*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Selama
ini, saya kira hanya saya sendiri, sorangan yang menggunakan teori permukaan
(rupa) bumi Nusantara dalam memahami sejarah Indenesia. Dengan teori rupa bumi
ini saya telah menulis seratusan artikel dalam blog ini, termasuk penentuan posisi GPS kraton Madjapahit. Satu penemuan
terpenting saya dengan menggunakan teori rupa bumi itu adalah berhasil
membuktikan posisi GPS pulau Taprobana (peta 150 M) yang telah diperdebatkan
sejak abad ke-16 hingga ini hari. Pulau Taprobana itu adalah pulau Kalimantan
di Indonesia (lihat Sejarah Menjadi Indonesia (77): Taprobana adalah Borneo;
Kapuas, Kahayan, Barito. Mahakam, Kayan, Sugut Pulau Kalimantan).
Indonesia, sebuah negara kepulauan
di Asia Tenggara berada di garis khatulistiwa (diantara benua Asia dan Australia,
antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.). Sebagian besar wilayah Indonesia
sangat tidak stabil, menjadi pertemuan dari beberapa lempeng tektonik, seperti Lempang
Indo-Australia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Eurasia, terletak di Cincin Api
Pasifik, banyak gunung berapi dan sering mengalami gempa bumi. Busur vulkanik
mulai dari Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Kepulauan Banda di Maluku
hingga ke timur laut Sulawesi. Sekitar 400 gunung berapi, kurang lebih 130 di
antaranya masih aktif. Wilayah terluas keempat negara kepulauan terbesar di
dunia dengan luas 1.904.569 km2, pulau terbanyak keenam di dunia, 17.504 pulau.
Pulau-pulau besar Sumatra, Jawa, Kalimantan (berbagi dengan Malaysia dan Brunei
Darussalam), Sulawesi, dan Papua (berbagi dengan Papua Nugini). Penduduk
terbanyak keempat di dunia mencapai 270.203.917 jiwa tahun 2020, negara
berpenduduk Muslim terbanyak di dunia lebih dari 230 juta jiwa. Sejarah
dipengaruhi oleh bangsa-bangsa pendatang, wilayah perdagangan penting sejak
abad ke-7, yaitu sejak berdirinya Kedatuan Sriwijaya, sebuah kemaharajaan
Hindu–Buddha yang berpusat di Palembang. Terdiri dari suku bangsa, bahasa, dan
agama. Kelompok etnik sekitar 1.340 suku. Banyak penduduk Indonesia yang
mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari kelompok suku yang lebih
spesifik, misalnya Jawa, Sunda, Melayu, Batak, Madura. Memiliki lebih dari 700
bahasa daerah, Sebagian besar bahasa daerah tersebut termasuk dalam rumpun
bahasa Austronesia, dan di samping itu, ada lebih dari 270 bahasa Papua.
Menurut jumlah penuturnya, bahasa daerah yang paling banyak digunakan
sehari-hari secara berturut-turut adalah Jawa, Sunda, Melayu, Madura, Batak,
Minangkabau, Bugis, Betawi, dan Banjar. Ada enam agama resmi: Islam, Protestan,
Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu: Saat ini, Indonesia terdiri 34 provinsi,
416 kabupaten dan 98 kota, 7.024 daerah kecamatan, 81.626 desa/kelurahan.(Wikipedia)
Lantas
bagaimana sejarah Rupa Bumi Nusantara Zaman Kuno? Seperti disebut di atas, ternyata yang mengusung teori rupa bumi
dalam analisis sejarah tidak hanya saya sendiri, sorangan, Ada seorang peneliti
yang terlebih dahulu menggunakan teori rupa bumi tersebut yakni V Obdeijn. Lalu
bagaimana sejarah rupa bumi nusantara zaman kuno? Seperti kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.