*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa Indonesia di blog ini Klik Disini
Kamus adalah representasi suatu bahasa pada era modern. Menurut KBBI, ‘kamus baku’ adalah kamus yang menggambarkan khazanah ragam bahasa baku; sementara ‘kamus besar’ adalah kamus yang memuat khazanah secara lengkap, termasuk kosakata istilah dari berbagai bidang ilmu yang bersifat umum. Kamus sendiri menurut KBBI adalah buku acuan yang memuat kata dan ungkapan, biasanya disusun menurut abjad berikut keterangan tentang makna, pemakaian, atau terjemahannya. KBBI adalah kamus besar bangsa Indonesia. Pada masa ini kamus besar adalah rujukan utama UNESCO untuk menentukan status dunia pada bahasa-bahasa.
KBBI edisi pertama diterbitkan saat Kongres Bahasa Indonesia V (28 Oktober 1988) memuat 62.000 lema dan direvisi empat kali: 1988, 1989, 1990, dan 1990. Pada tahun 1991 KBBI edisi kedua diterbitkan memuat 72.000 lema. Edisi ketiga diterbitkan tahun 2000 memuat 78.000 lema. KBBI edisi keempat diterbitkan pada tahun 2008 memuat lebih dari 90.000 lema yang diperkaya kosakata yang berasal dari kamus istilah. KBBI edisi kelima resmi diluncurkan pada 28 Oktober 2016 memuat lebih kurang 112.000 lema setebal 2.040 halaman, hampir dua kali lipat versi sebelumnya. KBBI edisi keenam diluncurkan pada 28 Oktober 2023 bertepatan dengan Kongres Bahasa Indonesia VII. Edisi ini berisi 120.465 kata dan saat ini sepenuhnya tersedia secara daring. Versi cetak diharapkan akan dirilis pada Oktober 2024. Endang Aminudin Aziz, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, mengharapkan bahwa bentuk akhir KBBI edisi keenam akan mengandung 200.000 kata saat edisi cetak diterbitkan (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah Bahasa Indonesia yang telah menjadi bahasa dunia diakui UNESCO? Seperti disebut di atas, KBBI adalah kamus besar bangsa Indonesia, suatu kamus dengan nama Bahasa Indonesia yang telah menjadi bahasa dunia diakui UNESCO. Lalu bagaimana sejarah Bahasa Indonesia yang telah menjadi bahasa dunia diakui UNESCO? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Dunia Diakui UNESCO: Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Semakin Tebal
Tunggu deskripsi lengkapnya
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Semakin Tebal: Bahasa Indonesia Semakin Mendunia
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar