Jumat, 17 Juni 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (657): Mengapa Selat Sunda Tidak Dikenal Zaman Kuno? Selat Sunda Dilaporkan Pelaut Arab - Cina

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Narasi selat Sunda di dalam laman Wikipedia hanya satu paragraf saja (seperti dikutip di bawah). Mengapa hanya sekikut? Apakah tidak ada data yang tersedia tentang data tentang Selat Sunda? Okelah, untuk itu pada artikel ini dideskripsikan sejarah Selat Sunda. Untuk sekadar diketahui, selat Sunda pada masa ini terbilang kawasan yang penting, tidak hanya jalur lalu lintas pelayaran internasional (Lautan Hindia dan Lautan Pasifik), juga jalur moda transportasi antara (pulau) Jawa dan Sumatra.

Selat Sunda merupakan selat yang menghubungkan pulau Jawa dan Sumatra di Indonesia, serta menghubungkan Laut Jawa dengan Samudera Hindia. Pada titik tersempit, lebar selat Sunda hanya sekitar 30 km. Beberapa pulau kecil terletak di selat ini, di antaranya pulau vulkanik Krakatau. Sebagai salah satu dari dua lintasan utama yang mengalir dari Laut China Selatan menuju Samudera Hindia (satunya lagi ialah Selat Malaka), Selat Sunda merupakan jalur pelayaran penting. Walaupun bahaya seperti sempitnya selat dan batu karang mengancam, luas Selat Sunda lebih pendek dari Selat Malaka sehingga kapal yang berlayar di sini kecil kemungkinannya untuk terhadang oleh bajak laut. Pada awal 1942, di selat Sunda terjadi pertempuran antara pasukan Jepang yang dipimpin oleh Laksamana Muda Kenzaburo Hara yang menenggelamkan cruiser Sekutu USS Houston dan HMAS Perth saat kedua kapal tersebut mencoba menghadang pendaratan pasukan Jepang di Jawa. Dimulai pada awal tahun 2010, pemerintah Indonesia sudah mulai melakukan studi kelayakan untuk pembangunan jembatan yang akan melintasi selat ini. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah mengapa selat Sunda tidak dikenal Zaman Kuno? Seperti disebut di atas, Selat Sunda baru disebut dilaporkan oleh pelaut/pedagang dari Arab dan Cina. Sebagai lalu lintas pelayaran, selalt Sunda sudah menjadi jalur penting sejak era VOC dan era Hindia Belanda. Di kawasan ini pernah gunung Krakatau melatus pada tahun 1883. Lalu bagaimana sejarah jejak kebudayaan Batak di tempat lain di Nusantara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Mengapa Selat Sunda Tidak Dikenal Zaman Kuno? Selat Sunda Dilaporkan Pelaut Arab dan Cina

Sebenarnya dalam blog ini pernah ditulis sejarah Selat Sunda, tetapi datanya hanya yang bersumber dari era VOC/Belanda. Dalam laporan-laporan awal ekspedisi pelayaran Portugis ke Hindia Timur tidak pernah disebutkan nama jalur selat Sunda. Hanya disebutkan pantai timur Lampong, pelabuhan Banten dan (pelabuhan) Zunda Kalapa.

Laporan Belanda/VOC yang pertama muncul dari laporan ekspedisi Belanda pertama yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman (1595-1597). Meski orang Belanda tidak berpengalaman ke Hindia Timur, tetapi dengan kapal yang lebih baik, mencoba rute tidak biasa dari (pulau) Madagaskar garis luruh ke pantai barat Sumatra di pulau Enggano, yang mana salah satu kapal mengeksplorasi ke utara sepanjang pantai dan kemudian ketiga kapal bertemu kembali di (pelabuhan) Banten melalui selat Sunda.

Akhirnya sejarah zaman kuno dutemukan. Peneliti geografi Belanda V Obdeijn (1941) mereview semua peta-peta kuno dan catatn-catatn geografi sejak era Ptolomeus dalam mempelajari geomorfologi pulau Sumatra. Obdeijn berkesimpulan bahwa tidak ada kapal yang pernah berlayar dari India ke Cina melalui Selat Sunda sampai kedatangan Portugis di Laut Timur. Dalam hal ini sebelum Belanda, menurut Obdeijn sudah diketahui oleh pelaut-pelaut Portugis. Lalu bagaimana era sebelum kehadiran pelaut-pelaut Eropa? Obdeijn juga menyimpulkan bahwa orang-orang Arab dan Cina yang memiliki catatan tentang selat Sunda hingga beberapa abad kemudian dikenal oleh Portugis.

Dalam penyelidikan Obdeijn, mencatatan bahwa orang Cina menyebut Sin-t'o dan Sun-t'a (juga Sint'o-lo) tidak lebih awal dari 1178 (Tchiu K'iu Fei) dan 1225 (Chau Ju Kua) pada waktu yang sama dengan Chao Hwa (kong). Wang Ta-yuen dan Fei Hsin menyebut Sun-la dan Sin-t'o-lo terkenal karena pembajakan. Sementara itu, diantara orang-orang Arab, Yakut adalah yang pertama berbicara tentang Djawa pada tahun 1173. Orang-orang Arab, termasuk Kazwini, juga berbicara tentang pergeseran ujung Kalah dari rute laut dari Siraf dan 'Oman ke Djawa. Akibatnya, Jawa (Chao hwa dan Djawa) dan Selat Sunda menjadi lebih dikenal oleh orang Cina dan Arab, dan jalur (walaupun jalur air yang sulit dan berbahaya) dan pemisahan antara Jawa dan Sumatera Selatan telah ditemukan. Namun yang pertama petugas angkatan laut Turki Sidï 'Ali Celeb (1554) yang menyebutkan Selat Sunda dengan nama.

Sebelum nama Sunda dicatat Portugis, selat Sunda masih begitu asing bagi Portugis. Saat mana Diego Pacheco, yang pada tahun 1520 berlayar melewati Aceh ke pantai barat Sumatera dan kembali ke titik keberangkatannya di sepanjang pantai timur, tidak menyebut Selat Sunda tetapi mencatatn sebagai selat Palimban (nama sesuai daerah di Banten).

Abraham Ortelius melakukan hal yang sama dalam tulisannya Theatrum Orbis Terrarum (I570) mencatat jalur antara Sumatra dan Yava Maior, dan di jalur ini terdapat Palimban, sementara si seberang jalur ini ia menempatkan nama Manincabo (= Minangkabau).

Bahaya bahari bagi kapal layar di Selat Sunda begitu besar sehingga menjelaskan mengapa jalur air ini tidak dilayari. Jalur air di Selat Sunda harus dianggap sebagai salah satu yang paling bermasalah di Nusantara sehubungan dengan terjadinya laut dan gelombang, yang terutama disebabkan oleh arus kuat ke barat daya yang terus menerus ada di selat ini.

Kesimpulan V Obdeijn tersebut tidak dapat dikatakan sepenuhnya benar. Hal ini karena sejak zaman kuno sudah dikenal dengan nama Zabag. Pada saat pelaut Portugis Mendes Pinto terdampar di pantai timur Lampong mencatat pengetahuan warga tentang kerajaan kuno di masa lampau dengan rutunya Saba atau Seba. Boleh jadi Saba dan Zabag ini adalah nama yang sama dalam peta-peta kuno. Dengan demikian selat Sunda sudah dikenal lebih awal, tetapi jika diperhatikan peta era Ptolomeus (abad ke-2) tantang peta semenanjung Aurea Chersonesus, yang menurut saya peta itu adalah wujud Sumatra dan Semenanjung Malaya, pada bagian Sumatra di ujung selatan diidentifikasi nama (kota) Palanda.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Mengapa Selat Sunda Tidak Dikenal Zaman Kuno? Jalur Lalu Lintas Pelayaran Sejak Era VOC/Belanda

Selat Sunda yang telah dikenal Portugis menyisakan satu pertanyaan tentang nusantara yakni tidak adanya pengetahuan mengenai pantai selatan Jawa. Tampaknya pantai selatan Jawa begitu tidak dikenal hingga ditemukan dalam sebuah surat atas nama raja Portugal tertanggal 5 April 1598 kepada raja muda Goa, yang isinya bahwa armada Cornelis de Houtman telah menuju selatan Jawa. Suatu pantai mana yang belum ditemukan meski orang-orang Portugis telah berlayar melalui Selat Sunda sebelumnya.

Dalam laporan ekspedisi pertama Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtman (1595-1597) dapat dibaca, seperti disebut di atas, setiba di pulau Enggano ke Banten melalui selat Sunda. Namun orang-orang Belanda kurang diterima di Banten (karena pengaruh Portugis yang kuat), ekspedisi sempat singgah di Zunda Kalapa untuk tujuan Amboina. Namun salah satu kapal rusak di Laut Bali sehingga tujuan ke timur dibatalkan dan haru kembali ke Belanda, dengan menitari pulau Lombok dan di selatan Lombok kapal yang rusak dibakar/ditenggelamkan dengan dengan dua kapal menuju pantai timur Bali. Sebelum kapal berangkat, dua pelaut belanda ditingglkan di Bali, dan kemudian pelayaran pulang dengan mengitari pulau Bali ke utara dan berbelok ke selat antara Bali dan Jawa yang kemudian menuju Afrika Selatan melalui pantai selatan Jawa. Laporan inilah yang diduga dikutip oleh Raja Portugis.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar