*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Pada era dunia maya sekarang ini ada yang
disebut follower dan ada juga yang disebut leader. Dalam musik dunia (world
music) dan dunia musik, fingerstyler Alip Ba Ta dapat dianggap sebagai leader
Indonesia. Paling tidak Alip Ba Ta sudah memiliki follower di seluruh belahan
dunia. Bagaimana Alip Ba Ta menjadi leader sulit dijelaskan. Hukum alam(iah)
berlaku, hukum alam yang mengatur. Dalam bahasa ilmu sosial, yang mengatur
disebut invisible hand (diatur oleh tangan-tangan yang tidak kelihatan). Dalam
bahasa dunia maya yang sekarang, bukan ‘hukum rimba’ yang berlaku, tetapi ‘hukum
pasar’ di dunia maya. Tentu saja situasi dan kondisi masa kini berbeda dengan
tempo doeloe.
Dulu, ketika Apollo,
pesawat ruang angkasa akan diluncurkan menuju bulan sejumlah hal dipersiapkan.
Pilot tentu saja sudah dipilih Neil Amstrong yang dibantu Michael Collins dan
Edwin Aldrin. Dalam persiapan itu dari sejumlah elemen-elemen bumi, hanya
elemen musik yang belum dipilih. Kandidat musik yang akan dibawa ke bulan adalah
musik klasik (pemilik portofolio tertinggi). Sejak itulah musik dunia, musik
klasik diperdengarkan di bulan. Apa hasilnya? Tidak pernah dilaporkan. Lantas
bagaimana dengan musik tradisi kita macam gamelan, degung dan gondang? Tentu
saja tidak diperhitungkan. Akan tetapi, bumi terus berputar mengelilingi
matahari dan bulan mengelilingi bumi hingga ini hari. Sementara di bumi, kehidupan
berputar bagai roda pedati ada kalanya di bawah dan ada juga waktunya di atas
(exchange: take and give). Hukum alam perputaran terus bekerja yang dalam
bahasa bumi diatur oleh tangan-tangan yang tidak kelihatan (Invisible Hands).
Semakin kencang tingkat perputaran (exchange) itu, putarannya seakan diam
(seakan tidak berputar). Situasi inilah yang disebut titik keseimbangan
(equilibrium) yang baru. Pada era dunia maya yang sekarang akan terbentuk
ekuilibrium yang baru, tidak terkecuali dalam hal musik. Musik klasik adalah
masa lampau, musik pop akan segera berakhir dan musik tradisi akan eksis di
masa dekat (ingat Javaansche Rhapsody door Paul Seelig lebih dari satu abad
yang lalu, 1909). Dalam soal musik tradisi, Alip Ba Ta telah memulainya. Leader
tidak lagi ditentukan oleh tingkat portofolio yang tinggi tetapi sangat
ditentukan oleh talenta (bakat-bakat yang tidak kelihatan). Dalam bahasa viral,
untuk menciptakan pesawat terbang di udara tidak hanya insinyur.
Pada masa lampau, pemusik (musisi) kita cenderung
follower. Arus utama musik dunia adalah musik Eropa/Amerika, sebut saja misalnya musik klasik, musik blues dan musik rock. Musik kroncong produk asli
Indonesia sulit bersaing dengan musik-musik yang telah mendunia tersebut.
Alih-alih memajukan musik kroncong, justru pemusik kita hanyut dengan
musik-musik Eropa/Amerika. Meski demikian (cara belajar meniru), faktanya
itulah awal musik modern Indonesia. Dari proses peniruan itu, lahirlah
penyanyi-penyanyi berbakat dan muncul grup-grup band seperti Koes Plus, AKA
Group, The Mercy’s, The Lloyd, Panber's, Bimbo dan sebagainya. Di antara
genre-genre musik yang populer terselip satu genre musik produk alam Indonesia,
yakni dangdut. Lantas bagaimana itu semua terjadi secara estafet hingga kita
menemukan leader musik Indonesia Alip Ba Ta? Mari kita telusuri sumber-sumber
tempo doeloe.