*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Untuk
urusan kepurbakalaan pada masa ini dihubungkan dengan tugas dan fungsi suatu
badan yang disebut Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB). Badan ini merupakan
rangkaian panjang sejak era Hindia Belanda yang disebut Oudheidkundige Dienst.
Lantas mengapa kini tidak disebut lagi secara spesifik kepurbakalan (Oudheidkundige)
tetapi bergeser menjadi cagar budaya? Entahlah. Yang jelas bidang kepurbakalaan
tetap menjadi bidang utamanya.
Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) adalah unit
pelaksana teknis (UPT) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia yang berada di daerah. Balai ini berada di bawah koordinasi
Direktorat Jenderal Kebudayaan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 30 tahun 2015 fungsi dari balai ini antara lain adalah: melaksanakan
penyelamatan dan pengamanan cagar budaya dan yang diduga cagar budaya dan melaksanakan
pemeliharaan cagar budaya dan yang diduga cagar budaya. BPCB ini di daerah
berada di Banda Aceh (NAD dan Sumatra Utara); Batusangkar (Sumatra Barat, Riau,
dan Kepulauan Riau); Jambi (Jambi, Sumatra Selatan, Bengkulu); Serang (Banten,
Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Lampung): Jawa Tengah di Klaten (Jawa Tengah); Yogyakarta
(DIY); Jawa Timur di Trowulan, Mojokerto (Jawa Timur); Bali (Bali, NTB dan NTT);
Makassar (Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat); Gorontalo (Sulawesi
Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah); Samarinda (Kalimantan Timur, Kalimantan
Utara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah); Ternate (Papua
Barat, Papua, Maluku dan Maluku Utara).
Lantas
bagaimana sejarah dinas/balai kepurbakalaan Indonesia yang tempo doeloe disebut
Oudheidkundige Dienst dan kini namanya Balai Pelestarian Cagar Budaya? Seperti
disebut di atas, meski namanya telah berubah tetapi bidang perhatian utamanya
tetap dalam urusan kepurbakalaan. Lalu bagaimana sejarahnya bermula? Seperti
kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.