Rabu, 07 Februari 2024

Sejarah Bahasa (284): Bahasa Daerah dan Upaya Melestarikan Melalui Studi; van der Tuuk dan Para Peneliti Bahasa Tempo Dulu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Sebelum bahasa Melayu sebagai lingua franca distandarkan, pada era Pemerintah Hindia Belanda sudah mulai dilakukan penyelidikan bahasa-bahasa daerah. Pencatatan kosa kata dalam bentuk kamus kecil sudah dimulai sejak lama, namun penyelidikan bahasa secara komprehensif dapat dikatakan baru dimulai pada masa HN van der Tuuk dkk.


Herman Neubronner van der Tuuk (24 Oktober 1824 – 17 Agustus 1894) adalah peletak dasar linguistik modern beberapa bahasa yang dituturkan di Nusantara, seperti bahasa Melayu, Jawa, Sunda, Batak Toba, Lampung, Kawi (Jawa Kuno), dan Bali. Dalam buku ”Mirror of the Indies”, Rob Nieuwehuys engutip komentar seorang pendeta Bali (pedanda) yang sangat berpengaruh ketika itu, “Hanya ada satu orang di seluruh penjuru Bali yang tahu dan paham bahasa Bali, orang itu adalah Tuan Dertik (Mr. Van der Tuuk) Di daerah Batak, ia dikenal sebagai Tuan Pandortuk. Sebagai orang sangat berbakat dalam mempelajari bahasa, ia banyak menyusun kamus, seperti kamus bahasa Melayu, Jawa, Batak Toba, Lampung, dan Bali. Buku tata bahasa Batak Toba juga berhasil disusunnya sebagai yang pertama kalinya. Van der Tuuk juga mewariskan dua hukum tentang peralihan konsonan dalam bahasa-bahasa Austronesia. Hukum pertama adalah mengenai pergeseran antara bunyi /r/, /g/, dan /h/, sedangkan yang kedua adalah mengenai pergeseran konsonan antara /r/, /d/, dan /l/. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa daerah dan upaya melestarikan melalui studi? Seperti disebut di atas penyelidikan bahasa-bahasa adalah awal pelestarian bahasa-bahasa daerah di Indonesia. HN van der Tuuk dan para peneliti bahasa daerah tempo doeloe. Lalu bagaimana sejarah bahasa daerah dan upaya melestarikan melalui studi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Daerah dan Upaya Melestarikan Melalui Studi; HN van der Tuuk dan Para Peneliti Bahasa Daerah Tempo Doeloe 

Tunggu deskripsi lengkapnya

HN van der Tuuk dan Para Peneliti Bahasa Daerah Tempo Doeloe: Kini Banyak Bahasa Daerah Terancam Punah, Perlu Studi Lebih Lanjut

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar