Rabu, 01 Maret 2023

Sejarah Malang (15): Gempa di Wilayah Malang dan Peta Gempa dari Masa ke Masa; Tidak Perlu Khawatir Tapi Tetap Waspada


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Wilayah Indonesia adalah wilayah gempat, tidak hanya karena factor geologi (tektonik) juga geomorfologi (vulkanik). Dua jenis gempa ini dapat menimbulkan bencana, korban jiwa dan korban benda dan korban lingkungan. Dalam hal ini wilayah Malang juga wilayah rawan gempa. Kejadi gempa di wilayah Malang sudah tercata sejak lama.


Sejarah Gempa Besar di Malang pada Abad 19. SejarahDalam arsip sejarah mencatat, ternyata pernah ada dua gempa besar di Malang yang terjadi pada abad 19 atau tahun 1800-an. Bencana alam tersebut memporak-porandakan Malang yang kala itu belum resmi menjadi kota. Catatan gempa besar itu dapat ditelusuri melalui beberapa penelitian terkait bencana kegempaan yang pernah mengguncang Malang. Salah satunya adalah Indonesian’s Historical Earthquakes, yang diterbitkan Australian Government melalui Geoscience Australia. Terbitan itu bersumber dari catatan para ahli geologi. Catatan penting itu turut serta menjadi bukti penguat adanya peristiwa gempa besar tersebut. Setidaknya ada dua gempa besar yang sempat menjadi bencana dahsyat di Malang kala itu. Gempa besar pertama terjadi di Malang pada 10 Juni 1867 silam. Gempa itu dicatat oleh sebuah buku berjudul Beknopte Beschrijving van De Aardbeving; Die Het Eiland Java In Den Ochtend Van Den 10 Den Juni 1867 Heeft Geteisterd. Buku itu ditulis oleh L Van Laar pada tahun 1867. Dalam buku tersebut disebutkan, gempa itu berkekuatan 7 MMI, dengan keterangan ‘stone building suffered heavy damage’ atau bangunan batu mengalami kerusakan berat. Sementara itu, gempa besar kedua tercatat memiliki kekuatan 4 MMI. Gempa itu mengguncang wilayah Malang pada 22 November 1818. Gempa ini tercatat dalam buku Die Erdbeden Indischen Archipels Von 1858 Bis 1877. Penulis bernama A Wichmann menulis buku ini pada 1922 silam. Si penulis memberikan keterangan ‘a weak shock was felt’ atau kejutan yang dirasakan lemah. (https://www.wearemania.net/)

Lantas bagaimana sejarah gempa di wilayah Malang dan peta gempa era Pemerintah Hindia Belanda? Seperti disebut di atas bahwa wilayah Malang, termasuk rawan gempa. Seperti kata ahli tempo doeloe tidak perlu khawatir tapi tetap waspada. Lalu bagaimana sejarah gempa di wilayah Malang dan peta gempa era Pemerintah Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Gempa di Wilayah Malang, Tidak Perlu Khawatir Tapi Tetap Waspada; Peta Gempa Era Pemerintah Hindia Belanda

Pada bulan Mei 1848 terjadi gempa di Malang (lihat Nederlandsche staatscourant, 22-08-1848). Disebutkan pada malam tanggal 16 Mei lalu, terjadi letusan gunung api Kloet, berlokasi di perbatasan afdeeling Malang (residentie Pasaroewan), Kedirie dan Blitar (residentie Kedirie).


Disebutkan lebih lanjut, setelah gemuruh bawah tanah mendahului, satu massa terlempar keluar, terdiri dari batu dan pasir yang bersinar, jatuh ke laham yang penuh pohon di gunung telah terbakar hancur dab sebagian dari massa ini jatuh ke sungai Konto (afdeeling Malang) dan mengangkat air setinggi 5 sampai 20 kaki akibatnya 12 sawah irigasi kebanjiran dan 5 orang kehilangan sedangkan 16 orang warga dusun Redjo hilang. Di ujung aliran Konto, selain pohon dan lain-lain, puing-puing dan kerbau juga hanyut; ikan terapung mabuk kepermukaan air dan di residentie Kedirie mengalami banjir yang luar biasa.

Gempa letusan gunung Kloet initentulah bukan gempa kecil tetapi gempa besar. Hanya saja kurang terinformasikan detailnya. Yang terinformasikan adalah letusan gunung itu sendiri dan damnpak yang ditumbulkan.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Peta Gempa Era Pemerintah Hindia Belanda: Sebera Intens Gempa di Wilayah Malang

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar