Kamis, 23 Desember 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (310): Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta); Kolonel Ventje Sumual

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Perlawanan Republik Maluku Selatan (RMS) sejak 1950 terhadap Republik Indonesia Sarikat (RIS) berbeda dengan perlawanan PRRI (di Sumatra Tengah) sejak 1956 dan Permesta (di Sulawesi Utara) sejak 1957 terhadap pemerintah Republik Indonesia (RI). Permesta sebagai sebuah gerakan militer di Indonesia dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual.

Perjuangan Semesta atau Perjuangan Rakyat Semesta disingkat Permesta adalah sebuah gerakan militer di Indonesia. Gerakan ini dideklarasikan oleh pemimpin militer dan sipil Indonesia bagian timur pada tanggal 2 Maret 1957. Pusat gerakan ini mulanya berada di Makassar yang pada waktu itu merupakan ibu kota Sulawesi. Namun perlahan-lahan dukungan di Sulawesi Selatan mulai hilang sehingga pada 1957 markas Permesta dipindahkan ke Manado di Sulawesi Utara. Di sini timbul kontak senjata dengan pasukan pemerintah pusat sampai mencapai gencatan senjata pada tahun 1961. Pemberontakan PRRI di barat dan Permesta di timur menumbuhkan berbagai macam alasan. Utamanya bahwa kelompok etnis tertentu di Sulawesi dan Sumatra Tengah waktu itu merasa bahwa kebijakan pemerintahan dari Jakarta stagnan pada pemenuhan ekonomi lokal mereka saja, dimana dalam gilirannya membatasi setiap kesempatan bagi pengembangan daerah regional lainnya. Juga ada rasa kebencian terhadap kelompok suku Jawa, yang merupakan suku dengan jumlah terbanyak dan berpengaruh dalam negara kesatuan Indonesia yang baru saja terbentuk. Ketidakseimbangan terjadi karena ajang politik Indonesia terpusat di pulau Jawa, sedangkan sumber-sumber perekonomian negara lebih banyak berasal dari pulau-pulau lain. Efeknya konflik ini sedikit menyoal pikiran tentang pemisahan diri dari negara Indonesia, tetapi lebih menitikberatkan tentang pembagian kekuatan politik dan ekonomi yang lebih adil di Indonesia.(Wikipedia).:

Lantas bagaimana sejarah Permesta? Seperti disebut di atas, Permesta (Perjuangan Rakyat Semesta) sebuah gerakan militer di Indonesia, gerakan yang dideklarasikan tanggal 2 Maret 1957 yang dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual. Lalu bagaimana hal itu bisa terjadi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 22 Desember 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (309): Pahlawan Nasional Robert Wolter Mongisidi; Sejarah Negara Indonesia Timur (NIT) 1946-1950

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Robert Wolter Mongisidi adalah pahlawan Indonesia yang telah ditabalkan menjadi Pahlawan Nasional. Ketika banyak pemimpin lokal bergabung dengan kehadiran Belanda (NICA) dan terbentuk Negara Indonesia Timur (NIT), Robert Wolter Monginsidi termasuk salah satu yang kuat menentangnya. Perlawanannya harus dibayar mahal, Robert Wolter Monginsidi dieksekusi oleh KNIL pada tanggal 5 September 1949.

Robert Wolter Mongisidi atau sering salah ditulis sebagai Robert Wolter Monginsidi (14 Februari 1925 – 5 September 1949) adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia sekaligus pahlawan nasional Indonesia. Robert dilahirkan di Malalayang (sekarang bagian dari Manado), anak ke-4 dari Petrus Mongisidi dan Lina Suawa. Dia memulai pendidikannya pada 1931 di sekolah dasar berbahasa Belanda Hollands Inlandsche School atau (HIS) kemudian dilanjutkan sekolah menengah MULO di Frater Don Bosco di Menado. Mongisidi lalu dididik sebagai guru Bahasa Jepang pada sebuah sekolah di Tomohon. Setelah studinya, dia mengajar Bahasa Jepang di Liwutung, Minahasa, dan Luwuk, sebelum ke Makassar, Celebes. Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan saat Mongisidi berada di Makassar. Namun, Belanda berusaha untuk mendapatkan kembali kendali atas Indonesia. Mongisidi yang tidak menerima kedatangan Belanda, menjadi terlibat dalam perjuangan melawan NICA di Makassar. Pada tanggal 17 Juli 1946, Mongisidi dengan Ranggong Daeng Romo dan lainnya membentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS). Dia ditangkap oleh Belanda pada 28 Februari 1947, tetapi berhasil kabur pada 27 Oktober 1947. Belanda menangkapnya kembali dan kali ini Belanda menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Mongisidi dieksekusi oleh tim penembak pada 5 September 1949. Makamnya kemudian dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Panaikang Makassar pada 10 November 1950  (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Robert Wolter Monginsidi? Seperti disebut di atas, Robert Wolter Mongisidi adalah salah satu pejuang Indonesia yang menentang kehadiran Belanda (NICA) pada periode 1946-1949. Lalu bagaimana sejarah Robert Wolter Mongisidi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (308): Pahlawan Nasional LN Palar, Sang Diplomat; Sejarah SDAP Partij di Indonesia dan Belanda-NIP

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

LN Palar adalah seorang pahlawan Indonesia yang telah ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional. LB Palar tidak terlalu dikenal luas seperti Ratulangi dan Maramis. Hal itu boleh jadi karena sejarah LN Palar sendiri kurang terinformasikan. Sebagai Pahlawan Nasional, tentu saja penulisan sejarah LN Palar masih diperlukan.

Lambertus Nicodemus Palar (5 Juni 1900 – 13 Februari 1981). menjabat sebagai diplomat (dubes) termasuk sebagai perwakilan Indonesia PBB. Ayah Gerrit Palar, penilik sekolah dan ibu Jacoba Lumanauw. Palar telah dianugrahi gelar Pahlawan Nasional pada tanggal 8 November 2013. Palar masuk sekolah MULO di Tondano, kemudian AMS B di Yogyakarta. Di AMS B Yogyakarta menjadi anggota organisasi pemuda Jong Minahasa. Pada tahun 1922, Palar `meneruskan ke THS te Bandoeng namun sekitar satu tahun. karena sakit, Palar menghentikan kuliahnya dan kembali ke Minahasa. Palar bekerja di KPM. Pada tahun 1924 Palar kembali kuliah (di Rechtshoogeschool te Batavia). Pada tahun 1928, Palar pindah ke Belanda. Pada tahun 1930, Palar menjadi anggota Sociaal-Democratische Arbeiders Partij (SDAP). Palar menjabat sebagai sekretaris Komisi Kolonial SDAP dan Nederlands Verbond van Vakverenigingen (NVV) mulai Oktober 1933. Dia juga adalah direktur Persbureau Indonesia di Belanda. Pada tahun 1938, Palar sempat pulang ke tanah air bersama isterinya, Johanna Petronella Volmers yang dinikahi pada tanggal 26 Juni 1935. Selama pendudukan Jerman di Belanda Palar bekerja di laboratorium Van der Waals dan juga bekerja sebagai guru bahasa Melayu dan sebagai gitaris orkestra keroncong. Sementara perang, Palar dan istrinya tergabung dalam gerakan bawah tanah anti-Nazi. Setelah perang, Palar terpilih menjadi anggota Tweede Kamer dari partai Partij van de Arbeid (PvdA), sebuah partai baru yang bermula dari SDAP. Palar kemudian mengundurkan diri sebagai anggota parlemen dan anggota PvdA. Palar bergabung dengan usaha pengakuan internasional kemerdekaan Indonesia dengan menjadi Wakil Indonesia di PBB pada tahun 1947. Posisi ini dijabatnya sampai tahun 1953 (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah LN Palar? Seperti disebut di atas, LN Palar dapat dikatakan salah aktivis SDAP baik di Hindia Belanda (baca: Indonesia) maupun di Belanda. LN Palar pernah menjadi perwakilan pemerintah Indonesia di New York. Lalu bagaimana sejarah LN Palar? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 21 Desember 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (307): Pahlawan Nasional Arnold Mononutu; Sekolah Docter Djawaschool, STOVIA hingga GHS Batavia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Nama Arnold Mononutu tidak seterkenal AA Maramis dan Sam Ratulangi. Namun yang jelas Arnold Mononutu adalah Pahlawan Indonesia yang telah ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional. Sudah  barang tentu sejarahnya ditulis. Jadi, mengapa sejarahnya ditulis kembali? Sebagai Pahlawan Nasional, narasi sejarahnya haruslah ditulis selengkap mungkin. Sejarah adalah narasi fakta dan data. Sejauh data baru ditemukan, narasi sejarah Arnold Mononutu haruslah dilengkapi.

Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu atau Arnold Mononutu (4 Desember 1896-5 September 1983) adalah pahlawan nasional,  pernah Menteri Penerangan, anggota Majelis Konstituante dan rektor Universitas Hasanuddin serta dubes pertama untuk Tiongkok. Arnoldus Mononutu lahir di Manado, ayah Karel Charles Wilson Mononutu dan ibu Agustina van der Slot. Baik ayah dan kakeknya adalah tokoh terkemuka. Ayahnya seorang pegawai negeri (ambtenaar). Kakeknya bernama Arnold Mononutu adalah orang Minahasa pertama studi di dokter pribumi (STOVIA). Saat Mononutu usia dua tahun, ayahnya ditugaskan ke Gorontalo dan sekolah di ELS Gorontalo yang kemudian dilanjutkan di Manado. Pada tahun 1913, Mononutu melanjutkan studi ke HBS di Batavia dimana ia bertemu dan berteman dengan AA Maramis dan Achmad Subardjo. Pada tahun 1920, Mononutu berangkat studi ke Belanda. Setelah beberapa tahun mengambil kursus persiapan untuk mendaftar di universitas, ia memutuskan untuk mendaftar di Akademi Hukum Internasional Den Haag (Académie de droit internasional de La Haye di Den Haag). Pada awalnya, Mononutu tidak memiliki jiwa nasionalisme, namun, setelah bergabung di Perhimpunan Indonesia (Indische Vereeniging) di Belanda, rasa nasionalisme mulai tumbuh. Dia menjadi lebih terlibat dalam organisasi dan terpilih sebagai wakil ketua pada periode yang sama dimana Mohammad Hatta terpilih sebagai bendahara. Ketika Soekiman Wirjosandjojo menjadi ketua Perhimpunan Indonesia, Mononutu diminta untuk mewakili organisasi hadir dalam forum organisasi-organisasi mahasiswa di Paris. Mononutu kembali ke Indonesia pada bulan September 1927.(Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Pahlawan Nasional Arnold Mononutu? Seperti disebut di atas, Arnold Mononutu berasal dari Minahasa (Manado) dan melanjutkan pendidikan di Jawa (Batavia). Lalu bagaimana sejarah Arnold Mononutu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.