Sabtu, 01 Mei 2021

Sejarah Filipina (29): Kisah Adolf Lembong di Filipina Semasa Pendudukan Jepang; Ikut Berjuang Filipina Demi Belanda Indonesia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Filipina dalam blog ini Klik Disini

Situasi dan kondisi perang semasa Perang Pasifik (melawan Jepang) adalah satu hal, satu hal yang lain dala hal ini kisah seorang Indonesia yang ikut berjuang di Filipina, anak Manado bernama Adolf Lembong. Saat terjadi pendudukan militer Jepang di Indonesia, sersan KNIL Adolf Lembong ditangkap dan ditahan di kamp Jepang di Pasifik dan kemudian dipindahkan ke kamp Jepang di Filipina. Adolf tampaknya hanya mengenal satu musuh yakni (militer) Jepang, musuh Belanda dan sebagian kecil rakyat di Indonesia dan musuh sebagian besar rakyat di Filipina.

Pada saat Perang Pasifik dimulai di Asia Tenggara, Filipina yang terbilang awal diduduki (militer) Jepang (Desember 1941). Kekuatan Amerika Serikat di Filipina sudah sejak lama berkurang sehingga Filipina dengan mudah diduduki Jepang. Aksi militer Jepang di (wilayah) Indonesia baru mulai pada pertengahan bulan Januari 1942. Sehubungan dengan invasi Jepang ke Indonesia, (militer) Belanda meresponnya, tetapi meski sudah ada ajakan dari Belanda tetapi sebagain besar rakyat Indonesia bersikap apatis (wait en see). Orang-orang Eropa khususnya Belanda di Indonesia seakan berjuang sendiri melawan agresivitas Jepang. Bombardir militer Jepang terjadi di lokasi strategis seperti kilang minyak dan berbagai pertempuran hebat terjadi seperti di selat Karimata, Laut Jawa dan Laut Bali. Australia ikut aktif membantu Belanda menghadapi Jepang dan juga militer Amerika Serikat. Pada bulan Maret 1942 Gubernur Jenderal Hindia Belanda menyerah kepada Jepang di Kalijati, Soebang. Sejak itu, praktis Sumatra, Kalimantan, Jawa dan Sulawesi dikuasai Jepang.

Lantas bagaimana kisah Adolf Lembong, tentara KNIL (Belanda) yang direlokasi ke kamp militer Jepang di Filipina? Seperti disebut di atas, tentu saja Adolf Lembong dapat dengan mudah diterima di Filipina. Selain Adolf Lembong berasal dari wilayah tetangga (Manado), juga Adolf Lembong dan sebagian besar rakyat Filipina mengutuk Jepang. Lalu mengapa Adolf Lembong begitu antusias membantu Filipina? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Perang Pasifik: KNIL Belanda Menyerah kepada Militer Jepang dan Kisah Adolf Lembong di Filipina

Pasukan Pemerintah Hindia Belanda (KNIL) di Minahasa berhasil dilumpuhkan militer Jepang. Pasukan KNIL tersebut ditangkap dan ditahan. Dalam hal ini termasuk sersan Adolf Gustaaf Lembong yang ditahan. Pasukan KNIL yang ditahan di berbagai tempat seperti di Minahasa (Manado)) dan Maluku (Ambon) kemudian diinternir ke kamp konsentrasi Rabaul di pulau Nieuw Brittanie (New Britain) di Pasifik.

Pasukan militer Jepang akhirnya berhasil menguasai seluruh wilayah Asia Tenggara. Markas militer Jepang yang sebelumnya di Saigon dipindahkan ke Singapoera. Pertahanan terakhir Pemerintah Hindia Belanda di Jawa pada akhirnya dapat dikuasai dimana Pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang pada tanggal 9 Maret 1942 di Kalidjati, Soebang, West Java.

Sehubungan dengan perlawanan yang dilancarkan Australia dan Hindia Belanda terhadap Jepang di Papua dan Pasifik, maka pada bulan Mei 1943 Pemerintah Pendudukan Militer Jepang memindahkan Adolf Gustaaf Lembong dkk dari Rabaul di Nieuw Brittanie ke Filipina. Kamp konsentrasi di Filipina tersebut berada di Gonzalez, Provinsi Pangaison. Adolf Gustaaf Lembong dkk di kamp Gonzalez menemukan koneksi dengan para tahanan dan gerilyawan Filipina. Gerilyawan ini dipimpin oleh komandan Amerika Serikat Mayor Robert B. Lapham melalui gerilyawan (utusan) untuk bersiap untuk melarikan diri dari kamp. Lembong dan teman-temannya dari Indonesia benar-benar melarikan diri pada tanggal 6 Agustus 1943 dan tiba setelah 2 hari dua malam di kamp gerilyawan. Di kamp gerilya ini Lembong dan teman-teman diterima oleh komandan gerilaywan Amerika Serikat,

Dalam bergerilya Lembong dan teman-teman masih memakai seragam yang lama karena tidak ada pakaian lain yang tersedia. Setelah beberapa saat, Lembong diangkat menjadi perwira gerilyawan, Dalam perkembangannya Lembong ditangkap oleh militer Jepang pada bulan Januari 1944 tetapi empat bulan kemudian Lembong dapat melarikan diri dengan bantuan Asuncion Angel. Asuncion Angel adalah seorang perempuan muda Filipina, Asuncion Angel adalah seorang pejuang gerilya Filipina yang telah berulang kali menembus garis demarkasi Jepang dan tiga kali ia dipenjara oleh Jepang. Asuncion Angel dan Lembong menikah pada tanggal 26 Oktober 1944.

Angkatan laut Amerika Serikat mulai memasuki wilayah Filipina. Surat kabar Stemmen uit Londen, 02-01-1945 memberitakan bahwa ‘pesawat tentara Amerika pertama kali muncul di pulau Luzon. Mereka membombardir kereta amunisi dan sejumlah lokomotif. Mereka juga menenggelamkan beberapa kapal di teluk Manila’.

Sebelum penyerangan ke Manila ini, kapal-kapal angkatan laut Amerika Serikat sudah terlebih dahulu melakukan endaratan di Pulau Mindoro, yang paling dekat dengan Manila seperti dirangkum Amigoe di Curacao, 04-01-1945.  Disebutkan orang Amerika Serikat mendarat pada tanggal 15 Desember di Mindoro, di pantai barat daya dekat San Jose. Disini mereka mulai membangun pangkalan udara dimana Luzon dapat diserang. MacArthur melaporkan bahwa pendaratan terjadi di pantai, tepat di utara San Jose di pantai barat daya pulau, tetapi dia merahasiakan tempat persisnya. Praktis tidak ada perlawanan terhadap pendaratan, sehingga angkatan laut tidak harus menembak sepanjang waktu. Sekarang dua pendaratan baru dilakukan pada hari Senin pagi dan Selasa pagi dini hari. Jarak ke Manila sekarang sekitar 240 Km. lebih pendek. Radio Jepang juga melaporkan setiap hari tentang konvoi Amerika Serikat mengklaim hari Kamis (hari ini) bahwa pesawat Jepang telah menyebabkan kerusakan parah pada dua kapal angkut dan satu kapal perusak. Surat kabar Amigoe di Curacao, 05-01-1945 kembali memberitakan bahwa ‘MacArthur mengumumkan bahwa serangan udara di Luzon terus berlanjut. Dalam tiga hari sebelumnya sebanyak 60 kapal musuh ditenggelakan atau rusak yang mana di Teluk Manila dan Teluk Lingayen 35 kapal.

Pada tanggal 6 Januari 1045 Adolf Gustaaf Lembong dkk dan gerilyawan Filipina terlibat pertempuran sengit dengan konvoi truk Jepang dalam perjalanan mereka ke San Leon. Dalam pertempuran itu 27 orang Jepang terbunuh sementara gerilyawan tanpa mengalami kerugian yang berarti. Tiga hari kemudian, pada tanggal 9 Januari 1945 pasukan Amerika mendarat di Teluk Lingay. Kehadiran pasukan Amerika Serikat ini disambut oleh para gerilyawan (termasuk Adolf Gustaaf Lembong dkk). Diantara kelompok gerilyawan yang menyambut tersebut terdapat 10 orang yang mengibar-ngibarkan bendera tri color Belanda. Adolf Lembong dan pasukan kecilnya dalam bergerilya melawan militer Jepang di Filipina tetap menggunakan bendera Belanda (merah putih biru). Bendera itu dibuat oleh istri Lembong, Asuncion Angel.

Sang komandan Amerika sempat mengira pasukan kecil Adolf Lembong adalah pasukan yang dikirim oleh Belanda: ‘Ketika kami melihatmu berdiri disana dengan warna merah putih dan biru itu, kami berpikir sejenak bahwa Belanda telah mendahului kami’, kata komandan Amerika itu kepada Lembong setelah mendarat.

Pada tanggal 12 April 1945, Adolf Gustaaf Lembong dkk bersama sembilan temannya meninggalkan Filipina dan selanjutnya kembali bergabung dengan KNIL yang ingin menguasai kembali Indonesia. Adolf Gustaaf Lembong dkk tiba di Kamp Columbia di Brisbane Australian. Pengakuan atas apa yang telah mereka lakukan telah membuat Adolf Gustaaf Lembong dipromosikan menjadi letnan dan teman-temannya yang lain menjadi sersan.

Sejak kehadiran angkatan laut Amerika Serikat di Filipina, semakin banyak pasukan yang telah melaksanakan tugus di Pasifik (melawan Jepang) yang merapat ke Filipina terasuk di Mindanao. ‘Zonder titel’, 06-06-1945 memberitakan bahwa ‘pasukan Amerika Serikat telah mendarat di pulau Baloet di pintu masuk Teluk Davao’.

Kisah Adolf Gustaaf Lembong dkk di Filipina ditulis oleh Arnold vas Dias (direktur pelaksana Aneta) yang dirilis oleh kantor berita ANP-Aneta yang kemudian dimuat pada surat kabar Nieuwsblad van het Zuiden, 18-07-1945. Arnold Vas Dias mewawancarai Luitenan Adolf Gustaaf Lembong di kamp Columbia di Brisbane.

Itulah kisah terakhir Adolf Gustaaf Lembong di Filipina hingga tiba di Australia. Setelah itu tidak diketahui Adolf Gustaaf Lembong dkk ditempatkan di kesatuan mana. Juga tidak diketahui dimana kesatuan Adolf Gustaaf Lembong bertugas.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Kisah-Kisah Lainnya di Filipina

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar