Kamis, 05 Mei 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (572): Pahlawan Indonesia-Nama Asal dan Posisi GPS Candi Borobudur; Zaman Kuno vs Zaman Now

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Borobudur adalah salah satu nama candi besar di Indonesia. Sebagai nama besar di Indonesia, namanya hingga hari ini masih pertanyaan bagi para peneliti. Tidak hanya itu, bagaimana candi besar itu dibangun pada masa lampau juga masih pertanyaan bagi para peneliti. Mungkin satu pertanyaan yang belum dinyatakan, tetapi menjadi pertanyaan dalam artikel ini adalah dimana posisi alam candi Borobudur pada masa-masa permulaan? Lalu apakah tinggi dan lebar candi  Borbudur masa ini sama dengan masa permulaan?

Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Candi dengan banyak stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia, sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang di atasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia. Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca Buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma). Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam. Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran (perbaikan kembali). Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun waktu 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia. Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Terkait kepariwisataan, Borobudur adalah objek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.
(Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah candi Borobudur? Seperti disebut di atas, ada beberapa pertanyaan yang muncul sejak dari dulu tetapi masih kerap ditanyakan hingga ini hari. Beberapa pertanyaan baru muncul lagi. Pertanyaan terhadap nama besar dan monumen besar tentulah menarik dan perlu mendapatkan jawaban menarik. Lalu bagaimana sejarah candi Borobudur? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan Candi Borobudur: Nama Asal Candi Borobudur

Candi Borobudur dihubungkan dengan (agama) Budha di (pulau) Jawa bagian tengah. Candi Budha lainnya adalah Mendut, Pawon, Ngawen, Sewu, Lumbung, Sojiwan, Bogang dan candi Bubrah. Candi Budha klainnya terdapat di Jawa bagian timur. Seperti disebut di atas candi Borobudur, di wilayah Magelang dibangun sekitar tahun 800-an. Nama Borobudur adalah pelafalan orang Jawa yang dicatat oleh orang Eropa. Seperti apa nama yang sebenarnya masih perdebatan. Salah satu peneliti yang memberi pendapat soal nama Borobudur adalah Willem Frederik Stutterheim.

Willem Frederik Stutterheim adalah murid dari Nicolaas Johannes Krom. Sebagaimana diketahui NJ Krom adalah orang Belanda pertama yang meneliti perihal kepurbakalaan, khususnya di Jawa. WF Stutterheim menyatakan asal nama Borobudur adalah vihoro (biara, vihara) dan boedoer sebagai verschijnen, zich gedeeltelijk laten zien (muncul, untuk menunjukkan diri sebagian) yang mengacu pada bahasa Melayu Minangkabauu boedoea (lihat Bataviaasch Stutterheim, W.F. 1929). Dibanding peneliti lain, pendapat WF Sutterheim ini, sangat khas. yang menjadi menarik perhatian saya. Jika digabungkan dapat diartikan biara atau vihara di atas tonjolan atau di atas bukit. Ini relevan dengan kesimpulan yang saya buat pada artikel lain di blog ini.  

Secara teoritis tidak lazim suatu vihara diberinanama. Nama Borobudur, sesuai penafsiran WF Stutterheim nama Borobudur adalah nama identifikasi penduduk secara turun-temurun di sekitar tentang sebuah biara/vihara di tempat tertentu (dipermukaan yang muncul atau di atas bukit).

Jika  WF Stutterheim berpendapat demikian, tentu saja ada kesulitannya. WF Stutterheim tidak mempertimbangkan posisi vihara di atas bukit. Bagaimana membawa atau mengangkat batu-batu besar ke puncak bukit dalam fase kontruksi vihara. Tentu teori WF Stutterheim akan mudah dianulir..

Dalam hal ini teori WF Stutterheim sangat lemah karena adanya rintangan ketinggian ke atas bukit untuk membawa material yang sangat berat yang sulit dijelaskan. Kelemahan lainnya teori WF Stutterheim ini adalah bagaimana menghubungkan kata budua yang lestari di Minangkabau dengan tempat dimana candi berada sangat jauh di Jawa bagian tengah.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Nama dan Posisi GPS Candi Borobudur Zaman Kuno: Teori WF Stutterheim Tidak Sempurna

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar