Sabtu, 17 Februari 2024

Sejarah Bahasa (305): Bahasa Sarmi Banyak Suku Banyak Bahasa; SARMI adalah Sobei, Armati, Rumbuai, Manirem dan Isirawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Sobei adalah sebuah bahasa dari rumpun bahasa Austronesia yang dipertuturkan di daerah sekitar Kabupaten Sarmi, Papua. Bonggo, juga dikenal sebagai Armopa, adalah sebuah bahasa Austronesia yang dituturkan di distrik Bonggo, kabupaten Sarmi di pesisir utara provinsi Papua,


Kabupaten Sarmi adalah salah satu kabupaten yang berada di provinsi Papua. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Sarmi. Kabupaten Sarmi terletak di bagian Utara Pulau Papua. Nama Sarmi adalah singkatan dari nama suku-suku besar yang terdapat di wilayah ini, yakni Sobei, Armati, Rumbuai, Manirem, dan Isirawa. Keberadaan mereka telah lama menjadi perhatian antropolog Belanda, Van Kouwenhoven, yang kemudian memberikan nama Sarmi. Singkatan Sarmi sebenarnya belum mencerminkan suku-suku di sana mengingat di wilayah ini terdapat banyak kelompok lain. Dari bahasa yang ada, paling tidak bisa disimpulkan terdapat 87 suku, dan setiap suku mempunyai bahasa sendiri-sendiri. Kabupaten Sarmi secara geografis di utara Samudra Pasifik, di timur kabupaten Jayapura, di selatan provinsi Papua Pegunungan dan di barat kabupaten Mamberamo Raya. Kabupaten Sarmi terdiri dari wilayah pesisir, dataran rendah, dataran tinggi hingga pegunungan. Wilayah pesisir dataran rendah di bagian selatan merupakan dataran aluvial Sungai Mamberamo. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah bahasa di Sarmi, banyak suku banyak bahasa? Seperti disebut di atas di wilayah Sarmi banyak suku banyak bahasa. Sarmi adalah singkatan dari nama-nama suku besar Sobei, Armati, Rumbuai, Manirem, dan Isirawa. Lalu bagaimana sejarah bahasa di Sarmi, banyak suku banyak bahasa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa di Sarmi, Banyak Suku Banyak Bahasa; Sarmi adalah Sobei, Armati, Rumbuai, Manirem, dan Isirawa

Apakah nama Sarmi merupakan nama singkatan? Seperti yang dikutip di atas, begitu yang disebut di Wikipedia. Yang jelas nama Sarmi sudah lama dikenal tetapi bukan nama orang yang umum ditemukan di Jawa. Nama Sarmi disebut sebagai nama sebuah pulau di Papua di sebelah barat laut dari teluk Humboldt (lihat Tijdschrift van het Aardrijkskundig Genootschap, 1879).


‘Dalam perjalanan ke teluk Humboldts, bagian pesisir diambil sebanyak mungkin, terutama menggunakan peta Prancis: Carte Particulière de la Nouvelle Guinée, deuxième feuille Aoüt 1827.  Sudut barat teluk Humboldts, menurut pengamatan, terletak di Z.Br. 2° 39' dan LE 140° 49'; Setelah berbagai pengamatan memetakan pelosok Wari dan Jawar, pulau Sarmi, puncak tertinggi pegunungan Basbassi dan pegunungan Wakseri atau Sakweri, dan Sadipi, serta teluk dengan nama tersebut, bagian pantai dipindahkan dari kata peta Perancis’.

Nama Sarmi juga adalah nama kampong (lihat Jaarboek van de Koninklijke Nederlandsche Zeemagt, 1903). Besar dugaan nama kampong Sarmi ini yang menjadi nama pulau. Pada masa ini di kabupaten Sarmi terdapat sejumlah pulau: Armo, Kosng, Liki, Sawar, Masimasi, Wakde Besar, Wakde Kecil, Yamna Besar, Yamna Kecil, Anus, Kaycebo, Mengge, Podena, Yersun dan Sarmi. Pulau Sarmi tidak jauh dari kota Sarmi yang sekarang.


Sarmi tidak hanya nama kampong dan nama pulau. Nama Sarmi juga disebut sebagai nama semenanjung (lihat E Gejellerup). Dalam laporan tersebut juga menyajikan tentang legenda di semenanjung tersebut. Kampong Sarmi berada dimana, apakah di pulau Sarmi atau di semenanjung Sarmi? Lantas mengapa Namanya Sarmi? Apakah awalnya perkampongan orang Jawa?

Pada tahun 1912 disebutkan satu Detasemen Marinir tetap ditugaskan untuk melakukan eksplorasi di kawasan delta Memberano, untuk ekskursi darat, sementara untuk eksplorasi jalur pantai antara Sarmi dan Cape d'Urville, dibantu oleh rombongan dari detasemen eksplorasi (lihat C Lulofs, Nota nopens Noord-Nieuw-Guinea n.a.v. een van 20 April - 12 Mei 1912). Pada tahun 1913 seorang misionaris van Hasselt mengunjungi wilayah Sarmi (lihat Kort overzicht van de geschiedenis der zending op Nederlandsch Nieuw-Guinea, 1913).


‘Ke arah timur, sepanjang pantai sampai ke muara sungai Mamberemoe yang dimasuki agak jauh. Beberapa penduduk asli ditemui disana, tetapi tidak ada rincian penting yang terjadi. Dari sana menyusuri pantai, yang tidak ada bekas rumah atau taman, dilanjutkan ke muara sungai Varkami. Disini orang-orang memberi isyarat. Ketika van Hasselt mendekati mereka, semua kecuali satu warga mengundurkan diri. Hasselt bertanya kepada mereka apakah mereka ingin memindahkan muatan yang dia dan teman-temannya bawa dalam pirogue mereka. Hal ini dilakukan dengan sukarela dan sekarang yang lainnya juga bermunculan. Perjalanan dilanjutkan menuju Sarmi bersama seorang pedagang dari Manado yang datang untuk menemui Van Hasselt. Di Sarmi menurut Hasselt diperlukan seorang guru dan berjanji akan memenuhinya; Hasselt juga membagikan obat-obatan, setelah itu Hasselt menyeberang bersama para pendayungnya ke kepulauan Wakde’.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sarmi adalah Sobei, Armati, Rumbuai, Manirem, dan Isirawa: Geomorfologis Wilayah Kabupatenn Sarmi

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar