Jumat, 25 Agustus 2017

Sejarah Kota Depok (41): Pecatur Terkenal Kelahiran Depok; FKN Harahap Kalahkan Juara Dunia Dr. Max Euwe dari Belanda

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini


Frits, anak seorang pendeta yang lulus Sekolah Tinggi Teologi di Belanda. Frits sejak kanak-kanak sudah sangat menyukai permainan catur. Ketika Frits berada di Belanda sempat bertanding dan mengalahkan Max Euwe (Juara Catur Belanda yang kemudian menjadi Juara Catur Dunia). Frits juga seorang aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Belanda yang memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Frits lebih terkenal sebagai pecatur dan penulis catur daripada seorang pendeta dan pengkhotbah.

Memang tidak ada salahnya seorang pecatur menjadi pendeta, atau sebaliknya tidak dilarang seorang pendeta menggemari permainan catur. Namun kombinasi dua profesi ini sangat jarang terjadi. Tidak hanya itu, Frits juga adalah seorang penulis, dosen sejarah di Akademi Wartawan. Frits juga seorang pengusaha. Lantas mengapa bisa demikian? Itulah pertanyaan? Dan siapakah sesungguhnya Frits? Mari kita telusuri.

Frits, Anak Depok

Frits yang memiliki nama lengkap Frits Kilian Nicolas lahir di Depok tanggal 5 Maret 1917. Ayahnya adalah seorang pendeta di Depok. Ayahnya pada tahun 1915 mempublikasikan buku Kamus Logat Melayu (Bataviaasch nieuwsblad, 26-01-1915). Keluarga mereka di Depok tampaknya cukup berada. Pada tahun 1923 ayahnya memasang iklan di surat kabar dua rumah untuk disewakan (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 20-01-1923). Ibunya juga seorang aktivis sosial di Depok yang bergerak di bidang kegiatan gadis-gadis (Bataviaasch nieuwsblad, 01-05-1934). Gadis-gadis diajarkan disiplin dan kebersihan, mereka juga mendapatkan pelajaran dalam membuat kerajinan.

Frits pada umur 15 tahun sudah termasuk pemain catur yang disegani. Namun anehnya, Frits bukan pemain catur yang masuk Tim Depok, tetapi Tim dari salah satu klub di Batavia (Bataviaasch nieuwsblad, 19-04-1932).
 .
Tim Catur Depok

De Preanger-bode, 04-12-1923
Sebelum pecatur-pecatur Batak hijrah dari Tapanoeli, pecatur-pecatur dari Depok dan Buitenzorg cukup diperhitungkan di Batavia. Juara catur di Batavia adalah Tim Pion. Dalam satu pertandingan pada tahun 1923 Tim Depok Buitenzorg dapat memberikan perlawanan yang berarti kepada tim di Batavia dengan skor 2,5 vs 8,5 (De Preanger-bode, 04-12-1923). Salah satu pemain Depok adalah LE Loen. Ketika Loen sudah terkenal di Depok sebagai pecatur, Frits tentu saja baru berumur enam tahun. Boleh jadi guru catur Frits adalah LE Loen. Namun dugaan ini masih samar. Hal yang mungkin justru LE Loen belajar catur dari ayahnya Frits. Ayah Frits seorang pendeta diduga adalah pemain catur (masih perlu ditelusuri lebih lanjut).

Bataviaasch nieuwsblad, 21-08-1926
Bataviaasch nieuwsblad, 21-08-1926: ‘Klub catur ‘Jong Batak’ pertama kali didirikan sejak beberapa bulan dan yang anggotanya pemuda yang berasal dari Bataklandcn, tapi di sini di Batavia mereka adalah mahasiswa atau yang sudah bekerja, bertemu sebagai tamu dalam suatu pertandingan Zusterverecniging ‘Skakmat’  di sebuah ruangan besar di Waterloo. Pertandingan yang berakhir pada pukul 09:30 yang berlangsung seru dalam pertempuran dengan hasil imbang sebagai berikut’ (lihat tabel).

Max Euwe Juara Catur Belanda dan Frist dari Depok

Nun di sana di Medan, kabar catur dari Tanah Batak dan semakin intensnya pertandingan catur di Indonesia akhirnya menggoda juara catur Belanda, Dr. Euwe untuk datang ke Indonesia. Koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 04-02-1930 memberitakan bahwa pecatur Belanda Dr Euwe akan ke Deli. Ini adalah program sementara ‘De Nederland-Indie Schaakbond’ (federasi catur Hindia Belanda) yang mengajukan proposal juara Belanda itu untuk datang ke Medan. Usulan ini diterima oleh Medansche Schaakvereeniging (Asosiasi Catur Medan) melalui pesan telegraf yang dikirim dari Java. Ini artinya Dr Euwe jadi sebelum mengambil tur Java selama seminggu akan berada di persinggahan pertama di Pantai Timur, di mana terdapat Asosiasi Catur Medan. Dr Euwe akan melakukan pertandingan simultan terhadap anggotanya, memperkenalkan program, yang juga berupaya untuk dilakukan untuk kalangan akademik. Dr Euwe juga diharapkan untuk membangun, mengunjungi beberapa komunitas catur di Hindia Belanda untuk memberi kesempatan masing-masing juara catur dari komunitas catur yang ada. Dalam kunjungan Dr Euwe ini bahkan diselipkan satu program khusus untuk mengunjungi Brastagi di mana sejumlah pemain Batak akan bertemu dengan Dr Euwe menjadi kenyataan. Koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië ini menambahkan dan menutup beritanya: Sama seperti Anda mungkin tahu, orang Batak adalah bangsa pecatur. Banyak dari mereka adalah anggota dari Asosiasi Catur Medan di mana mereka dihargai sebagai kekuatan ajaib.

Algemeen Handelsblad, 21-08-1930: ‘Dr Max Euwe di Hindia Belanda. Dalam kunjungan pertama, Euwe di Medan, juara catur Belanda ini mendapat lima kemenangan dan sekali imbang. Dalam pertandingan yang dilangsungkan di Medan, 20 Agustus. Dr Max Euwe, juara catur Belanda, yang di sini tiba untuk membuat tur catur dari Hindia Belanda untuk suatu konsultasi dan juga melakukan pertandingan eksebisi melawan trio pemain terkuat Medansche Schaakvereeniging, Mr. Lantzius, Meurs dan Basoeki. Selain tiga itu, Dr. Euwe juga melakukan pertandingan eksebisi terhadap tiga pecatur terkuat Batak. Dr. Euwe memenangkan lima partai dan bermain sekali imbang dalam melawan maestro pecatur asal Tanah Batak bernama Si Tomboek (5 1/2 - 1/2 untuk Euwe). Pada hari berikutnya, Dr. Euwe melakukan pertandingan simultan sebagaimana dilaporkan koran Het Vaderland: staat- en letterkundig nieuwsblad, 22-08-1930 sebanyak 36 partai sekaligus, 34 partai dengan kemenangan, dan lagi-lagi, dua anak Batak dengan hasil remis (tidak disebutkan apakah Si Prang, Si Hoekoem, atau Si Toemboek).

Di koran Algemeen Handelsblad edisi 01-10-1930, Dr. Euwe mengungkapkan bahwa dia telah bertemu salah satu komunitas catur yang memiliki karakteristik yang unggul dari pribumi Batak di Deli, anak-anak Batak itu, meski tidak bisa berbicara sempurna bahasa Melayu, tetapi mereka sangat luar biasa, sekalipun tidak pernah kontak dengan bangsa Eropa/Belanda, namun kekuatan bermain mereka setara dan sangat mirip dengan kita orang Eropa/Belanda. Memang mereka tidak memiliki teori pembukaan tapi di dalam permainan gerakan mereka sangat taktis, terbilang sangat cepat dan bahkan mereka punya endgames yang sempurna. Fakta bahwa anak-anak Batak adalah master dalam endgame. Sepantasnya mereka diletakkan dalam posisi master di dalam permainan catur. Saya harus mengakui wawasan intuitif mereka yang sebenarnya. Saya dengar mereka bahkan mengalahkan Dr Lasker dalam kontes sebelumnya. Saya berharap bertemu lagi dalam pertemuan kedua nanti di akhir tur saya (di Hindia Belanda), aku punya rencana, menjelaskan kepada sejumlah pecatur Batak beberapa permainan akhir (endgames) yang lain. Kesan umum saya sejauh ini adalah bahwa kehidupan catur di Hindia Belanda sangat menggembirakan. Kita harus mendorong salah satu daerah yang memiliki kekayaan permainan catur di Tanah Batak berkembang, sebagai kekecualian. Secara umum jumlah fans di Hindia Belanda dalam persentase yang lebih besar daripada di negara manapun di dunia.

Tiga Anak Batak vs Max Euwe (Het volk, 09-10-1930)
Sesuai janji Dr. Euwe, ia benar-benar menepatinya. Setelah berkeliling Jawa seperti Batavia, Semarang, Surabaya, Jember dan Jokya, juara Catur Belanda ini dengan sengaja turun dari kapal yang membawanya pulang bersama istri ke Belanda di Belawan. Rupanya Dr. Euwe penasaran dengan kejeniusan anak-anak Batak ini. Sebagaimana dilaporkan koran Het volk : dagblad voor de arbeiderspartij, 09-10-1930, Dr Euwe melakukan pertandingan lagi dengan dua dari tiga anak Batak itu, yakni dengan Si Hoekoem dan Si Prang pada tanggal 7 Oktober 1930 di Medan. Anehnya, Dr. Euwe ingin memberi pelajaran malah mendapat hasil yang sebaliknya. Si Prang dapat dimenangkannya, tetapi malah Dr. Euwe kalah sama Si Hoekoem. Kemana Si Toemboek, tidak dilaporkan.Yang jelas, kekalahan dari Si Hoekoem inilah yang menyakitkan bagi Dr.Euwe selama turnya di Hindia Belanda. Klasemen terakhir (kumulatif) anak-anak Batak vs Dr Euwe sebagai berikut:.menang 3 kali, remis 1 kali dan kalah 1 kali.

Ternyata Dr. Euwe tidak kecewa. Keilmuannya mengalahkan gengsinya dikalahkan oleh anak Batak dari kampung di pedalaman Tanah Batak. Mr. Euwe yang seorang sarjana, malah ingin mengetahui lebih dalam mengapa ia kalah sama Si Hoekoem. Dr. Euwe ingin menganalisnya langsung bersama Si Hoekoem. Yang tadinya ingin segera hengkang dari Medan, malah Dr. Euwe menunda keberangkatannya. Dr. Euwe ingin mewawancarai langsung Si Hoekoem. Dengan bantuan penerjemah di gedung De Wit Societie Medan Dr. Euwe awalnya ingin wawancara tapi malah justru yang terjadi diskusi (dialog). Dr. Euwe tidak menyangka bahwa Si Hoekoem bisa menganalisis permainan, mulai dari pembukaan, gerakan dan endgame. Hasil wawancara, eh hasil diskusi yang ditulis sendiri oleh Dr. Euwe itu (termasuk notasi caturnya) dimuat di koran Het volk: dagblad voor de arbeiderspartij, 25-10-1930 dengan judul beritanya: 'Dr. Euwe interviewt Si Hoekoem. De Batakker toont een zeldzaam juist oordeel. Besloten werd met een partij volgens de Bataksche spelregels'. Intinya: anak-anak Batak ini, terutama Si Hoekoem telah memberi saya banyak pemahaman. Awalnya saya yakin menang, sebagaimana juga menurut penonton, tetapi di akhir permainan Si Hoekoem melakukan gerakan diluar dugaan saya. Dan, Si Hoekoem menang. Saya bisa menyimpulkan bahwa permainan game anak-anak Batak murni intuitif--tidak text book. Saya salut, dan saya banyak belajar dari mereka anak-anak yang cerdas ini. 

Berita kekalahan Max Euwe di Medan bagaikan ‘viral’ di sejumlah surat kabar di Belanda dan di Batavia. Pecatur-pecatur di Batavia juga mulai penasaran dengan Si Hoekoem. Lantas Si Hoekoem dari Tanah Karo via Medan diundang para pecatur di Batavia untuk suatu pertandingan simultan yang mana Si Hoekoem akan melawan 32 orang pecatur sekaligus (simultan).

Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 20-04-1931: ‘Baay en Lichtendahl Spelen Simultaan. Pemain catur Si Hoekoém Batakschen terkenal meski tampak tidak fit telah melakukan pertandingan simultan yang dimulai pada pukul 09:30 (pagi) dan pria ini berkeliling untuk menghadapi 32 papan catur yang terus berlangsung sampai setengah 3 dinihari. Dalam kondisi badan yang kurang sehat Si Hoekoem tampak berjalan lambat yang mengakibatkan bahwa peserta lain harus menunggu sekitar 20 menit sebelum satu pemain simultan tiba kembali di papan catur masing-masing peserta. Dan tidak diragukan lagi di bawah kondisi menderita (Si Hoekoem karena sakit) hasilnya tidak maksimal namun tidak terlalu mengecewakan. Dari 32 partai pertandingan simultan itu ada 17 partai yang dimenangkan Si Hoekoem. Tuan-tuan Rumate, Sarapung, Rhemrev, Gosal, Harahap, Marpaoeng, Dixon (seorang perwira militer Belanda berpangkat Kapten), Hoetabarat dan Sormin memenangkan partai mereka. Sementara Borgman, Westendorp, Siegers, NN,  O'Brien dan Siregar berhasil mengimbangi (draw) Si Hoekoem’.

Dalam perkembangannya, muncul suksesi klub catur ‘Jong Batak’ yakni klub catur baru yang diberi nama ‘Satur Batak’. Koran Bataviaasch nieuwsblad, 28-12-1931 memberitakan telah didirikan organisasi catur (Batak verecniging van Batakschc schaker). Pendirian ini digagas oleh JH Hoetabarat yang diberi nama ‘Satoer Batak’. Nama orgnisasi ini sesuai dengan lapal di Tanah Batak tentang catur yang disebut satur. Dalam pertandingan simultan yang dimainkan oleh Si Hoekoem beberapa bulan sebelumnya (19-04-1931), JH Hoetabarat termasuk yang meraih kemenangan. Tim Kramaat Batavia kini menemukan saingan berat ‘Satur Batak’.

Pemain catur bermarga Harahap yang juga termasuk yang memenangkan permainan melawan Si Hoekoem, tidak lain adalah Frist dari Depok yang masih berusia 15 tahun. Frits Harahap van Depok kemudian menjadi anggota dari klub catur ‘Satoer Batak’.

Klub 'Satoer Batak' Terkuat di Batavia

Klub catur ‘Satur Batak’ di Batavia telah didirikan di Batavia (Bataviaasch nieuwsblad, 28-12-1931). Koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 26-03-1932, melaporkan bahwa Ned.-Ind. Schaakbond (NISB) yang dipimpin ketua JH Ritman melangsungkan rapat umum. Pimpinan klub yang hadir antara lain, klub dari Ungaran, Jember dan Lawang; klub Djien Gie Lee Tic Sien dari Surabaya, klub ‘Satoer Batak’ dan klub De Pion dari Batavia; klub Bubble Tower dari Sungei-Gerong; klub Lua Chiao Tsin Nien Hui dari Surabaya; klub dari Plaju, klub dari Padang, klub Mr. Cornelis dari Batavia; klub dari Semarang dan klub dari Bandung serta klub dari Majalengka.

Klub dari Deli (ibukota Medan) tampaknya tidak terlihat terwakili dalam hal ini. Apakah mereka enggan bersaing dengan klub Tanah Batak ‘Jong Batak’ dan suksesinya ‘Satoer Batak’ yang telah didirikan dan memilih homebase Batavia?. Koran ini juga menyajikan struktur organisasi dan bidang-bidangnya yang merupakan hasil kongres pada tanggal 2 April 1931.

Koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 04-04-1932, melaporkan bahwa pada hari Kamis pukul 20:00 di klub Mr. Cornelis di Batavia telah dilangsungkan pertandingan persahabatan antara klub catur ‘Satoer Batak’ dengan tim dari ‘Mr Cornelis’, Tim dari klub Mr. Cornelis juga diperkuat beberapa pemain dari klub Schackmat dan klub Kramat. Dalam pertandingan beregu ini terdapat sebanyak 20 partai (20 vs 20 pecatur).

Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 05-04-1932, melaporkan pertandingan persahabatan beregu antara klub De Pion dengan klub ‘Satoer Batak’ yang terbagi dua kelompok. Kelompok pertama berakhir imbang, dan kelompok kedua dimenangkan oleh ‘Satoer Batak’. Selanjutnya, koran Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 12-04-1932 juga kembali melaporkan pertandingan yang dilakoni tim 'Satoer Batak'. Pertandingan pertama antara Schaakmat melawan ‘Satoer Batak’. Tim Satoer Batak memiliki tiga kali dalam kemenangan gemilang. Pertandingan kedua 'Satoer Batak' melawan tim De Pion, yang mana tim 'Satoer Batak' menang dengan skor 15-7.

Soerabaijasch handelsblad, 29-04-1932
Koran Soerabaijasch handelsblad, 29-04-1932 yang terbit di Surabaya, melaporkan pertandingan yang dilangsungkan pada 19 April antara dua klub terkuat di Batavia, yakni Schaakmat vs 'Satoer Batak'. Pertandingan yang diselenggarakan di KSB itu dipadati oleh penonton yang datang berbondong-bondong, yang ingin mengikuti permainan dua klub itu. Pada partai-pertai awal banyak pemain Schaakmat 'dibantai' yang mana tim 'Satoer Batak' leading dengan memimpin 6-0. Urutan pertandingan dimulai dari jagoan sampai yang lemah (seperti beregu dalam bulutangkis). Namun demikian, hasil keseluruhan berakhir dengan skor 13 1/2 -12 1/2 (lihat gambar di samping). Pada partai pertama berhadapan juara dari Java Champion Mr. WF. Werthelm dari klub Schaakmat berhadapan dengan pimpinan klub 'Satoer Batak', Mr. JH Hoetabarat. Dalam pertandingan ini pemain Schaakmat yang bertanding diantaranya Ehee, Ritman, Lichtendahl, Frahm, Verstoep, Rumate, Rosmüller, dan Wensveen.

Bataviaasch nieuwsblad, 02-05-1932
Sementara itu, koran Bataviaasch nieuwsblad, 02-05-1932 melaporkan hasil kompetisi internal klub 'Satoer Batak' yang anggotanya sebanyak 52 pemain. Secara keseluruhan, tidak kurang dari 1.326 partai akan diperlukan dalam kompetisi internal ini. Untuk sementara W. Hoetabarat berada di peringkat teratas, disusul JSM. Hoetabarat dan F. Panggabean. W. Hoetabarat sudah memainkan 16 partai, sementara JSM Hoerabarat dan F. Panggabean, masing-masing baru memainkan 14 pertai. Klasemen sementara hingga pada tanggal 27 April 1932 adalah sebagai berikut (lihat tabel). Prestasi Frits Harahap dalam pemeringkatan ini tidak terlalu buruk: dari 8 kali main, Frits menang lima kali draw satu kali dan kalah dua kali dengan total poin 5.5.

Frits Kilian Nicolas (FKN) Harahap, Pecatur Internasional

Sejak pemberitaan di koran-koran berbahasa Belanda di Indonesia dan di Rotterdam tahun 1910, diketahui telah banyak bermunculan komunitas-komunitas catur di beberapa kota besar dan juga didirikannya sejumlah klub catur. Klub-klub yang ada waktu itu sebagian besar adalah klub yang dihuni oleh pecatur-pecatur berbangsa Belanda. Satu-satunya klub pribumi yang didirikan dan bermarkas di Batavia bernama ‘Jong Batak’ dan suksesinya klub "Satoer Batak' ini semuanya beranggotakan pecatur asal Tanah Batak.

Sedangkan klub-klub lain, ada yang murni Eropa/Belanda dan ada juga klub yang mayoritas anggotanya Belanda plus pemain pribumi, seperti dari pecatur asal Minahasa dan asal Tanah Batak. Semua klub-klub catur yang ada masa itu akhirnya bergabung sehubungan dengan didirikannya organisasi yang disebut Nederland-Indie Schaakbond (NISB)--Federasi Catur Hindia Belanda. Organisasi ini didirikan belum lama, yakni sebelum kedatangan juara Belanda, Dr. Euwe ke Indonesia. Kedatangan Dr. Euwe ke Indonesia, 1930 merupakan salah satu program pertama NISB.

Frits Kilian Nicolas dari Depok yang kemudian menyingkat namanya menjadi FKN Harahap di satu sisi terus bermain catur dan di sisi lain terus memikirkan studi. FKN Harahap tidak saja memikirkan ikut turnamen catur di Eropa tetapi juga berpikir untuk melanjutkan studi ke Negeri Belanda. Boleh jadi FKN Harahap adalah satu-satunya orang Indonesia yang aktif bermain catur di Indonesia dan juga aktif mengikuti turnamen catur di luar negeri (Belanda).

Haagsche courant, 18-09-1934
FKN Harahap di Belanda kali pertama mengikuti turnamen catur di Zandvoort yang diselenggarakan oleh Zandvoortsche Schaakvereniging dalam rangka merayakan ulang tahunnya. Dalam turnamen ini termasuk Grand Master dari Latvia dan dan Juara Catur Belgia (Haagsche courant, 18-09-1934). Turnamen ini dibagi beberapa kategori: Eere Group (2 grup), Hoofdklass (10 grup), Eersteklasse (6 grup). Tweedeklaase (4 grup), Derdeklasss (3 grup). FKN Harahap berada dalam Eersteklasse, Grup-C yang terdiri dari empat pecatur yang mana FKN Harahap memiliki poin 1 (dua kali draw).

Berangkat ke Belanda, FKN Harahap tampaknya hanya untuk mengikuti turnamen catur Internasional. Umurnya pada saat mengikuti turnamen ini adalah 17 tahun. Sepulang dari Belanda, FKN Harahap bergabung kembali bersama klubya ‘Satoer Batak’ dan menjadi bagian dari tim yang melawan Tim Klub Kramat (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 15-01-1935), melawan Schaakmat (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 13-02-1935), melawan klub Pion (Bataviaasch nieuwsblad, 02-04-1935), melawan Kramat (Bataviaasch nieuwsblad, 21-05-1935).

Pada tahun 1935 dalam turnamen yang sama di Belanda, FKN Harahap juga berpartisipasi di Eersteklasse (Haagsche courant, 09-09-1935). FKN Harahap berada dalam Eersteklasse, Grup-C yang terdiri dari empat pecatur yang mana FKN Harahap memiliki poin 1 (dua kali draw, dua kali kalah). Sepulang dari turnamen, FKN Harahap bergabung lagi dengan klubnya 'Satoer Batak' untuk melawan tim dari klub Kramat (Bataviaasch nieuwsblad, 16-11-1935).

Leeuwarder courant, 25-04-1936
Salah satu game dalam pertandingan yang dimainkan FKN Harahap di Haarlem yakni melawan Stavenhagen sangat ketat. Pertandingan ini mendapat perhatian dari Dr. P Feenstra Kuiper dan dijadikan sebagai bahan analisis yang dimuat dalam surat kabar Leeuwarder courant edisi 25-04-1936. Ini mengindikasikan bahwa FKN Harahap di Belanda dapat mengimbangi permainan catur yang dilakukan oleh pecatur Belanda di negeri Belanda. Permainan yang dilakukan oleh FKN Harahap telah dianggap sebagai permainan yang perlu disimak dan dijadikan sebagai bahan analisis. Ini mengingatkan bahwa pada tahun 1830 Dr. Max Euwe telah mengambil contoh pertarungannya sendiri melawan Si Hoekoem untuk bahan analisisnya yang dimuat dalam surat kabar. Ini berarti sudah ada dua nama pecatur Indonesia yang permainannya dicatat di dalam surat kabar di Belanda.


De Telegraaf, 19-06-1938
Untuk beberapa waktu FKN Harahap tidak terdeteksi namanya di dunia catur. Mungkin ayahnya marah melulu main catur. Boleh jadi FKN Harahap tengah konsentrasi di sekolah. Setelah dua tahun berlalu, nama FKN Harahap terdeteksi kembali. De Telegraaf, 19-06-1938 melaporkan bahwa FKN Harahap di Chr. Lyceum, afd. Gymnasium di Haarlem termasuk dari 21 candidaten yang dinyatakan lulus dan mendapat gelar Diploma. FKN Harahap setelah meraih Diploma segera pulang ke tanah air.

FKN Harahap segera bergegas pulang ke tanah air di Depok untuk bertemu ayah ibu. Kebetulan Ompung Frits datang berkunjung dari kampung di Padang Sidempoean. Mungkin dialognya ketika Frits bertemu Ompungnya, begini: ‘Nah..ini cucu saya, setelah selesai studi kembali ke rumah. Tidak macam ayahmu, disuruh jauh-jauh sekolah ke Depok malah tidak pulang-pulang. Makanya Ompung datang ke sini, bukan melihat ayahmu, tetapi ingin sekali melihat cucuku yang kata orang-orang di kampung kita sana, anak Si Emil jago main catur. Ayah Frits (Emil Harahap) yang melihat dan mendengar dialog kakek-cucu itu hanya tampak tersenyum simpul.

Namun belum lama di tanah air, FKN Harahap kembali lagi balik ke Belanda. Tentu saja belum sempat ikut klubnya ‘Satoer Batak’ untuk bertanding catur melawan klub lain. FKN Harahap akan melanjutkan studi sarjana di Vrije Universiteit. Soerabaijahsch handelsblad 12-09-1938 melaporkan kapal ss Johan de Witt, Zaterdag van Batavia naar Amsterdam. Di dalam daftar manifest kapal termasuk nama FKN Harahap yang memiliki tujuan akhir di Amsterdam.

Beberapa waktu kemudian, surat kabar Haagsche courant, 22-06-1939 melaporkan FKN Harahap di Vrije Universiteit telah berhasil menjalani prop examen dalam bidang theologie. Vrije Universiteit adalah universitas independen (vrije) tidak terkait dengan pemerintah maupun gereja. Vrije Universiteit benar-benar bebas dari campur tangan pemerintah dan campur tangan gereja. Di universitas swasta independent inilah FKN Harahap belajar di bidang teologi.

Haarlem's dagblad, 28-03-1940
FKN Harahap di Belanda menjadi anggota klub catur Haarlemsch Schaakgezelschap (HSG). Dalam suatu pertandingan kejuaraan antar klub catur di perserikatan (bond) yang berada di bagian utara BelandaNoord-Holandsch Schaakbond, HSG menang 6-3 dengan lawannya (Haarlem's dagblad, 28-03-1940). FKN Harahap berada pada Meja-7 melawan Sondorp. Dalam pertandingan ini tidak disebutkan apakah FKN Harahap dapat memenangkan permainan. Dalam hal ini, FKN Harahap yang menjadi andalan klub catur di Belanda boleh dikatakan sebagai pemain internasional Indonesia pertama yang bermain catur di luar Indonesia. FKN Harahap juga pernah berpartisipasi dalam pertandingan catur seluruh Belanda.

De Maasbode, 22-08-1940
De Maasbode, 22-08-1940: ‘Pertandingan klub besar di Hilversum putaran keempat. Pertandingan ini dibagi ke dalam 13 grup yang masing-masing terdiri dari delapan pecatur. Juara masing-masing grup akan melakukan kompetisi untuk menentukan juara. Dalam kejuaraan nasional ini FKN Harahap berada di Grup-6. Rotterdamsch nieuwsblad, 24-08-1940 melaporkan dalam partai lanjutan FKN Harahap mengalahkan AM Hazevoet. Dalam partai-partai selanjutnya belum ditemukan datanya.

Tentu saja keberadaan pecatur-pecatur dari Indonesia sudah diketahui di Belanda. Berita tentang Juara Catur Belanda yang pernah dikalahkan oleh Si Hoekoem akan menjadi berita yang sulit dilupakan di Belanda. Oleh karenanya, kehadiran FKN Harahap di Belanda dalam rangka studi dan juga tetap meneruskan kegemarannya bermain catur dalam setiap pertandingan yang dilakukannya akan menjadi perhatian para insan catur di Belanda. Analisis catur yang dilakukan oleh Dr. P Feenstra Kuiper menjadi bukti bahwa permainan orang Indonesia tidak diremehkan.

FKN Harahap Aktif Pergerakan Mahasiswa

Eksistensi FKN Harahap di Belanda tidak hanya dalam hal catur muncul di surat kabar, juga perihal dunia akademik juga dilaporkan oleh surat kabar di Belanda.

Het Vaderland: staat- en letterk.blad, 28-11-1941
FKN Harahap juga aktif berorganisasi di dalam kampus Vrije Universiteit (lihat Het Vaderland: staat- en letterkundig nieuwsblad, 28-11-1941).  Dalam kepengurusan Senaat van het Studentencorps periode tahun 1941-1942, FKN Harahap menjabat sebagai Abactis (Sekretaris).

De bevrijding: weekblad uitgegeven, 15-05-1945
Pada saat pendudukan Jepang, FKN Harahap yang tidak bisa pulang ke tanah air karena sudah terputus hubungan antara Belanda dan Indonesia, tetap melanjutkan studinya di Belanda. Selama pendudukan Jepang dan jelang kemerdekaan Indonesia FKN Harahap terus berjuang di bawah payung Perhimpoenan Indonesia (pengganti PPI) dengan menerbitkan majalah. Dalam De bevrijding: weekblad uitgegeven door de Indonesische Vereniging Perhimpoenan Indonesia, 15-05-1945, FKN Harahap menggaungkan kembali semangat Indonesia dengan Indonesia Raya..

De bevrijding: weekblad uitgegeven door de Indonesische Vereniging Perhimpoenan Indonesia, 15-05-1945: ‘Pada musim semi tahun 1944..kami tetap berjuang...kegamangan dalam menyelesaikan studi...kami terus melawan Jepang... muncul utusan dari Kedutaan Besar Jepang di Berlin untuk memberikan umpan, mahasiswa Indonesia membuang umpan tersebut. Itu adalah siasat untuk menangkap Mahasiswa Indonesia dengan jaring mereka... tiga tahun bagi orang Indonesia dari semua kehilangan hubungan dengan keluarga mereka!..Untuk itu jangan lupa dan harus sadar Seberapa jauh studi Anda sudah berkembang. Apakah Anda semua terburu-buru untuk ujian, atau mungkin ujian terakhir Anda pergi?... FKN Harahap’.

FKN Harahap tergabung dalam Perhimpoenan Indonesia di Belanda yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. FKN Harahap menjadi bagian dari pengurus Perhimpoenan Indonesia. Pasca periode 1936-1940 kepengurusan Perhimponen Peladja Indonesia (PPI) yang diketuai oleh Parlindoengan Loebis situasi telah berubah dan munculnya Perhimpoenan Indonesia. Pada tahun 1941 Parlindoengan Lubis, kelahiran Batangtoru, Padang Sidempuan yang anti fasis (termasuk Jepang) ditangkap tentara Jerman dan dimasukkan ke kamp konsentrasi NAZI (satu-satunya orang Indonesia di kamp NAZI). Selama di kamp ini, adik-adiknya seperti FKN Harahap yang anti pendudukan Jepang di Indonesia  meneruskan perjuangan lewat Perhimpoenan Indonesia.

Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan kelahiran Padang Sidempoean tahun 1908 di Leiden menggagas dan menjadi ketua pertama Perhimpoenan Hindia Belanda atau Indisch Vereeniging (VI). Pada tahun 1920an M. Hatta dan kawan-kawan mengubah nama VI menjadi Perhimpoenan Peladjar Indonesia (PPI). Pasca kepengurusan PPI periode 1936-1940 (Ketua Parlindoengan Lubis, Sekretaris Sidhartawan dan Bendahara Moh. Ildrem Siregar) nama PPI diubah lagi menjadi Perhimpoenan Indonesia (PI) oleh FKN Harahap dan kawan-kawan. PPI eksklusif pelajar Indonesia (saja), sedangkan VI dan PI yang dimotori oleh pelajar Indonesia juga mencakup orang Indonesia lainnya].

Setiap era pelajar/mahasiswa Indonesia di Belanda berbeda-beda situasi dan kondisi yang dihadapi. Pada era Soetan Casajangan dkk (VI) misinya adalah memperjuangkan keadilan, peningkatan ekonomi dan pendidikan penduduk pribumi. Sementara pada era M. Hatta dkk (PPI) misinya untuk mengusir penjajah Belanda. Sedangkan pada era FKN Harahap dkk (PI) misinya untuk mengusir penjajah Jepang.

De bevrijding. 15-05-1945
De bevrijding: weekblad uitgegeven door de Indonesische Vereniging Perhimpoenan Indonesia, 26-05-1945): ‘De vrijheidsbetogingen te Amsterdam (9 Mei 1945). Demonstrasi besar di Amsterdam dengan mengatasnamakan Perhimpunan Indonesia untuk menuntut kemerdekaan Indonesia yang berkumpul di lapangan Istana Kerajaan. Bendera Merah Putih menjulang diantara demonstrasi. Banyak orang Amsterdam yang mendukung demo ini dengan simpati. Beberapa orang Amsterdam juga ikut naik panggung untuk berbicara untuk mendukung kemerdekaan Indonesia termasuk Wali Kota Amsterdam...F. Harahap telah berpidato, yang mewakili atas nama Perhimpunan Indonesia untuk mengatakan beberapa kata. mengucapkan terima kasih kepada orang-orang Belanda untuk semua dukungan dan simpati ini, yang mana orang Indonesia dalam beberapa tahun terakhir terus memperjuangkan kemerdekaan...’.

De bevrijding. 26-05-1945
Pada saat Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, sekutu menghancurkan Jerman/NAZI, Parlindoengan Lubis dibebaskan dan pulang ke tanah air. Sementara FKN Harahap yang belum selesai studi tetap di Belanda untuk meneruskan studi. Pada masa perang kemerdekaan ini putra-putri Indonesia di Belanda tetap mendukung perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan RI. Sebuah manifesto di Belanda diumumkan yang mana agar Belanda untuk menahan diri untuk perang dan memberi kesempatan bagi Indonesia untuk mandiri. Penandatangan manifesto ini termasuk didalamnya FKN Harahap (De waarheid, 03-01-1946).

Friesch dagblad, 10-07-1946
Akhirnya FKN Harahap berhasil menyelesaikan studi. Friesch dagblad, 10-07-1946 melaporkan bahwa FKN Harahap berhasil ujian di Vrije Universiteit, Amsterdam. Namun demikian, Belanda yang kembali datang (menduduki) Indonesia, hubungan Belanda dan Indonesia tersendat kembali dan tidak bisa pulang ke tanah air.

FKN Harahap Pulang ke Tanah Air

Setelah pengakuan kedaulatan RI pada akhir tahun 1949 jalur lalu lintas Belanda-Indonesia terbuka. Para diaspora yang selama ini tidak bisa pulang termasuk FKN Harahap bersama istrinya yang tinggal di Imhofflaan No. 59 Amsterdam bersiap-siap pulang ke tanah air (De Vrije Pers: ochtendbulletin, 31-01-1950). Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 03-01-1951 kembali di tanah air. Dari Calcutta FKN Harahap dengan pesawat KLM tiba di Bandara Kemajoran. Di tanah air, FKN Harahap memulai karir sebagai dosen di Akademi Wartawan di Batavia.

Java-bode, 18-04-1952
Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 18-04-1952: ‘Jurnalisme dan Ilmu Politik. Akta Notaris pada tanggal 12 Maret tahun ini. Di Jakarta ‘Akademi Wartawan’ yang sudah lebih dari ada setahun, menjadi yayasan. Akademi Wartawan ini dipimpin oleh Dekan, Parada Harahap. Staf dosen antara lain Hamka, T. Soedjanadiwirja-Harahap, Ds. FKN Harahap dan Prof. dr. R. Beerling’. Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 04-02-1952 menyebutkan FKN Harahap mengajar mata kuliah  Sejarah.

Akademi Wartawan di Batavia adalah akademi wartawan pertama di Indonesia yang didirikan oleh jurnalis senior Parada Harahap, kelahiran Padang Sidempoean yang pernah mendirikan surat kabar di Padang Sidempoean tahun 1919 yang diberi nama Sinar Merdeka. Parada Harahap adalah Radja Delik Pers, ratusan kali dimejahijaukan dan beberapa kali harus dibui karena melawan Belanda. Ada perbedaan politik antara Parada Harahap (senior) dan FKN Harahap (junior). Parada Harahap tidak pernah bekerjasama dengan Belanda, tetapi bekerjasama dengan Jepang. Salah satu persidangan Parada Harahap yang cukup menarik tahun 1931.

De Sumatra post, 06-01-1931: ‘Mr Parada Harahap berdiri untuk keseratus kalinya di meja hijau. Kali ini Parada Harahap dipanggil ke pengadilan karena korannya memuat iklan tagihan hutang. Si penagih hutang digugat karena dianggap mencemarkan nama dan juga editor Bintang Timoer, Parada Harahap juga diseret. Ketika dituduhkan kepada Parada Harahap  bahwa ikut bertanggungjawab karena iklan itu menjadi pendapatannya (sumber penerimaan). Parada menjawab: ‘Bagaimana saya bertanggungjawab?’. Polisi mencecar: ‘Anda kan direktur editor?’. ‘Iya betul, tapi saya hanya bertanggungjawab untuk bagian jurnalistik’, jawab Parada Harahap enteng lalu menandaskan, ‘bagian administrasi bertanggungjawab untuk iklan’. Polisi terus mencecar: ‘Ah’, kata Sheriff, ‘tanya sekarang, setuju bahwa di koran Anda muncul iklan cabul, apakah Anda akan mengatakan tidak bertanggung jawab?’. Parada Harahap spontan menjawab: ‘Oh, kalau soal itu tanggungjawab saya’.

Pada bulan November 1933 Parada Harahap memprovokasi (mengusir) Belanda dari Indonesia dengan memimpin tujuh orang Indonesia ke Jepang (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië, 17-11-1933). Dalam rombongan ini termasuk didalamnya M. Hatta yang baru selesai studi di Belanda untuk menggantikan Soekarno yang didakwa Belanda. 

Sebaliknya FKN Harahap cukup dekat dengan Belanda dan sangat membenci Jepang. Pada bulan Mei 1945, FKN Harahap memimpin demonstrasi di Amsterdam untuk mengusir Jepang dari Indonesia (lihat De bevrijding: weekblad uitgegeven door de Indonesische Vereniging Perhimpoenan Indonesia, 26-05-1945). Karena itu, selama pendudukan Jepang, FKN Harahap tidak berani pulang ke tanah air. Sementara Parada Harahap, Soekarno dan M. Hatta menerima kehadiran Jepang (tetapi tidak dengan Amir Sjarifoeddin Harahap yang tidak menerima keduanya: Belanda dan Jepang. Amir tertangkap dan dipenjara bahkan hingga hari Proklamsi Kemerdekaan RI. Dalam konstelasi ini Parada Harahap adalah mentor politik praktis dari tiga founding father RI: Soekarno, Hatta dan Amir. 
Pasca pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda, di Akademi Wartawan di Batavia, Parada Harahap meminta adiknya FKN Harahap (yang kampungnya berdekatan di Padang Sidempoean) untuk membantunya di akademi yang baru didirikannnya. Parada Harahap meski satu kaki sudah di bidang akademik, tetapi kaki yang lain masih di bidang jurnalistik. Sebab baru-baru ini Parada Harahap sudah mengakuisisi surat kabar legendaris berbahasa Belanda (Java Bode). Seperti kata senior mereka doeloe, Dja Endar Moeda, Radja Persoeratkabaran Soematra, bahwa pendidikan dan jurnalistik sama pentingnya: sama-sama mencerdaskan bangsa (lihat De locomotief: Samarangsch handels-en advertentie-blad, 02-05-1901). Hadji Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda adalah alumni sekolah guru di Padang Sidempoean (lulus tahun 1884). Untuk sekadar tambahan, salah satu mahasiswa pertama di Akademi Wartawan ini adalah seorang mantan tentara pelajar di Padang Sidempoean bernama AM. Hoetasoehoet yang sehari-hari menjadi kepala administrasi di surat kabar Indonesia Raja pimpinan Mochtar Lubis. AM Hoetasoehoet adalah ketua senat mahasiswa pertama di kampusnya. Kelak, AM. Hoetasoehoet menjadi jurnalis hebat yang kemudian mengikuti jejak seniornya Parada Harahap untuk mendirikan Sekolah Tinggi Jurnalistik (kini IISIP Lenteng Agung yang pimpinannya sekarang dijabat oleh anak AM Hoetasoehoet). Akademi Wartawan pimpinan Parada Harahap ini kelak berubah menjadi ABA (Akademi Bahasa Asing) di Menteng.  
Era Pecatur Batak Berlalu, Era Percasi Muncul, 1950

Setelah kemerdekaan, NISB hilang sendirinya dari pembicaraan, yang kemudian muncul organisasi catur anak negeri (pribumi) dengan berdirinya Persatoean Tjatoer Seloeroeh Indonesia (PTSI) tahun 1950. Ketua pertama organisasi catur Indonesia ini adalah Dr. Suwito Mangkusuwondo. Pada waktu pendirian organisasi catur Indonesia ini di Jogjakarta, FKN Harahap masih berada di Belanda. Sebagaimana diketahui FKN Harahap baru pulang ke tanah air pada tahun 1951 (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor dengan pesawat KLM tiba Nederlandsch-Indie, 03-01-1951).

Di tanah air, FKN Harahap tetap aktif bermain catur dan tentu saja aktif mengikuti kejuaraan. Dalam fase ini tidak diketahui apakah FKN Harahap sudah berpartisipasi dalam kepengurusan PTSI.

Kemudian PTSI yang kemudian namanya disingkat Pertjasi (Persatoeaan Tjatoer Seloeroeh Indonesia) pada tahun 1955 melakukan kongres di Djakarta (De nieuwsgier, 22-08-1955). Menjelang kongres ini dilakukan kejuaraaan catur yang mana sebagai juara adalah Baris Hoetagaloeng (pegawai di de StanVac). Sebagaimana disebut De nieuwsgier, 22-08-1955 ini adalah kali kedua Baris Hoetagaloeng sebagai Juara Nasional. Tahun sebelumnya di Tegal, kini di Djakarta.  Dalam papan skor dari 13 pertandingan yang dimainkan Baris Hoetagaloeng meraih 10 poin.

Posisi kedua diikuti oleh Liem Hong Gie (usia masih 15 tahun, pelajar Kanisius College) dan Wotulo (siswa dari Makassar) yang masing-masing dengan 9 poin. Pada posisi keempat adalah Ang Tjin Seng, posisi kelima Arovah Bachtiar. Peserta lainnya adalah Sianturi, Simanungkalit dan Hoo Bian Kiat dan Haji Rachmat. Dalam kompetisi ini wasit dipimpin oleh Manaloe.  

Dari hasil Kongres Pertjasi terbentuk pengurus baru. Ketua Suratno Sastroamidjojo, Wakil Ketua Frits KN Harahap, Sekretaris Napis dan Iskandar, Bendahara Waas. Walikota Soediro telah menyatakan kesediaannya untuk mengambil posisi sebagai presiden kehormatan. Juga telah ditentukan  turnamen kejuaraan nasional akan digelar di Magelang pada tahun berikutnya dan memulai pada 8 April. Disebutkan sekretariat Pertjasi yang sekarang berkantor di Djalan Serang No. 5 Djakarta. Namun belum lama, pada tahun 1956 Ketua Pertjasi digantikan oleh FKN Harahap yang sebelumnya adalah Wakil Ketua. Selama kepengurusan FKN Harahap, Pertjasi menjadi anggota FIDE (Federation Internationale Des Echecs). FKN. Harahap menjabat sebagai Ketua Pertjasi hingga tahun 1964.

Pada tahun dimana FKN Harahap menjadi Pertjasi, di Medan terjadi promosi di struktur militer Sumatera Timur. Mayor Djamin Ginting dipromoasikan menjadi komandan. Posisi yang ditinggalkan Djamin Ginting diisi oleh Kapten Yunus Samosir. Sedangkan jabatan yang ditinggalkan Yunus Samosir sebagai kepala staf ditransfer kepada Kapten Marah Halim. Menurut Koran Het nieuwsblad voor Sumatra edisi 23-09-1954, ketiga perwira  ini sama-sama dinaikkan pangkatnya setingkat. Mayor Yunus Samosir penggemar catur dan Mayor Marah Halim penggemar berat sepakbola (gibol). Dalam karir dua perwira ini, Yunus Samosir (menjadi Letkol) di tarik ke Mabes AD (intelijen), sedangkan   Marah Halim (menjadi Letkol) menjadi Kasdam II/BB. Pangkat kedua tokoh militer Medan ini dinaikkan lagi menjadi Kolonel. Di Djakarta Kolonel Yunus Samosir dipilih menjadi Ketua Pertjasi tahun 1964 untuk menggantikan FKN Harahap. Lalu pada saat Kolonel Yunus Samosir mengakhiri jabatannya sebagai ketua Pertjasi (1967), Kolonel Marah Halim dipilih menjadi Gubernur Sumatra Utara dan pada tahun 1974 Gubernur Marah Halim memperkenalkan Marah Halim Cup (turnamen sepakbola). Marah Halim Harahap dan Frits Kilian Nicolas Harahap kampung halaman mereta bertetangga di dekat Kota Padang Sidempoean.

Java-bode, 26-08-1952
Era keemasan pecatur putra-putra Batak, seperti Baris Hutagalung di era 1950an tampaknya telah menyurut sehubungan dengan perubahan jaman. Anak-anak Batak yang sangat serius pada era Belanda, namun setelah era kemerdekaan anak-anak Tanah Batak ini tampaknya lebih menekankan perhatiannya pada bidang pendidikan?. Atau paling tidak, anak-anak Batak telah menurunkan derajat catur yang dulunya dianggap serius, kini menjadi semacam hiburan (bersenang-senang) belaka.

Tapi, catur tetaplah 'satur' bagi anak-anak Batak hingga masa kini. Sangat disayangkan, sejauh ini di era Percasi anak-anak Batak seharusnya tidak hanya minim memberi kontribusi yang hanya diwakili Cerdas Barus sebagai grandmaster. Untuk yang bergelar Master Internasional hanya diwakili oleh Nasib Ginting, Salor Sitanggang dan Chelsie Monica Ignesias Sihite (WGM).

Untuk sekadar dipahami, kisah tentang sejarah catur di Indonesia dimulai di Tanah Batak. Pengakuan ini tidak hanya bersumber dari koran-koran semata, tetapi juga dari buku yang ditulis oleh peneliti asing pada tahun 1905. Armin Van Oefele pada tahun 1905 telah menerbitkan buku yang mendeskripsikan tentang kebiasaan orang Batak dalam permainan catur yang ditulis dalam bahasa Jerman dengan judul ‘Das Schachspiel der Bataker’. Monograf ini sudah dikutip oleh banyak buku sejarah catur dunia.

Di era modern, buku sejarah catur di Indonesia penulisan sejarah catur Indonesia telah ditulis oleh seorang anak Depok, FKN Harahap--yang pertama menulis sejarah catur di Indonesia dengan judul: Sejarah Catur Indonesia. Buku ini diterbitkan pertama kali 1986 oleh Penerbit Angkasa Bandung. FKN. Harahap sendiri dulunya adalah salah satu pecatur klub pribumi 'Satoer Batak' di era Hindia Belanda. FKN Harahap adalah tergolong penulis hebat, puluhan buku dan artikel di suratkabar tentang catur telah ditulisnya. Pengabdiannya di dunia catur tiada bandingnya, FKN Harahap telah belajar catur sejak memasuki sekolah dasar, mengasah kemampuan di komunitas catur, klub ‘Satoer Batak’ di Batavia, menimba ilmu catur dan mengikuti turnamen catur ke negeri Belanda, dan masih menggeluti catur sampai umur tua. Di dalam buku yang berjudul ‘Di negeri penjajah: orang Indonesia di negeri Belanda, 1600-1950’ oleh Harry A. Poeze, nama FKN Harahap beberapa kali disebutkan. Dia adalah anak pribumi kedua yang pernah mengalahkan Juara Catur Belanda Dr. Euwe tahun 1933 di negeri Belanda (yang pertama, Si Hoekoem). Max Euwe Juara Catur Dunia 1935-1937. Anda ingin menulis sejarah baru catur Indonesia? Jangan lupa ada sejarah lama.

Asal-Usul FKN Harahap

Frits Kilian Nicolas Harahap, anak Depok telah memberi kontribusi dalam dunia catur Indonesia. Namanya akan tetap tertulis manis dengan tinta emas dalam Sejarah Catur Indonesia. FKN Harahap, anak Depok selama hidupnya, hanya sekali dilaporkan pulang kampung ke Tapanoeli, tempat kelahiran ayahnya Emil Harahap pada tahun 1926 (De Sumatra post, 10-11-1926). Saat itu Frits Harahap masih berumur 9 tahun. Dimanakah kampung asal FKN Harahap?

Bataviaasch nieuwsblad, 26-01-1915
Jos Harahap adalah salah satu pendeta pertama pribumi di Angkola (Algemeen Handelsblad, 13-09-1894). Salah satu anak Jos Harahap di Hoeta Simasom, Angkola (di lereng gunung Loeboek Raja dekat Kota Padang Sidempoean) diduga kuat adalah Emil Harahap (ayah dari FKN Harahap). Emil Harahap berangkat ke Depok untuk mengikuti sekolah pendeta. Namun tidak pernah kembali ke kampung halaman untuk menjadi pendeta. Akan tetapi menjadi pendeta di Depok bersama gurunya seorang Belanda D. Iken (pendeta di salah satu gereja di Depok, kini Gereja Pasoendan Depok dekat stasion), Pada tahun 1915 Emil Harahap bersama gurunya D. Iken menerbitkan buku Kamus Bahasa Melayu (Bataviaasch nieuwsblad, 26-01-1915). D. Iken sendiri adalah kepala sekolah pertama Seminari Depok yang dibuka tahun 1879 (De standaard, 18-10-1879). Pada tahun 1879 seminar dibuka dengan kursus empat tahun untuk pembentukan guru agama dan pendidik bagi penduduk pribumi. Seminari memiliki tiga puluh magang yang berasal dari Kalimantan, Battaklanden, Minahasa dan tempat-tempat lain di Jawa (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 15-05-1897).

De Telegraaf, 14-11-1900
Dalam perkembangannya, Emil Harahap bersama-sama teman-temannya di Batavia menggagas dan mendirikan Partai Masehi Indonesia (PMI) tanggal 13 Desember 1930 (Bataviaasch nieuwsblad, 20-12-1930). Emil Harahap menjabat sebagai Sekjen PMI Pusat. Pada tahun 1931 Emil Harahap menjadi salah satu dari dua kandidat untuk anggota dewan pusat Volksraad (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 21-01-1931). Tampaknya tidak berhasil yang lolos adalah Soetan Goenoeng Moelia, kandidat doktor (PhD) di Leiden. Pada tahun 1934 Emil Harahap menjadi anggota dewan kota (gemeenteraad) di Batavia (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 27-06-1934). Emil Harahap dan Soetan Goenoeng Moelia sama-sama kelahiran Angkola (ibukota Padang Sidempoean). Berdasarkan data tahun 1900 jumlah Kristen di Angkola diperkirakan (hanya) sebanyak 116 orang. Pada tahun 1862 misionaris Belanda dan misionaris Jerman membuat kesepakatan bahwa Angkola menjadi wilayah misi Belanda, sedangkan Sipirok dan Silindoeng menjadi wilayah misi Jerman. Sebagaimana diketahui pada tahun 1870 Depok menjadi pusat misi Belanda untuk seluruh Hindia Belanda, salah satu wilayah misinya adalah Angkola. Riwayat inilah yang diduga mengapa Emil Harahap disekolahkan ayahnya ke Seminari di Depok, tetapi Emil (ayah FKN Harahap) sendiri tidak pernah kembali ke kampung halaman di Angkola. Emil Harahap telah menjadi bagian 'Diaspora Padang Sidempoean' dari Afdeeling Padang Sidempoean (kini Tapanuli Bagian Selatan, Tabagsel).

Medan masih kampung, Padang Sidempoean sudah kota
Kisah Emil Harahap dengan anaknya FKN Harahap ini dalam Diaspora Padang Sidempoean tidak sedikit. Untuk sekadar contoh: Djamin Harahap (anaknya lahir di Medan, 1905 Amir Sjarifoeddin, Pernana Menteri RI dan anaknya yang lahir di Sibolga, 1910, Arifin Harahap, Menteri Perdagangan RI); Mangaradja Siregar, seorang djaksa (anaknya lahir di Medan 1906, Mr. Abdul Abbas, Anggota PPKI dan Residen Lampoeng); Abdul Malik Batubara (anaknya lahir di Pemtang Siantar, 1917 Adam Malik, Wakil Presiden RI); Haroen Al Rasjid Nasoetion (anaknya yang pertama lahir di Padang, 1903 Ida Loemongga, Perempuan Indonesia bergelar Doktor (PhD) dan anaknya yang keempat lahir di Sibolga, 1910 Gele Haroen, Residen Pertama Lampoeng); Karim Harahap (anaknya lahir di Sarolangoen, Djambi, 1905 Abdul Hakim, Wakil Pernana Menteri dan Gubernur Sumatra Utara); Dr. Abdoel Hakim Nasoetion, Wali Kota Pertama Kota Padang (anaknya lahir di Padang, 1905 Egon Nasoetion, menantu MH Thamrin, tokoh PRRI bersama Sumitro Djojohadikoesoemo); Dr, Radjamin Nasution, Wali Kota Pertama Surabaya (anaknya lahir di Batavia, 1914 Letkol Irsjan Nasution, tokoh perang kemerdekaan di Surabaya); Dr. Anwar Nasoetion (anaknya lahir di Batavia, 1932, Andi Hakim Nasoetion, Rektor IPB Bogor); Muhamad Thaib (anaknya lahir di Banda Atjeh, 1903 SM Amin Nasution, Gubernur Sumatra Utara); Marah Hoesin (anaknya lahir di Soengai Penoeh, Djambi 1922 Mochtar Lubis, tokoh pers Indonesia); Soetan Koemala Martoea Siregar (anaknya lahir di Soengai Karang, Deli 1922 Sakti Alamsjah, Pendiri surat kabar Pikiran Rakyat Bandoeng); Parada Harahap, Ketua KADIN Batavia, mentor Soekarno. Hatta dan Amir (anaknya lahir di Batavia 1927, Mr. Aida Dalkit Harahap. Perempuan ahli hukum pertama orang Batak); Ismail Harahap, apoteker alumni Batavia (anaknya lahir di Soerabaya, 1943 Andalas Datoe Oloan Harahap alias Ucok AKA, Rocker Indonesia); Aden Lubis, guru (anaknya lahir di Banda Atjeh 1923, Kolonel Zulkifli Lubis, Kepala Intelijen RI Pertama); Soetan Martoea Radja Siregar, guru (anaknya lahir di Taroetoeng 1920, Letkol Mangaradja Onggang Parlindoengan, Kepala PINDAD Bandoeng yang pertama); Sorip Tagor Harahap, alumni sekolah kedokteran hewan di Buitenzorg dan pendiri Sumatranen Bond di Belanda (anak-anaknya lahir di West Java dan cucu-cucunya antara lain Risty dan Inez Tagor. Last but not least: Djames Harahap, bankir (anak-anaknya lahir di Sibolga, Erwin Harahap dan Rinto Harahap yang membentuk grup musik The Mercy’s). Djames Harahap (ayah Erwin Harahap dan Rinto Harahap) dan Emil Harahap (ayah FKN Harahap) memiliki garis silsilah dari leluhur yang sama..

Emil Harahap dan Dr. Sardjito

Pada awal tulisan belum dijelaskan siapa Emil Harahap. Sejatinya guru catur LE Loen adalah Emil Harahap, ayah dari FKN Harahap. Emil Harahap selain seorang pendeta juga adala seorang pecatur handal. Bakat FKN Harahap menurun dari ayahnya, Emil Harahap. Anak-Bapak ini keduanya sama-sama pendeta juga sama pemain catur.

Seperti diberitakan Bataviaasch nieuwsblad, 21-08-1926 pertandingan antara klub catur ‘Jong Batak’ dan klub catur ‘Skakmat’ di Batavia yang diadakan di Waterloo (lapangan Banteng yang sekarang) berakhr imbang (7 ½ vs 7 ½). Pada tim Jong Batak terdapat nama E. Harahap adalah tidak lain dari Emil Harahap (ayah FKN Harahap). Emil Harahap kalah dari Popkens Brouwer.     

Bataviaasch nieuwsblad, 21-08-1926
Lantas siapa Dr. Sardjito yang menjadi bagian dari tim catur ‘Skakmat’. Dalam pertandingan melawan tim catur ‘Jong Batak’. Dr. Sardjito  mengalahkan S. Siregar. Dr. Sardjito adalah alumni sekolah kedokteran STOVIA tahun 1915. Sardjito diangkat sebagai dokter di dinas kesehatan kota (Burgerlijke Geneeskundige Dienst) di Batavia (Bataviaasch nieuwsblad, 29-06-1915). Dr. Sardjito kemudian melanjutkan studi kedokteran ke Belanda (Bataviaasch nieuwsblad, 07-12-1920).

Dr. Sardjito berhasil meraih gelar sarjana kedokteran di Universiteit Amsterdam pada bulan Juni 1921 (Algemeen Handelsblad, 22-06-1921). Dr. Sardjito mengajukan proposal untuk tingkat doktoral. Dr. Sardjito akhirnya lulus ujian tingkat doktotal dan meraih gelar doktor (Ph.D) di bidang kedokteran (Het Vaderland : staat- en letterkundig nieuwsblad, 11-07-1923). Disebutkan Dr. Sardjito lahir di Madioen berhasil mempertahankan desertasi di Universiteit Leiden berjudul ‘Immunisatie tegen bacillaire dysenterie door middel van de baéteriophaag antidysénteria Shiga-Kruse’.

Dr. Sardjito, Ph.D kembali ke tanah air tanggal 13 September 1924 dengan kapal Grotius dari pelabuhan Amsterdam menuju Batavia ((Het Vaderland : staat- en letterkundig nieuwsblad, 12-09-1924). Tidak lama setelah tiba di Batavia, Dr. Sardjito, Ph.D diangkat sebagai dokter pemerintah (gouvernment arts) (Algemeen Handelsblad, 04-12-1924). Dr. Sardjito, pemain catur, kelak lebih dikenal sebagai rektor pertama Universitas Gadjah Mada (UGM).


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

2 komentar:

  1. Artikel menarik. Apakah saya bisa mendapatkan dokumen² aslinya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sumbernya sudah disebut dalam artikel

      Hapus