Rabu, 21 Agustus 2019

Sejarah Tangerang (28): Sejarah Lapangan Terbang Curug di Tangerang, 1952; Pusat Pelatihan Penerbangan Sipil Hingga Ini Hari


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Tangerang dalam blog ini Klik Disini

Satu yang terpenting dalam sejarah kedirgantaraan Indonesia adalah keberadaan lapangan terbang Curug di Tangerang. Di berbagai kota sejak era kolonial Belanda sudah dibangun lapangan terbang misalnya di Batavia berada di Tjililitan dan Kemajoran, di Bandoeng berada di Andir dan di Medan berada di Polonia. Pada era Republik Indonesia jumlah lapangan terbang semakin banyak yang dibangun. Salah satunya berada di Tjoeroeg, Tangerang. Lapangan terbang ini dibangun bukan untuk penerbangan layanan komersil maupun TNI, tetapi khusus untuk kebutuhan pelatihan penerbangan sipil. Lapangan terbang Curug ini dibangun tahun 1952.

Lapangan terbang Curug, Pondok Cabe dan Cengkareng
da masa ini di wilayah Tangerang terdapat tiga buah lapangan terbang. Selain lapangan terbang Curug (Budiarto) di Kabupaten Tangerang, juga terdapat lapangan terbang Cengkareng (Soerkano-Hatta) di Kota Tangerang. Tentu saja masih ada satu lagi lapangan terbang Pondok Cabe (Pertamina) di Kota Tangerang Selatan. Lapangan terbang Soekarno Hatta yang rencana pembangunannya dimulai tahun 1975 baru bisa dioperasikan pada tahun 1985. Bandara Soekarno-Hatta dibangun untuk menggantikan lapangan terbang Kemajoran yang segera ditutup. Lapangan terbang Kemajoran dibangun pada tahun 1940. Sementara itu lapangan terbang Cililitan diutamakan untuk kebutuhan TNI. Lapangan terbang Cililitan diubah namanya menjadi lapangan terbang Halim Perdanakusuma.
.
Bagaimana asal usul dibangunnya lapangan terbang Curug? Mengapa dibangun khusus untuk kebutuhan pelatihan? Mengapa lokasinya dipilih di Curug? Boleh jadi pertanyaan ini tidak penting-penting amat, tetapi tetap menjadi suatu pertanyaan yang belum ada jawabannya. Untuk menambah pengetahuan kita, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Lapangan Terbang Tjoeroeg: Ir. Tarip Abdullah Harahap

Ketika Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949, di lapangan- terbang yang ada di seluruh Indonesia, sejatinya orang Indonesia belum berdaulat. Bentuk pemerintahan diakui oleh Belanda adalah Republik Indonesia Serikat (RIS) yang terdiri dari negara-negara federal (boneka, bentukan Belanda) dan wilayah Republik Indonesia. Oleh karenanya, orang Belanda masih terdapat dimana-mana, termasuk di sektor penerbangan militer dan penerbangan sipil.

District Tjoeroeg (Peta 1939)
Negara-negara federal satu per satu membubarkan diri dan kemudian pada tanggal 18 Agustus 1950 terbentuk (kembali) negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Kabinet RIS yang dipimpin oleh Perdana Menteri Mohamad Hatta otomatis mengundurkan diri dan dibentuk kabinet baru RI yang diresmikan pada tanggal 6 September 1950. Sementara orang-orang Belanda yang ada di Indonesia (pulang kampung) ke Belanda bandara-bandara diambil alih oleh TNI.

Sehubungan dengan kebutuhan penerbangan sipil dan memperluas layanan ke seluruh Indonesia, yang selama ini dilayani oleh KLM dan Garuda Indonesia (yang pimpinannya adalah orang Belanda), Menteri Perhubungan dari Kabinet Baru Ir. Djuanda Kartawidjaja mengangkat Ir. Tarip Abdullah Harahap sebagai Kepala Departemen Penerbangan Sipil.

Tarip Abdullah Harahap kelahiran Padang Sidempoean lulus dari Techniche Hoogeschool di Bandung pada tahun 1939. Pada tahun ini terdapat lulusan sebanyak 12 orang. Namun total insinyur pribumi yang berhasil mendapat gelar insinyur hingga tahun 1939 sebanyak 53 orang. Mereka yang lulus sejak angkatan pertama hingga yang lulus tahun 1939 lama kuliah adalah empat tahun. Berdasarkan keputusan terbaru mulai angkatan 1939/1940 lama kuliah menjadi lima tahun. Pada era Pemerintahan RI di Djogjakarta, jabatan Ir. Tarip Abdullah Harahap adalah Kepala Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia atau disingkat DAMRI (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 30-06-1949).

Tugas utama Departemen Penerbangan Sipil ini adalah untuk menyiapkan kelayakan lapangan terbang yang ada dan pembangunan lapangan terbang yang baru, menyiapkan sistem penerbangan sipil berbagai aspek organisasi dan sistem operasional termasuk pengadaan tenaga (staf dan pilot).  

Java-bode voor Nederlandsch-Indie, 29-05-1951
Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 29-05-1951: 'Ir. Tarip Abdullah Harahap di Makasser, Kepala Departemen Penerbangan Sipil Kementerian Perhubungan berdiskusi dengan tentara dan administrasi sipil, menyangkut rencana untuk memulihkan hubungan udara antara Djakarta dan Ambon melalui Makasser. Pada bulan Oktober Ir. Tarip A. Harahap berangkat ke Australia untuk mempelajari sistem penerbangan sipil yang mencakup kontrol lalu lintas udara, komunikasi, pelatihan staf dan pilot, serta penerbangan umum di Australia. (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie,  17-10-1951).

Setahun berikutnya, ketika mulai menasionalisasi pilot, Departemen Penerbangan Sipil, Kemenetrian Perhubungan mulai merintis sekolah pelatihan penerbangan sipil. Sekolah ini dipusatkan di Curug, Tangeran. Sementara pembangunan lapangan terbang di Curug, Tangerang berlangsung departemen penerbangan sipil menyiap kurikulum.

Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 20-06-1952: ‘Pelatihan penerbangan di Tjurug. Hari-hari ini, wakil kepala penerbangan sipil, Mr. Sigar dan direktur pelatihan penerbangan sipil, Germania didampingi Ir. Sumarman dan Ir. Perie mengunjungi lapangan terbang Tjurug (Tangerang) yang dalam tahap pembangunan yang dimaksudkan untuk pusat pelatihan penerbangan sipil. Pekerjaan dimulai tiga bulan lalu. Runway akan memiliki panjang 1.860 meter dan lebar 60 meter. Untuk pelatihan pemerintah telah memesan perangkat pelajaran di luar negeri’.

Sehubungan dengan semakin banyaknya lapangan terbang yang dioperasikan dan untuk mengantisipasi standardisasi penerbangan sipil serta peningkatan kapasitas (berbagai jenis) pesawat-pesawat komersil, Departemen Penerbangan Sipil mulai bembentuk komisi penerbangan sipil. Komisi dibentuk untuk memperkuat kinerja Departemen Penerbangan Sipil dan juga melakukan pengawasan langsung terhadap kelayakan lapangan terbang. Komisi ini terdiri dari berbagai bidang keahlian.

Het nieuwsblad voor Sumatra, 28-07-1952 melaporkan di Medan telah dibentuk sebuah komisi penerbangan sipil (civil aviation) dalam rangka mengevaluasi kelayakan bandara Polonia Medan dan juga untuk melakukan studi persiapan bandara Blang Bintang di Kota Radja (kini Banda Aceh) untuk persiapan pendaratan jenis pesawat Convalrs. Komisi terdiri dari Ir. Tarip Abdullah Harahap (ketua). Java-bode:nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 25-03-1954: 'Ir. [Tarip Abdullah] Harahap dari penerbangan sipil, lapangan terbang di Denpasar, Sumbawa. Waingapu, Kupang, Maumere dan Makassar dan lainnya menginspeksi bandara di bagian timur Indonesia'. De nieuwsgier, 02-08-1952 bandara Curug telah diuji. Uji pendaratan di bandara dilakukan dengan pesawat Dakota dari Angkatan Udara. Landasan pacu bandara ini memiliki panjang 1800 meter dan juga cocok untuk pesawat terbang yang lebih berat dari Dakota. De nieuwsgier, 26-07-1952 menyebutkan dalam uji coba ini turut dihadiri para pejabat penerbangan diantaranya Ir. Tarip Abdullah Harahap.

Selama Ir. Tarip Abdullah Harahap menjabat sebagai Kepala Departemen Penerbangan Sipil (yang pertama), sebanyak 30 bandara dioperasikan untuk penerbangan sipil dan sebanyak 20 buah bandara baru yang dibangun (termasuk bandara Curug, Tangerang). Pembangunan bandara di Tjurug, Tangerang, untuk pelatihan pilot, menelan biaya sebesar Rp 1952. 1.900.000 (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 24-02-1953).

Java-bode voor Nederlandsch-Indie, 04-06-1954
Pada bulan Juni 1953 bandara di Indonesia mulai dimodernisasi (lihat De nieuwsgier, 12-06-1953). Disebutkan peralatan kontrol lalu lintas radio yang baru mulai dioperasikan yang pertama di bandara Talang Betutu di Palembang pada hari Rabu pagi. Unit ini, yang sangat modern, yang tahun lalu oleh Kementerian Koneksi dipesan di Inggris. Ir Tarip Abdullah Harahap dari kementerian menyatakan kepada PIA bahwa total ada sebanyak 30 unit yang dipesan oleh kementerian di Inggris. Bandara kedua yang akan mendapatkan unit seperti itu setelah Palembang adalah bandara Makassar, demikian menurut Ir. Harahap. Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 04-06-1954: ‘Ir. T Harahap, kepala departemen teknis dari Layanan Penerbangan Sipil dari Kementerian Perhubungan, yang telah melakukan perjalanan orientasi satu bulan ke Prancis, baru-baru ini kembali ke Indonesia. Ir. Harahap menjelaskan kepada PI dan Aneta bahwa perjalanannya terutama ditujukan untuk mempelajari teknologi untuk pembangunan bandara.

Dalam perkembangannya, setelah sistem penerbangan sipil nasional berjalan dengan baik, akhirnya Ir. Tarip Abdullah Harahap diangkat menjadi Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) yang baru di Medan (lihat Sumatra, 15-11-1957).

Sekolah Penerbangan Indonesia di Tjoeroeg

Hari Senin tanggal 2 Maret 1953 secara resmi Sekolah Penerbangan Indonesia dibuka (lihat De nieuwsgier, 03-03-1953). Peresmian ini dilakukan di lapangan terbang Kemajoran. Sebanyak 30 relawan pegawai negeri, yang telah menerima pelajaran teoritis dalam beberapa bulan terakhir. Saat di bandara Kemajoran yang bersamaan dengan peresmian sekolah ini dilakukan pelatihan praktek. Pada pembukaan ini dilakukan uji terbang dengan tiga pesawat pelatihan tipe Auster Aiglet (buatan Inggris). Pelatihan ini akan berlangsung 2,5 hingga 3 tahun.

De nieuwsgier, 03-03-1953
Dalam peresmian ini dihadiri oleh Menteri Perhubungan Ir. Djoeanda. Dalam foto tampak Menteri melakukan pemeriksaan barisan para siswa. Ir. Djoeanda tampak didampingi oleh Ir. Tarip Abdullah Harahap (celana hitam). Pelatihan penerbangan di Kemajoran ini adalah fase pertama pelatihan yang nantinya akan dikonsentrasikan di Tjoeroeg, Tangerang. Pelatihan personil penerbangan sipil di Indonesia saat ini sedang berlangsung di Djakarta, tetapi pemerintah sedang mempersiapkan bandara dan akomodasi untuk ini di Tjoeroep, Tangerang. Diharapkan mereka siswa non-pilot ini akan bisa pindah Tangerang pada pertengahan tahun ini.

Pada saat pembukaan sekolah penerbangan Indonesia ini, sebanyak 25 pilot sedang mengikuti pelatihan lisensi pilot komersil dengan biaya pemerintah di Inggris. Para calon pilot ini sebelum ke Inggris sudah memiliki pelatihan pendahuluan di AURI.

Sementara itu sebanyak 100 siswa saat ini sedang dilatih untuk menguasai bandara, operator menara, operator telegraf radio, mekanik dan insinyur radio. Sejauh ini disebutkan sudah ada tiga orang yang pelatihan dari Schiphol dan dua dari Australia yang sudah kembali. Mereka telah mengikuti pelatihan Airtraffic Controller selama enam bulan. Pada bulan April, seorang insinyur penerbangan akan berangkat ke Australia, seorang pejabat ekonomi untuk Kanada, seorang perwira teknis radio untuk Amerika, dan seorang wakil ketua bandara untuk Inggris. Mereka akan mengikuti kursus enam hingga dua belas bulan di sana (lihat De nieuwsgier, 03-03-1953).
  
Tunggu deskripsi lengkapnya


*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar