Rabu, 20 Desember 2017

Sejarah Makassar (2): Sejarah Sepak Bola di Makassar Bermula 1909; MVB Lahir 1915, PSM dan Pembangunan Stadion Mattoangin

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini


Sepak bola di Makassar bukanlah baru. Bahkan sepak bola sudah ada sebelum tahun 1915. Klub pertama di Makassar adalah Prosit. Klub Prosit didirikan oleh orang-orang Eropa/Belanda pada tahun 1909 di Makassar. Klub Prosit termasuk salah satu klub di Makassar yang ikut membentuk Makassar Voetbal Bond (Perserikatan Sepak Bola Makassar) pada tahun 1915. Sejak adanya MVB (Makassar Voetbal Bond) sepak bola di Makassar berkembang pesat.

Ke-XI di Makassar, 1919
Pada tahun 1919 di Makassar diadakan suatu kompetisi (turnamen) di bawah naungan MVB. Turnamen ini disebut Poeasa Beker. Pemenang turnamen ini adalah kesebelasan dari Kweekschool voor Inlandsche Schepelingen van de Koninklijke Marine (Sekolah Pelatihan Angkatan Laut). Dari 11 pemain yang tampak dalam foto di sebelag, hanya dua orang yang Eropa/Belanda. Gamabaran komposisi tim seratus tahun lalu seakan tampak berulang pada Liga-1 tahun1917 dimana duo Belanda terdapat pada Klub PSM Makassar: Pluim (postur tinggi) dan Klok (postur sedang).

Pada masa ini, klub sepak bola terkenal di Makassar adalah PSM (Persatuan Sepak Bola Makassar). PSM mengklaim didirikan pada tahun 1915. Ini berarti tahun pendirian PSM sama dengan berdirinya MVB (Makassar Voetbal Bond). Apakah PSM sama dengan MVB?  Jika pertanyaan itu benar, maka PSM adalah klub tertua di Indonesia pada saat ini. Tentu saja ini menarik untuk diperhatikan. Mari kita telusuri.

Prosit, Klub Pertama di Makassar

Kapan sepak bola muncul dan menjadi demam sepak bola di Makassar kurang terinformasikan. Seseorang menulis di surat kabar Soerabaijasch handelsblad,30-07-1898 mengindikasikan bahwa sepak bola di Makassar belum ada tahun 1898 tetapi ada keinginan sejumlah orang (paling tidak si penulis tersebut) untuk memperkenalkan sepak bola sebagai bagian dari permainan yang dapat dilakukan di lapangan terbuka untuk mendampingi pacuan kuda di Makassar.

Pertandingan sepak bola kali pertama dilaporkan di Nederlandsch Indie (baca: Indonesia) pada tahun 1893 di Medan antara kesebelasan Deli (Belanda) dengan kesebelasan Penang (Inggris). Di Batavia pertandingan sepak bola dilaporkan kali pertama tahun 1896. Di Soerabaja pada tahun 1898 dan di Bandoeng 1904 serta di Semarang tahun 1906.

Klub Prosit adalah klub pertama yang didirikan di Makassar. Klub Prosit ini didirikan pada tahun 1909 (lihat Soerabaijasch handelsblad, 17-06-1939). Klub Prosit adalah klub yang dibentuk oleh orang-orang Eropa/Belanda. Klub kedua adalah Excelsior pada tahun 1914. Klub ini adalah vereeniglng van Chineezen. Pada tahun 1916 Makassaarsche Roode Vischjes (MRV) didirikan (lihat De Preanger-bode, 25-06-1921).

Klub pertama kali didirikan di Batavia. Klub tersebut bernama Bataviasch Voetbal Club. Lalu kemudian di Soerabaja dan di Medan serta Bandoeng.

Pada akhir tahun 1916 di Makassar dibentuk perserikatan sepak bola yang disebut Makassaarschen Voetbalbond (MVB). Perserikatan sepak bola Makassar ini dilaporkan kali pertama tahun 1916 (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 30-03-1916). Pada tahun 1916 klub Soerabaja, Quick melakukan lawatan ke Makassar.

Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 30-03-1916) yang memberitakan klub Quick dari Soerabaja akan melakukan lawatan ke Makassar yang diselenggarakan oleh Makassaarschen Voetbal Bond.  Pertandingan pertama melawan Inland Society Priaji lalu melawan kombinasi orang Eropa, Cina dan Pribumi, dan terakhir melawan asosiasi Eropa Prosit.

Makassaarschen Voetbal Bond pada tahun 1917 menyelenggarakan kompetisi dan kualitasnya sudah mulai tampak pada tahun 1919. Namun disebutkan sangat disayangkan prestasi pemain atau klub hanya dirasakan di lingkungan mereka sendiri (di Makassar). Pengujian kualitas dengan melawat tim lain di wilayah lain tampaknya belum pernah dilakukan.
.
De Preanger-bode, 25-06-1921: ‘Sport Makassaarsche Roode Vischjes (MRV). Mengenai asosiasi sepak bola yang disebutkan di atas (MRV), akan memainkan beberapa pertandingan sepak bola [kompetisi] di bulan depan. Kami mempelajari hal tersebut sebagai berikut: Didirikan pada tahun 1916, semangat pertama persatuan dirayakan dengan cara yang mulia di Societeit Soranus, yang mana dalam acara tersebut hadir juga Mr Dimbrink, Wali Kota Makasser, yang merupakan pelindung dari Makassaarschen Voetbal Bond.  Pada tahun 1917 dimulai kompetisi Makasser, meski masih memerlukan perbaikan, bagaimanapun, mutu kompetisi telah meningkat pada tahun 1919. Beberapa kendala adalah dalam kompetisi Makasser karena permainan dilakukan sore dan terjadi hujan, sejumlah pertandingan telah hilang namun asosiasi terus berupaya untuk merapikan. Juara kompetisi [MRV] saja yang memiliki rata-rata gol yang lebih baik. Tidak banyak yang bisa dikatakan tentang para pemain itu sendiri di sini, karena bahkan hampir semua pemain (MRV) yang aktif hanya menikmati latihan dan pertandingan sepak bola mereka [terbatas] di Makasser. [Hanya] kiper juara kompetisi yang sekarang adalah adalah ex pemain Sparta (Bandoeng) Eibers yang sudah tidak asing lagi di lapangan sepak bola [di] Jawa. Kompetisi Makassar berikut akan memulai pertandingan pada tanggal 9 Juli di Makasser. Para pemain adalah Meyer adalah ketua MRV, Mr. Fransz, Eibers, W. de Greve, W. Mesman, P. de Greve, Mackertich, H Brandes, E. Frissart, Tulleners, L. de Kater, J. Voll, Han Boen Hin, Sanger, Scheers, RW Bax dan Bit’.

Koneksi sepak bola Soerabaja dan sepak bola Makassar muncul kembali pada tahun 1921 (De Preanger-bode, 14-07-1921). Disebutkan klub THOR Surabaja kedatangan tamu, tim sepak bola dari Makassar (hasil 3-1). Tim ini tidak disebut namanya. De Preanger-bode, 14-07-1921 juga melaporkan pertandingan antara tim dari Makassar dengan klub Krokodillen di Surabaya (dengan skor 1-1). Kunjunga klub sepak bola Makassar pada tahun 1921 ini seakan jawaban terhadap kunjungan balasan klub sepak bola Quick yang melawat ke Makassar pada tahun 1916.

Divisi Perserikatan di Medan, 1907 dan 1908
Meski kunjungan klub dari Jawa kurang intens melawat ke Makassar (atau sebaliknya), sepak bola di Makassar juga ditemukan berita yang mengabarkan kedatangan kesebelasan dari Australia (lihat Bataviasch nieuwsblad, 05-06-1928); keseelasan dari Manila, Philipino’s (Bataviasch nieuwsblad, 23-05-1935). Ini menggambarkan meski terpencil secara domestik dengan Jawa (jarak terdekat Soerabaja), tetapi secara internasional cukup terbuka. Hal ini juga yang dialami oleh tim-tim di Medan. Nyaris tidak pernah ditemukan tim terdekat dari Jawa di Batavia yang melawat ke Medan (kecuali Docter Djawa Club yang berkunjung ke Tapanoeli Voetbal Club di Medan pada tahun 1909). Meski demikian, sejak tahun 1893 kesebelasan Medan, Deli secara berkala saling mengunjungi dengan klub-klub di Penang dan di Singapora (Inggris).

Interkoneksi sepak bola di Jawa yang bermula tahun 1904 ketika klub dari Batavia bertandang ke Bandoeng, lalu klub dari Batavia ke Semarang, klub dari Semarang ke Bandoeng dan Soerabaja. Demikian sebaliknya klub dari Soroebaja ke Semarang dan klub Semarang ke Bandoeng, serta klub-klub di Batavia kedatangan tamu dari Bandoeng dan Semarang. Saling mengunjungi klub-klub ini semakin intens sejak diadakannya kejuaran antara kota se-Jawa (Kejuaraan Antar Perserikatan) yang dimulai tahun 1914 di Semarang (1815 di Batavia, 1916 di Soerabaj, 1917 di Semarang dan 1918 di Bandoeng).

Pada kejuaraan tahun 1918 di Bandoeng muncul ide pembentukan perserikatan nasional Nedeerlandsch Indie Voetbal Bond (NIVB). Sasaran pembentukan perserikatan nasional ini paling tidak menyatukan sepak bola di Jawa dengan di Sumatera (Medan) dan di Sulawesi (Makassar). Namun program ini secara defacto tidak pernah terlaksana karena faktor jarak dengan Medan dan Makassar. Meski demikian, secaera dejure Makassar dan Medan anggota NIVU tetapi kedudukannya karena tidak ikut kompetisi karena jauh hanya sebagai donatur (lihat Soerabaijasch handelsblad, 15-04-1935). Di antara pegiat sepak bola di Jawa pernah muncul keretakan sehingga muncul organisasi baru yang disebut NIVU (Nedeerlandsch Indie Voetbal Unie). Pada tahun 1938 NIVU yang diakui FIFA (saat itu juga sudah eksis PSSI) untuk berpartisipasi dalam Kejuaraan Dunia di Prancis. Seleksi tim nasional hanya berdasarkan seleksi di Jawa saja (Makassar dan Medan tidak disertakan karena faktor jarak). Pada saat uji coba terakhir timnas versi NIVU, singgah di Medan sebelum ke Prancis. Timnas NIVU ini malah dikalahkan kesebelasan Medan dengan skor 4-1.

Klub Tertua di Indonesia
Dengan demikian, sebelum berakhirnya era kolonial Belanda intensitas sepak bola nasional berpusat di regional Jawa. Regional Sulawesi dan Sumatra tumbuh dan berkembang sendiri. Makassar sebagai kota pertama sepak bola di Sulawesi sejak 1909 (dan bagian timur) menjadi pusat sebagai tujuan utama klub-klub yang muncul di Pare-Pare, Bone, Manado dan Ambon. Hal ini juga yang pernah dialami di Sumatra yang berpusat di Medan dimana gairah sepak bola sudah muncul sejak 1893, klub-klub dari Padang, Sibolga dan Pematang Siantar menganggap Medan sebagai pusat tujuan pertandingan. Apa yang kita lihat pada masa ini (Liga-1 tahun 2018 nanti) ada lima klub legenda yang berkompetisi merupakan refleksi gambaran sepak bola nasional pada masa lampau: PSMS Medan, Persjia Jakarta, Persib Bandung, PSIS Semarang, Persebaya Surabaya dan PSM Makassar.

Zwaluwen, Klub Terkuat di Makassar

Sejumlah klub di bawah naungan MVB telah bubar tetapi juga muncul klub baru. Zwaluwen adalah klub baru tetapi dalam perjalanannnya telah menjadi salah satu klub terkuat di Makassar. Klub Jong Ambon berganti nama menjadi Zwaluwen pada tahun 1932. Pada tahun ini juga klub Vios didirikan. Klub Zwaluwen menjuarai kompetisi MVB pada tahun 1933, 1935 dan 1937. Klub-klub lainnya yang pernah menjadi juara MVB adalah Excelsior dan Nam Hwa. Nama Klub Zwaluwen diduga mengadopsi nama klub sepak bola di Batavia (sebagaimana klub Vios di Batavia, Excelcior di Soerabaja).

Bataviaasch nieuwsblad, 20-06-1914: ‘Zwaluen  memainkan pertandingan besok siang di Waterloopltin melawan sebuah kombinasi, yang terdiri dari sisa-sisa permainan Batavia. Kombinasi itu tanpa nama! Pertandingan ini diselenggarakan sebagai pertandingan perpisahan untuk Voorstadt, pemain yang termasuk dalam Zwaluwen. Pemain ini sangat dikenal di Batavia. Dia akan berangkat Kamis dari sini, pindah ke Makassar. Pastinya merupakan kerugian besar bagi sepak bola Bataviansch’.

Soerabaijasch handelsblad, 17-06-1939
Pada tahun 1939 klub yang berkompetisi di MVB adalah Annasar (klub orang-orang Indo-Arabian), CVB (Celebes Voetbal Club, Excelsior, Mangoeni, MOS (Maen Oentoek Sports), Nam Hwa, Osvia, Prosit, PSV, Vios dan Zwaluwen. Dari nama-nama klub yang aktif ini hanya Prosit dan Excelsior yang terbilang klub lama. Klub-klub lama seperti MRV tidak terdengar lagi.

Klub Osvia adalah klub ‘mahasiswa; dari sekolah OSVIA (sekolah yang menjadi cikal bakal STPDN). Klub Osvia di Bandoeng juga berkompetisi di Bandoengsch Voetbal Bond. Klub mahasiswa pertama adalah Docter Djawa Club yang dibentuk di sekolah kedokteran Docter Djawa School (cikal bakal STOVIA/Fak. Kedokteran UI). Tim Docter Djawa Club ini berkompetisi di Bataviasch Voetbal Bond. Pada tahun 1909, Docter Djawa Club mengunjungi kolega mereka (sesama pribumi) di Medan, Tapanoeli Voetbal Club pada tahun 1909. Klub Tapanoeli Voetbal Club didirikan tahun 1907.

Sampai dengan tahun 1939, hanya klub Excelsior dan klub Vios yang memiliki lapangan sendiri, Klub-klub lain yang tergabung dalam MVB masih menggunakan lapangan yang berada di bawah pengelolaan MVB (hak yang diberika pemerintah kota kepada organisasi). Lapangan tersebut terdapat di Koningsplein Makassar. Hal ini juga terjadi di Medan (Esplanade), Batavia (Koningsplein) dan di Bandoeng (Pieterspark dan Aloon-Aloon). Di Batavia dua klub yang memiliki lapangan sendiri adalah Vios di Meester Cornelis dan klub Olevio. Sedangkan di Bandoeng hanya klub Sidolig yang memiliki lapangan sendiri (yang kini menjadi pusat latihan Persib Bandung).

PSM dan  Pembangunan Stadion Mattoangin

Di berbagai kota federasu sepak bola terbelah, umumnya dua federasi: NIVU dan PSSI. Klub-klub di masing kota berafiliasi dengan NIVU atau PSSI. Gaung PSSI hanya sayup-sayup terdengar hingga ke Makassar dan Medan. Klub-klub di Makassar dan Medan umumnya berafiliasi dengan NIVU. Dua federasi sepak bola ini diakui oleh pemerintah (kolonial Belanda), tetapi oleh FIFA hanya mengakui NIVU (FIFA hanya mengakomodasi satu federasi sepak bola setiap negara). Diantara pegiat sepak bola orang-orang Eropa/Belanda juga pernah muncul perpecahan: NIVU adalah ujung dari keretakan yang muncul di era NIVB. Dua federasi ini tetap eksis hingga pendudukan Jepang (1942).

Selama pendudukan Jepang, sepak bola hanya sebagai pemanis bagi pemimpin militer Jepang. Pada awal pendudukan Jepang, euporia sepak bola dimaanfaatkan militer Jepang untuk pendekatan terhadap pribumi. Beberapa kali diadakan pertandingan sepak bola (dan tentu saja ada pengibaran bendera dan lagu kebangsaan Jepang). Kegiatan ini tampak terlihat semarak di Soerabaja. Namun, secara perlahan kegiatan sepak bola dikesampingkan militer Belanda dan kemudian terkesan dilarang. Sepak bola di era pendudukan Jepang akhirnya tenggelam.

Pada tahun 1945 Proklamasi Kemerdekaan RI. Kegiatan sepak bola mulai muncul. Kemerdekaan Indonesia juga seakan termasuk kemerdekaan dalam kegiatan sepak bola. Namun itu tidak lama, muncul NICA (orang-orang Belanda yang berada di belakang tentara sekutu). Muncul perang kemerdekaan. Namun sejumlah pihak di berbagai tempat berafiliasi dengan Belanda/NICA dan lalu munculnya negara-negara boneka Belanda: Negara Sumatra Timur, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Sumatera Selatan dan Negara Indonesia Timur (ibukota Makassar). Sehubungan dengan menguatnya negara federasi tersebut, pegiat sepak bola orang-orang Belanda/Eropa muncul kembali ke permukaan. Klub-klub melakukan pertandingan, tidak terkecuali di Makassar. NIVU juga diaktifikan kembali (dalam berita lain juga PSSI aktif kembali).

De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 27-05-1948: ‘Ketua N1VU, F. van Bommel telah mengunjungi Makassar untuk membahas kemungkinan masuknya kembali MVB. (Asosiasi Sepak Bola Makassar) ke NIVU. Diharapkan bahwa MVB akan terhubung kembali dengan NIVU dan karena itu mulai sekarang juga akan ikut serta dalam kontes kota (kejuaraan perserikatan)’.

Het dagblad voo NI, 02-06-1949
Dari berita ini mengindikasikan bahwa MVB telah aktif kembali di Makassar. Demikian juga perserikatan sepak bola di Medan. Namun gaung PSSI hanya sayup-sayup terdengar di Makassar. Sebaliknya di Medan dan Makassar gaung NIVU semakin kencang terdengar. Gaung PSSI tidak terdengar di Medan (ibukota Negara Sumatra Timur), karena republiken telah mengungsi ke Tapanoeli dan masih berperang melawan militer Belanda (bahkan hingga jelang genjatan yang diinisiasi dengan KMB akhir 1949). Para pegiat sepak bola dari Republiken masih aktif memanggul senjata (dan belum sempat bermain sepak bola). Akhirnya kejuaran perserikatan antar kota tahun 1949 dimulai. Batavia vs Makassar pada pertandingan perdana (Het dagblad voo Nederlandsch Indie, 02-06-1949).

Sampai sejauh ini, MVB di Makassar tetap eksis. MVB sebagai perserikatan yang dibentuk di Makassar tahun 1915 tidak pernah mengalami goncangan. Di Medan, sejak adanya perserikatan tahun 1907, klub-klub pribumi terus terjadi pasang surut. Setelah bergabung, keluar lagi karena tidak cocok dan membentuk bond sendiri. Kemudian terjadi rekonsiliasi tetapi pada tahun 1938 klub-klub pribumi seperti Sahata keluar karena kepemimpinan di dalam bond tidak pernah digilir dan hanya dicurangi agar tetap dipimpin oleh orang Belanda. Pada tahun 1938 klub-klub pribumi keluar dari bond dan tidak ikut berkompetisi (hanya melakukan pertandingan-pertandingan persahabatan pada waktu-waktu tertentu). Kehadiran klub pribumi (republiken) tidak pernah berafiliasi dengan bond Medan/NIVU hingga pengakuan kedaulatan RI tahun 1949.

Pasca pengakuan kedaulatan RI (1950) muncul nama bond PSM (Persatuan Sepak Bola Makassar). Nama bond ini seakan terjemahan Makassarchc Voetbalbond (MVB) yang notabene satu-satunya bond yang pernah ada di Makassar sejak 1915. PSM tampaknya identik dengan MVB, karena dalam situs PSM dklaim bahwa PSM lahir tahun 1915. Sementara perserikatan di Jawa mengklaim dengan munculnya bond versi PSSI seperti Persebaya (1927), Persija (1928), PSIS (1932) dan Persib (1933), Sedangkan di Medan, PSMS hanya mengklaim lahir tahun 1950 (pasca pengakuan kedaulatan RI, setelah berakhirnya perang antara militer Belanda dan Republiken).

Pada masa ini perserikatan-perserikatan tersebut (yang memulai pertama kompetsisi secara nasional sejak 1951 yang mana kali pertama menyertakan Medan dan Makassar) pada tahun 1993 ketika Liga Indonesia dibentuk berubah menjadi klub dengan tetap mempertahankan nama perserikatannnya. Klub-klub tersebut juga mengklaim kelahirannnya sebagai tahun kelahiran perserikatannnya. Klub PSM lahir tahun 1915, Persebaya tahun 1927, Persija 1928, PSIS 1932 dan Persib tahun 1933 serta PSMS Medan tahun 1950. Enam klub legenda ini seakan PSM Makassar yang paling tua dan PSMS Medan yang paling Muda. Sedikit membingungkan memang. Secara historis di enam kota itu sepak bola justru pertama kali dipertandingkan di Medan tahun 1893 dan di Makassar baru tahun 1909. Bond di Medan dibentuk tahun 1907 (setelah Batavia dan Soerabaja) dan bond di Makassar baru dibenuk tahun 1915.

Sejarah Sepak Bola di Enam Perserikatan di Indonesia
Keenam perserikatan ini kemudian menjadi simpul sepak bola Indonesia yang tidak tergantikan (bahkan hingga ini hari). Apalagi PSSI yang baru dengan nama Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) direorganisasi pada tahun 1950. Agenda utama PSSI adalah setelah Kongres tahun 1950 adalah menyelenggarakan kejuaraan nasional. Pada tahun 1951 PSMS sudah ikut serta sedangkan PSM baru ikut pada tahun 1953.

De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 19-06-1950: ‘Konferensi olahraga. Dewan utama divisi sepakbola PORI memiliki rencana untuk menyelenggarakan konferensi sepak bola untuk seluruh Indonesia pada akhir Juli. Tujuan kongres ini adalah menghasilkan sejumlah keputusan sebagai tindak lanjut Konferensi Pori yang telah diadakan di Djokja pada tanggal 23.12-1949 dan juga perlunya reorganisasi Pori dalam organisasi olahraga yang lebih efektif dan terorganisir dengan lebih baik. Menurut rencana, kongres tersebut akan diselenggarakan pada tanggal 23 Oktober tahun ini, dimana akan dibahas hal berikut ini: pembentukan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia, permintaan untuk bergabung dengan FIFA, sehingga juga akan bisa ambil bagian dan dapat mengikuti Olimpiade di Helsinki dan kompetisi Internasional lainnya, dan kemungkinan besar kongres tersebut akan diadakan di salah satu kota berikut: Solo, Djokja atau Semarang. Dalam kesempatan (konferensi) ini, pertandingan sepak bola akan diselenggarakan antara tim Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur dan mungkin akan menyertakan tim Melan dan Makassar’.

Lokasi Stadion Mattoangin
Dalam PON II di Djakarta 1951 PSSI ikut ambil bagian dengan menyertakan tim-tim perserikatan (PON I di Solo 1948). PON III dilakukan di luar Jawa di Medan pada tahun 1953. Pada penyelenggaraan PON III Medan ini dibangun Stadion Teladan Medan. PON IV pada tahun 1957 diselenggarakan di Makassar. Pada jelang PON IV ini stadion Makassar dibangun dengan nama Stadion Mattoangin. Dua stadion eks venue PON di Medan dan Makassar ini secara fisik tidak berubah hingga ini hari.

Stadion Teladan Medan 1953 telah menggantikan lapangan Esplanade sebagai pusat sepak bola di Medan. Demikian juga sepak bola yang sedari duli dipusatkan di Koningsplein pada tahun 1957 dipusatkan di Stadion Mattoangin.

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

2 komentar: