Minggu, 21 Februari 2021

Sejarah Ternate (10): Aksara Halmahera, Apakah Pernah Eksis pada Masa Lampau? Peta Persebaran Aksara di Hindia Timur

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Ternate dalam blog ini Klik Disini 

Apakah pernah ada aksara di Halmahera pada masa lampau? Pertanyaan ini boleh jadi masa kini dianggap tidak penting-penting amat, tetapi dalam artikel ini justru menganggapnya disitulah keutamaan artikel dengan mempertanyakannya. Sebab pulau Halmahera adalah pulau besar, terbesar di kepulauan Maluku, pulau Halmahera juga terbilang banyak penduduknya. Kekayaan alam mereka mengundang orang asing datang. Era Portugis (sejak 1511) dan era Belanda (sejak 1606) adalah bagian terakhir peradaban di Maluku umumnya dan Halmahera khususnya. Lantas apakah tidak ada peradaban tinggi yang sudah eksis sebelumnya seperti aksara? Sangat naif, jika kita menyepelekan pertanyaan tersebut, sebenarnya kita tahu apa-apa tentang sejarah zaman kuno Halmahera.

Sejarah aksara di nusantara (baca: Hindia Timur; Indonesia) adalah sejarah yang panjang, sejak era Hindoe-Boedha. Satu pertanyaan kecil logis untuk membuktikan adanya aksara di zaman kuno (paling tidak sejak era Hindoe Boedha) adalah tak mungkin bisa membangun candi Borobudur (abad ke-8) tanpa ada aksara yang digunakan. Hal itulah mengapa kita berasumsi adanya aksara Pallawa (yang kemudian berkembang menjadi aksara Kawi) yang kini dikenal sebagai aksara Jawa. Penggunaan aksara juga eksis di Sumatra mulai dari Lampung. Keinci, Batak hingga Gayo, di Sulawesi (Bone dan Minahasa), Nusa Tenggara dan Mangindanao (Filipina) serta di Borneo (Kalimantan). Kecuali aksara di Kalimantan, bentuk aksara secara seperti terkesan berakar dari aksara Pallawa. Aksara Pallawa merujuk pada (kebudayaan) India. Aksara Borneo tampaknya memiliki kaitan dengan (kebudayaan) Tiongkok. Aksara yang kita gunakan sekarang (seperti yang digunakan dalam artikel ini) adalah aksara Latin (Eropa). Antara aksara yang berbasis pada aksara Pallawa dan aksara Latin eksis aksara Arab.

Lantas apakah pernah ada aksara di Halmahera pada masa lampau? Seperti disebut di atas di Mangindanao, Minahasa, Bone dan Timor penggunaan aksara eksis. Lalu bagaimana dengan di Halmahera? Kita tidak sedang memahami penyebaran flora dan fauna (garis Wllace dan garis Weber) tetapi soal penyebaran (bahasa atau) aksara. Okelah. Apapun hasilnya, penyelidikan terhadap ada tidaknya aksara zaman kuno di Halmahera haruslah dimulai.  Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Aksara Pallawa: Penyelidikan Uli Kozok

Tunggu deskripsi lengkapnya

Aksara Halmahera: Perlu Penyelidikan Lebih Lanjut

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar