namun kini terjadi peralihan kembali ke bahasa Inggris. Papua Nugini juga memiliki lebih dari 800 bahasa lokal yang masih digunakan. Sejak kemerdekaan tahun 1975, sebagian besar bahasa-bahasa tersebut masih belum tertulis. Sejak tahun 1976, sekolah secara hukum diperbolehkan menggunakan bahasa daerah di kelas 1 dan 2 bila diperlukan untuk penjelasan spesifik—tetapi dana pemerintah hanya tersedia untuk guru dan materi berbahasa Inggris. Namun, beberapa komunitas mulai merasa bahwa sekolah berbahasa Inggris mengakibatkan keterasingan budaya pada anak-anak. Dengan dukungan dari gereja dan LSM, mereka mengembangkan sekolah pra-sekolah dasar berbahasa lokal yang disebut “Viles Tok Ples Priskuls”. Segera diakui secara resmi oleh provinsi-provinsi. (https://learningportal.iiep.unesco.org/)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Tok Pisin di Papua Nugini? Seperti disebut di atas bahasa Tok Pisin terbentuk di wilayah Papua Nugini. Bahasa Melayu yang kini Bahasa Indonesia sebagai lingua franca di Maluku dan Papua. Lalu bagaimana sejarah bahasa Tok Pisin di Papua Nugini? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Bahasa Tok Pisin di Papua Nugini; Bahasa Melayu Kini Bahasa Indonesia Lingua Franca di Maluku dan Papua
Bahasa Tok Pisin disebut termasuk bahasa kreol berdasarkan bahasa Inggris. Bahasa Tok Pisin di Papua Nuguni sudah menjadi semacam lingua franca. Bagaimana dengan lungua franca di nusantara (baca: Indonesia) di masa lampau? Apakah bahasa Melayu awalnya sebagai bahasa kreol? Jika bahasa kreol, berdasarkan bahasa apa? Bahasa Batak?
Bahasa kreol adalah turunan dari bahasa pijin
yang menjadi bahasa ibu bagi sekelompok orang yang berasal dari latar belakang
berbeda-beda. Kajian umum menunjukkan bahwa bahasa-bahasa kreol yang ada di
dunia menunjukkan adalah kesamaan, khususnya dari segi tata bahasa. Bahasa kreol ini juga dipengaruhi oleh
kosakata-kosakata yang dibawa oleh para penuturnya. Bahasa kreol berkembang
karena sebab berikut: Berkumpulnya
berbagai orang dari latar belakang yang berbeda, maksudnya: di suatu daerah,
terjadi kontak antara penduduk asli dan pendatang yang satu sama lain berbeda
bahasa. Dari sini kemudian digunakan sarana komunikasi, tetapi terpengaruh oleh
kosakata bawaan dari orang-orang tersebut. Contoh bahasa kreol dari bahasa induk: Kreol Arab (Arab Juba); Kreol Belanda (Belanda Mohawk); Kreol Inggris (Tok
Pisin, Pijin Ghana); Kreol Jerman (Unserdeutsch); Kreol Prancis (Kreol
Haiti, Louisiana, Mauritius); Kreol Melayu (Betawi, Ambon, Dili, Manado, Ternate, Banda, Kupang, Larantuka)l Kreol Spanyol (Macao), Kreol Sinhala (Wedda). (Wikipedia)
Bahasa Tok Pisin sebagai bahasa kreol, tentu saja usianya belum tua. Paling tidak munculnya bahasa kreol Tok Pisin di Papua Nugini sejak kehadirang orang Inggris. Bagaimana dengan bahasa Melayu dan bahasa Ambon serta lainnya? Tentu saja sejak kehadiran para pedagang di Ambon dan Sunda Kelapa yang datang dengan berbahasa Melayu. Dalam sejarahnya, disebut bahasa Melayu terbentuk di pantai timur Sumatra.
Pada abad ke-7 diduga kuat bahasa Melayu belum terbentuk. Dalam prasasti-prasasti
di pantai timur Sumatra yang berasal dari abad ke-7, bahasa yang dicatat dalam
aksara (Pallawa) pada prasasti diduga campuran bahasa Sanskerta dan bahasa
Sumatra (bahasa Batak?). Bahasa Sanskerta adalah bahasa asing di pantai timur
Sumatra yang diduga berasal dari arah barat (India)m sedangkan bahasa Batak
adalah bahasa local yang telah berkembang sejak lama di pulau Sumatra. Dalam
teks prasasti Kedukan Bukit (682 M) dapat diidentifikasi awal ma/mar yang
diduga awalan dalam bahasa Batak yang masih tetap lestari hingga ini hari.
Sebutan bilangan dua, tolu, sapuluh, sapuluh dua, saratus dan saribu juga masih
lestari hingga kini dalam bahasa Batak. Kosa kata dalam prasasti berikut juga
masih eksis dalam bahasa Batak pada masa ini: vulan, di, maṅ-alap, maŕ-lapas, ma-māva,
dua, laksa, ko, duaratus, sarivu, tlurātus, sapulu dua, vañakña, mar-vuat,
vanua. Kosa kata lain dalam teks yang bukan bahasa Batak dan bukan bahasa
Sanskerta (yang kini terdapat dalam bahasa Melayu) adalah sebagai berikut:
jalan (bahasa BatakL dalan), dari (sian), daṅan (dohot).
Apakah bahasa yang digunakan di dalam teks prasasti Kedukan Bukit (682 M) dapat dianggap sebagai bahasa kreol berdasarkan bahasa Batak?
Tunggu deskripsi lengkapnya
Bahasa Melayu Kini Bahasa Indonesia Lingua Franca di Maluku dan Papua: Antara Barat dan Timur di Pulau Papua
Bahasa Tok Pisin sebagai bahasa kreol di Papua Nugini terkait dengan bahasa Hiri Motu di wilayah Port Moresby sebagai bahasa pidgin. Dalam hal ini Tok Pisin merujuk dari kosa kata talk and pidgin. Fakta bahwa tiga persempat lebih kosa kata diturunkan dari bahasa Inggris tetapi penggunaanya dalam kalimat menggunakan tata bahasa Austronesia. Bahasa Hiri Motu adalah bahasa perdagangan diantara penduduk Motu di sekitaar Port Moresby dan sepanjang pantai. Bahasa Tok Pisin inilah yang kemuduan dikembangkan sebagai lingua franca sejak abad ke-19 hingga kini.
Di wilayah Maluku, misalnya di sekitar kota Ambon, bahasa kreol awalnya
berkembang sejak era Portugis, tidak mengikuti bahasa Portugis tetapi bahasa
Melayu. Pada era Belanda/VOC bahasa kreol Melayu ini yang terus dikembangkan.
Dalam hal ini bahasa Melayu menyerap bahasa Portugis dan bahasa Belanda.
Seperti halnya bahasa Motu di Port Moresby, di wilayah sekitar Ambon digunakan
berbagai bahasa awal seperti bahasa Asilulu dan bahasa Hila. Bahasa kreol
Melayu sejak zaman lampau ini yang tetap eksis di Ambon sebagai bagasa daerah
Melayu Ambon. Lantas bagaimana dengan di wilayah Papua (bagian barat) terutama
di wilayah pantai barat dan pantai utara?
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar