Frits, anak seorang pendeta yang lulus Sekolah Tinggi Teologi di Belanda. Frits sejak kanak-kanak sudah sangat menyukai permainan catur. Ketika Frits berada di Belanda sempat bertanding dan mengalahkan Max Euwe (Juara Catur Belanda yang kemudian menjadi Juara Catur Dunia). Frits juga seorang aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Belanda yang memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Frits lebih terkenal sebagai pecatur dan penulis catur daripada seorang pendeta dan pengkhotbah.
Memang tidak ada
salahnya seorang pecatur menjadi pendeta, atau sebaliknya tidak dilarang
seorang pendeta menggemari permainan catur. Namun kombinasi dua profesi ini
sangat jarang terjadi. Tidak hanya itu, Frits juga adalah seorang penulis,
dosen sejarah di Akademi Wartawan. Frits juga seorang pengusaha. Lantas mengapa
bisa demikian? Itulah pertanyaan? Dan siapakah sesungguhnya Frits? Mari kita
telusuri.
Frits, Anak Depok
Frits yang memiliki nama lengkap Frits Kilian Nicolas lahir di Depok
tanggal 5 Maret 1917. Ayahnya adalah seorang pendeta di Depok. Ayahnya pada
tahun 1915 mempublikasikan buku Kamus Logat Melayu (Bataviaasch nieuwsblad, 26-01-1915).
Keluarga mereka di Depok tampaknya cukup berada. Pada tahun 1923 ayahnya memasang
iklan di surat kabar dua rumah untuk disewakan (Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 20-01-1923). Ibunya juga seorang aktivis sosial di Depok
yang bergerak di bidang kegiatan gadis-gadis (Bataviaasch nieuwsblad, 01-05-1934). Gadis-gadis diajarkan disiplin dan
kebersihan, mereka juga mendapatkan pelajaran dalam membuat kerajinan.