Selasa, 28 Februari 2023

Sejarah Malang (14): Militer di Malang Era Pemerintah Hindia Belanda; Apa Keutamaan Batalion-Batalion di Wilayah Malang?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Penempatan pasukan, pendirian benteng dan garnisun militer (kini markas militer) memiliki sejarah panjang hingga ini hari. Hal itulah yang terjadi di Indonesia (baca: sejak era Pemerintah Hindia Belanda). Dalam hal ini mengapa militer di (wilayah) Malang menjadi penting, padahal lokasinya berada di wilayah pedalaman, di pegunungan. Dalam urusan ini apa perbedaannya dengan wilayah pedalaman lainnya seperti di Soerakarta dan Bandoeng.


Kampanye militer Kediri Ekspedisi Hurdt atau Ekspedisi Kediri) berlangsung dari bulan September hingga November 1678 semasa Pemberontakan Trunajaya. Pasukan Kesultanan Mataram yang dipimpin Amangkurat II dan Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) yang dipimpin oleh Anthonio Hurdt berpawai menuju pedalaman Jawa bagian timur melawan pasukan Trunajaya. Kampanye militer ini mencapai puncaknya dengan direbutnya ibu kota dan benteng Trunajaya di Kediri pada tanggal 25 November, diikuti dengan penjarahannya oleh pemenang Belanda dan Jawa. Trunajaya sendiri melarikan diri dari Kediri dan melanjutkan pemberontakannya—yang kini sangat lemah—sampai penangkapannya pada akhir tahun 1679. Selama perjalanan menuju Kediri, tentara Mataram-VOC dengan sengaja memecah pasukannya menjadi beberapa barisan, yang mengambil rute panjang yang berbeda-beda menuju Kediri. Strategi ini disarankan oleh Amangkurat agar pasukan ini bertemu dengan lebih banyak orang dan agar mereka yang masih bimbang berpihak kepada siapa jadi bergabung dengan Mataram dan VOC setelah melihat kekuatan pasukan ini. Tentara tersebut berpawai melalui daerah yang sebelumnya belum dieksplorasi oleh Belanda, dan laporan Belanda dicatat dalam sebuah jurnal oleh sekretaris Hurdt, Johan Jurgen Briel. Literatur sejarah Jawa (babad) juga mencatat mengenai kampanye militer ini (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah militer di Malang era Pemerintah Hindia Belanda? Seperti disebut di atas wilayah Malang berada di pedalaman, namun kedudukan militer menjadi penting pada era Pemerintah Hindia Belanda. Dalam hal ini apa yang menjadi keutamaan batalion-batalion militer di wilayah Malang? Lalu bagaimana sejarah militer di Malang era Pemerintah Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Militer di Malang Era Pemerintah Hindia Belanda; Keutamaan Batalion-Batalion di Wilayah Malang

Di Malang, pada era Pemerintah Hidia Belanda, kesatuan militer bermula di Pasoeroean. Hal itu karena Pasoeroean adalah ibu kota residentie, dan Malang sendiri sebagai ibu kota hanyalah salah stau afdeeling di residentie Pasoeroean. Di Malang sendiri, sudah sejak tahun 1818 ditempatkan seorang pejabat setingkat Asisten Residen. Seperti di berbagai tempat di Hindia Belanda, dimana Asisten Residen berkedudukan, disitu ditempatkan satu pleton militer, kesatuan militer yang dipimpin seorang sersan Eropa/Belanda yang membawahi prajurit pribumi (sementara di ibu kota residentie satu detasemen yang dipimpin oleh seorang letnan Eropa/Belanda).


Situasi dan kondisi keamanan di wilayah Malang, sudah lama terbilang aman. Wilayah Malang pernah menjadi daerah opetasi militer pada era VOC, karena adanya perlawanan yang dilakukan Trunajaya dan pasukan dari Gowa/Makassar (Soesoehoenan/VOC). Pada permiulaan Pemerintah Hindia Belanda, wilayah Malang menjadi wilayah yurisdiksi Pemerintah Hindia Belanda baru dilakukan tahun 1811 di atas perjanjian antara GG Daendels dan Soesoehoenan Soerakarta. Tidak lama kemudian terjadi pendudukan Inggris. Selama pendudukan Inggris (1811-1816) tidak ada kejadian militer di Malang, karena militer Inggris hanya terbatas di Pasoeroean dan hanya beberapa pedagang Inggris yang beraktivitas di wilayah Malang. Baru pada tahun 1818 secara definitive kehadiran militer di Malang seiring dengan penempatan seorang pejabat Pemerintah Hindia Belanda setingkat asisten residen di (afdeeling) Malang.

Lambat laut jumlah pejabat pemerintah yang ditempatkan di Malang semakin bertambah. Situasi geopolitik awalnya tidak terasa di Malang ketika muncul pemberontakan di Vorstenlanden (Jogjakarta/Soerakarta) pada tahun 1825. Akan tetapi karena semakin meluasnya perang (Perang Jawa (1825-1830), akhirnya hawa perang semakin mendekat di Malang, lalu militer di Malang diperkuat dimana mulai dibangun garnisun militer di Malang. Sejak inilah awal adanya garnisun militer (Pemerintah Hindia Belanda) di Malang.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Keutamaan Batalion-Batalion di Wilayah Malang: Pemerintah Hindia Belanda, Antara VOC dan Republik Indonesia

Pasca Perang Jawa (1825-1830) ada dua legion militer pribumi yang dibina oleh Pemerintah Hindia Belanda yakni di Vorstenlanden seperti di Soerakarta dan di pulau Madura seperti di Sumanap. Mengapa di dua wilayah ini eksis legion pribumi? Yang jelas pasukan Vorstenlanden/Soerakarta dan Pasoekan Madura/Sumanap aktif membantu militer Pemerintah Hindia Belanda dalam Perang Jawa. Bagaimana dengan di (wilayah) Malang? Tidak terkait dengan Madura Sumanap dan juga tidak terkait Vorstenlanden/Soerakarta.


Kekuatan militer di Malang berada di bawah langsung Pemerintah Hindia Belanda. Sejak awal, sudah ditempatkan satu pleton di Malang, beberapa waktu sebelum penempatan Asisten Residen di Malang tahun 1818. Kekuatan militer di Malang ini telah diperkuat, seiring dengan Perang Jawa. Pasca Perang Jawa tersebut kesatuan militer di Malang sudah dalam wujud garnisun/markas militer. Meski para perwiranya adalah orang Eropa/Belanda tetapi para prajuritnya adalah pribumi yang didatangkan dari luar Jawa. Garnisun Malang sendiri sudah memiliki rumah sakit sendiri (lihat De Oostpost: letterkundig, wetenschappelijk en commercieel nieuws- en advertentieblad, 10-12-1857).

Berdasarkan peta militer Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1860 kekuatan militer di Malang sekelas garnisun. Namun di Malang tidak memiliki bangunan pertahanan. Posisi bangunan pertahanan hanya berada di Pasoeroean. Ini mengindikasikan bahwa di wilayah Malang termasuk wilayah yang ancaman keamanannya rendah. Banding dengan di Soerakarta, Boyolali, Klaten dan Jogjakarta (cukup berdekatan). Salah satu keutamaan garnisun militer di Malang memiliki rumah sakit yang baik.


Bangunan pertahanan Pemerintah Hindia Belanda kelas satu (vesting) hanya terdapat di Ambarawa (Willem I) dan Soerabaja. Benteng kelas dua ada di Batavia (Fort Prins Hendrik), Semarang, Gombong dan Ngawi. Bangunan kelas tiga terdapat di berbagai tempat di Jawa dan luar Jawa seperti di Banjoewangi. Sedangkan kelas keempat selain di Jawa juga di luar Jawa. Bangunan kelas ke empat seperti di Soerakarta, Klaten dan Jogjakarta. Magelang, Patjitan dan Madioen, Kediri dan Pasoeroean, Probolinggo dan Sumanap. Di luar Jawa antara lain di Sibolga dan Padang Sidempoean.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar