Jumat, 29 April 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (560): Pahlawan Indonesia dan Bahasa Sunda di Pulau Jawa; Promosi Nasional Bahasa Sunda Soendaland

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Apakah bahasa Jawa berbeda dengan bahasa Sunda? Menurut pengakuan orang Sunda berbeda bahasa mereka dengan bahasa orang Jawa. Meski begitu banyak persamaannya. Okelah. Bahasa yang mana yang lebih dahulu terbentuk? Apakah bahasa Jawa sebagai bahasa induk atau sebaliknya yang menjadi bahasa induk adalah bahasa Sunda? Pertanyaan tersebut tentulah diperlukan penyelidikan sejarah?

Bahasa Sunda adalah sebuah bahasa dari cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa ini umumnya ditutrkan oleh penduduk bersuku Sunda di wilayah bagian barat pulau Jawa. Bahasa Sunda juga dituturkan oleh diaspora Sunda di beberapa wilayah lain di Indonesia dan di luar Indonesia dengan jumlah penutur setidaknya 42 juta orang pada tahun 2016. Dialek (basa wewengkon) bahasa Sunda beragam. Para pakar bahasa biasanya membedakan enam dialek yang berbeda. Dialek-dialek ini adalah: Dialek Barat (Banten, sebagian barat Kabupaten Bogor khususnya wilayah Jasinga Raya, dan sebagian barat Kabupaten Sukabumi); Dialek Utara (Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Karawang, sebagian timur Kabupaten Bekasi, Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Subang); Dialek Selatan (Kota Bandung, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Sukabumi); Dialek Tengah Timur (Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu bagian selatan, dan sebagian barat Kabupaten Kuningan.); Dialek Timur Laut (Kabupaten Kuningan, sebagian barat Kabupaten Brebes, dan sebagian selatan Kabupaten Cirebon); Dialek Tenggara (Kota Banjar, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran, dan sebagian timur dan utara Kabupaten Cilacap khususnya Kecamatan Dayeuhluhur serta Dusun Cijurig di Kabupaten Banyumas) (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah bahasa Sunda? Seperti disebut di atas, bahasa Sunda kini terdiri dari beberapa dialek dan bahasa Sunda, meski berbeda tetapi juga memiliki persamaan dengan bahasa Jawa. Lalu bagaimana sejarah bahasa Sunda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan Bahasa Sunda di Pulau Jawa; Perjuangan Bahasa Sunda Secara Nasional

Catatan tertulis bahasa Soenda tertua ditemukan pada prasasti Kawali (abad ke-14). Prasasti-prasasti kuno lainnya yang ditemukan di wilayah Jawa (bagian barat) masih berbahasa Sanskerrta dan bahasa Jawa Kuno (Kawi) seperti prasasti Cicatih, Sukabumi 1030 M. Kapan bahasa Soenda terbentuk tentu saja sulit diketahui secara pasti. Besar dugaan bahasa Sunda sudah eksis sebelum kehadiran bahasa Sanskerta. Hanya bukti-bukti tertulis yang dapat menjawabnya. Yang jelas bahasa Soenda sudah eksis sejak lama. Bahasa Soenda disebut berbeda dengan bahasa Jawa (lihat Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1838).

Permasalahan ini juga kurang lebih sama dengan bahasa-bahasa lainnya di Indonesia seperti bahasa Jawa, bahasa Melayu dan bahasa Batak. Meski demikian, bukti-bukti yang terdapat dalam prasasti tidak dapat diakatan terkait dengan bahasa yang digunakan sekarang. Sumber bahasa, dalam hal ini bahasa Soenda hanya dapat mengandalkan sumber tertulis yang ditemukan pada era Hindia Belanda.

Pada tahun 1865 JJ van Limburg Brouwer menerbitkan satu buku berjudul Kitab Pakih Soenda dengan cara menyalin teks berbahasa Soenda dari aksara Jawi (huruf Arab gundul) ke aksara Latin. Dalam buku ini L Brouuwer juga menerjemahkannya ke dalam bahasa Belanda. Teks bahasa Sonda yang disalin tersebut dapat diperbandingkan dengan bahasa Sunda yang sekarang.

Pada tahun-tahun ini sudah ada sejumlah orang Belanda tertarik dengan sastra dan bahasa Soenda. Salah satu yang terkenal adalah KF Holle. Sebagaimana diketahui sekolah guru (kweekschool) di Bandoeng dibuka pada tahun 1866. KF Holle termasuk salah satu inisiatornya dengan menggalan dana dari para pengusaha pertanian di wilayah Preanger untuk membangun  sekolah guru tersebut.

Sebelumnya Raden Hadji Mohamad Moesa di Limbangan, menawarkan kepada pemerintah untuk dicetak sejumlah karyanya. Buku-buku tersebut untuk digunakan sekolah dan buku bacaan (umum). Salah satu diantara buku yang ditawarkan itu adalah Wawatjan Dongeng-Dongeng (lihat De Oostpost : letterkundig, wetenschappelijk en commercieel nieuws- en advertentieblad, 04-12-1862). Sudah barang tentu buku tersebut ditulis dalam bahasa Soenda, tetapi tidak dijelaskan apakah ditulis dalam aksara Latin atau aksara Soenda atau akasar Jawi.

Raden Hadji Mohamad Moesa adalah seorang kepala panghoeloe dari Garoet (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 10-09-1862). Raden Hadji Mohamad Moesa berperan aktif dalam mendorong penduduk untuk bersekolah, sekolah yang didirikan oleh pemerintah. Namun tidak dijelaskan apakah Raden Hadji Mohamad Moesa seorang guru. Yang jelas buku-buku yang ditulisnya termasuk buku dongeng ditujukan untuk anak-anak bersekolah.

Dalam laporan tahun 1863 menyampaikan dari Bandoeng satu buku berjudul Dongeng-Dongeng Toeladan. Laporan ini dimuat pada Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indië, 1869. Tampaknya buku ini ditulis dalam bahasa dan aksara Soenda. Dari buku dongeng ini secara historis dongeng itu sudah lama ada, dan secara geografis merata di daerah Soenda. Lalu pengadaan buku-buku dongeng ini menunjukkan dongeng begitu penting di dalam masyarakat Soenda dan lewat pendokumentasian dalam bentuk buku ingin disasar pembaca yang lebih luas dan berlangsung antar generasi ke depan.

Semangat Raden Hadji Mohamad Moesa dalam dunia pendidikan dan dalam dunia penulisan buku boleh jadi menjadi perhatian pemerintah untuk memperluas jangkauan pendidikan di Residentie Preanger. Pada tahun 1866 sekolah guru (kweekschool) dibuka di Bandoeng. Dua tokoh penting di belakang pendirian sekolah guru ini adalah Raden Hadji Mohamad Moesa dan pengusaha yang berminat pada etnologi Soenda, KF Holle. Dengan dibukanya sekolah guru negeri di Bandoeng telah menambah jumlah sekolah guru menjadi empat. Sekolah guru pertama dibuka di Soeracarta tahun 1851, yang kedua di Fort de Kock tahun 1856 dan yang ketida di Tanobato, afdeeling Angkola Mandailing, Residentie Tapanoeli tahun 1862. Sehubungan dengan eksistensi bahasa Soenda, Dr WH Engelmans, ahli bahasa Jerman mencoba meneliti tata bahasa Soenda berdasarkan tulisan dongeng yang diterbitkan ang dimuat pada Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indie, 1867 berjudul Eene Soendaneesch Dongeng. Dalam artikel ini Engelmans menyalin teks aslinya dalam aksara Soenda. Besar dugaan teks itu  karya Mohamad Moesa yang telah diterbitkan. Pada tahun 1874 sudah ada buku kamus bahasa Soenda yang diterbitkan, suatu kamus bahasa Soenda dalam bahasa Inggris yang ditulis oleh Regg dengan judul Dictonary of the Soenda language (lihat Nieuwsblad voor den boekhandel, 1874, No 49, 23-06-1874).

Dalam perkembangannya dongeng tidak lagi hanya ditulis dalam bahasa dan aksara Soenda, tetapi juga sudah ditulis dalam bahasa Melayu dan aksara Latin. Dongeng Soenda juga tidak hanya ditulis (dikompilasi) oleh orang Soenda tetapi juga dongeng Soenda telah ditulis dalam bahasa Soenda oleh orang non-Soenda. Buku berjudul Dewa Danda yang ditulis dalan bahasa dan aksara Soenda ditulis oleh seorang Belanda AHG Blokzeijl. Tidak hanya sampai disitu, buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda oleh JA Uilkens. Buku dongeng Soenda bahasa Belanda ini kemudian dimuat dalam Tydschrift voor Indische Taai- Land- en Volkenkunde bagian keempat edisi 18 tahun 1878.

Pada tahun 1878 terbit sejumlah buku yang terkait dengan bahasa Soenda (lihat Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indie, 1878), Buku-buku tersebut (1) Perdjangjian anjar, hartosna sadajana kitab noe kasebat indjil goesti oerang Jesoes Kristoes. (Het Nieuwe Testament in het Soendaneesch), vertaald door S. Coolsma. (2) S. Coolsma, Handleiding bij de beoefening der Soendaneesche taal, (3) Yu kitab bunang njoetat tina kitab soetji noe diseboet perdjangdjian anjar. II. (4) Poepoedjian pikun njanji, sareng pikun Moedji ka pangeran. Ijeu wawatjan eukeur moerangkalih. (5) Tjatjarakan Soenda. (6) Kitab elmoe itoengan. no. 1. (7) Kitab paugadjaran itoengan. Tampak pada masa itu penggunaan bahasa Soenda dalam zending (seperti di daerah lain). Tulisan-tulisan berbahasa Soenda yang dihubungkan dengan zending dimuat dalam Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indie, 1879).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Bahasa Sunda di Pulau Jawa: Zunda versus Iava

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar